المستدرك ٣٤١: أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيهُ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الْقَاضِي، ثنا عَارِمٌ، ثنا الصَّعْقُ بْنُ حَزْنٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ مِنْ مُرَادٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لَهُ صَفْوَانُ بْنُ عَسَّالٍ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا جَاءَ بِكَ؟» قَالَ: ابْتِغَاءُ الْعِلْمِ، قَالَ: «فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًى بِمَا يَصْنَعُ» . - وَذَكَرَ الْحَدِيثَ - «عَارِمٌ هَذَا هُوَ أَبُو النُّعْمَانِ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ الْبَصْرِيُّ حَافِظٌ ثِقَةٌ، اعْتَمَدَهُ الْبُخَارِيُّ فِي جُمْلَةٍ مِنْ هَذَا الْحَدِيثِ رَوَاهَا عَنْهُ فِي الصَّحِيحِ، وَقَدْ خَالَفَهُ سِنَانُ بْنُ فَرُّوخٍ فِي هَذَا الْحَدِيثِ، فَرَوَاهُ عَنْ الصَّعْقِ بْنِ حَزْنٍ»
Al Mustadrak 341: Abu Bakar Ahmad bin Salman Al Faqih mengabarkan kepada kami, Ismail bin Ishaq Al Qadhi menceritakan kepada kami, Arim menceritakan kepada kami, Ash-Sha'iq bin Hazn menceritakan kepada kami dari Ali bin Al Hakam, dari Al Minhal bin Amr, dari Zirr bin Hubaisy, dia berkata: Seorang laki-laki dari Murad yang bernama Shafwan bin Assal mendatangi Rasulullah ketika beliau sedang di masjid, maka Rasulullah bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu datang kemari? ” Dia menjawab, “Untuk menuntut ilmu.” Nabi lalu bersabda, “Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya untuk penuntut ilmu karena ridha dengan perbuatannya tersebut.” Selanjutnya dia menyebutkan haditsnya. Arim di sini adalah Abu An-Nu'man Muhammad bin Al Fadhl Al Bashri, seorang hafizh yang tsiqah. Imam Al Bukhari berpedoman dengannya dalam beberapa jumlah hadits ini, yang dia riwayatkan dalam Ash-Shahih. Sinan bin Farukh berbeda pendapat dengannya dalam hadits ini. Dia meriwayatkan dari Ash-Sha'iq bin Hazn.
المستدرك ٣٤٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيهُ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ، وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْمَعْمَرِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالُوا: ثنا شَيْبَانُ، ثنا الصَّعْقُ بْنُ حَزْنٍ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ، عَنِ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: حَدَّثَ صَفْوَانُ بْنُ عَسَّالٍ الْمُرَادِيُّ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. - فَذَكَرَ الْحَدِيثَ -. «وَقَدْ أَوْقَفَهُ أَبُو جَنَابٍ الْكَلْبِيُّ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ، عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ، وَأَبُو جَنَابٍ مَنْ لَا يُحْتَجُّ بِرِوَايَتِهِ فِي هَذَا الْكِتَابِ»
Al Mustadrak 342: Ahmad bin Sulaiman Al Faqih menceritakan kepada kami, Ismail bin Ishaq, Al Hasan bin Ali Al Ma'mari, serta Muhammad bin Sulaiman menceritakan kepada kami, mereka berkata: Syaiban menceritakan kepada kami, Ash-Sha'aq bin Hazn menceritakan kepada kami, Ali bin Al Hakam menceritakan kepada kami dari Al Minhal bin Amr, dari Zirr bin Hubaisy, dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: Shafwan bin Assal Al Muradi menceritakan kepada kami, dia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Selanjutnya dia menyebutkan haditsnya. Abu Janab Al Kalbi meriwayatkannya secara mauquf dari Thalhah bin Musharrif, dari Zirr bin Hubaisy. Abu Janab adalah orang yang riwayatnya tidak dijadikan hujjah dalam kitab ini.
المستدرك ٣٤٣: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَفَّانَ، ثنا يَحْيَى بْنُ فُضَيْلٍ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي أَبُو جَنَابٍ، حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ مُصَرِّفٍ، أَنَّ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ، أَتَى صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ، فَقَالَ: «مَا غَدَا بِكَ إِلَيَّ؟» قَالَ: غَدَا بِي الْتِمَاسُ الْعِلْمِ، قَالَ: «أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ يَصْنَعُ مَا صَنَعْتَ لَهُ أَحَدٌ إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًى بِمَا يَصْنَعُ» . «وَذَكَرْنَا فِي الْحَدِيثِ هَذَا مِمَّا لَا يُوهِنُ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَدْ أَسْنَدَهُ جَمَاعَةٌ وَأَوْقَفَهُ جَمَاعَةٌ وَالَّذِي أَسْنَدَهُ أَحْفَظُ وَالزِّيَادَةُ مِنْهُمْ مَقْبُولَةٌ»
Al Mustadrak 343: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Ali bin Affan menceritakan kepada kami, Yahya bin Fudhail menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Shalih menceritakan kepada kami, Abu Janab menceritakan kepadaku, Thalhah bin Musharrif menceritakan kepadaku bahwa Zirr bin Hubaisy mendatangi Shafwan bin Assal. Shafwan lalu bertanya, “Apa yang membuatmu datang kemari?” Dia menjawab, “Aku datang ke sini untuk menuntut ilmu.” Shafwan lalu berkata, “Sungguh, tidak seorang pun yang melakukan seperti yang kamu lakukan ini kecuali para malaikat akan mengembangkan sayapnya karena ridha dengan perbuatannya tersebut.” Apa yang telah kami sebutkan ini tidak melemahkan haditsnya, karena segolongan periwayat meriwayatkannya secara musnad, sedangkan segolongan lain meriwayatkannya secara mauquf. Hadits yang diriwayatkan secara musnad, akan lebih terpelihara, dan tambahan yang diberikan oleh sebagian mereka masih bisa diterima.
المستدرك ٣٤٤: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ نُصَيْرٍ، إِمْلَاءً بِبَغْدَادَ، ثنا الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَمَّادٍ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ ثَوْرٍ، ثنا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ: جَاءَ الْأَعْمَشُ إِلَى عَطَاءٍ فَسَأَلَهُ عَنْ حَدِيثٍ فَحَدَّثَهُ، فَقُلْنَا لَهُ تُحَدِّثُ هَذَا وَهُوَ عِرَاقِيٌّ؟ قَالَ: لِأَنِّي سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ جِيءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَقَدْ أُلْجِمَ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ» . " هَذَا حَدِيثٌ تَدَاوَلَهُ النَّاسُ بِأَسَانِيدَ كَثِيرَةٍ تُجْمَعُ وَيُذَاكَرُ بِهَا، وَهَذَا الْإِسْنَادُ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، ذَاكَرْتُ شَيْخِنَا أَبَا عَلِيٍّ الْحَافِظَ بِهَذَا الْبَابِ ثُمَّ سَأَلْتُهُ هَلْ يَصِحُّ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْأَسَانِيدِ، عَنْ عَطَاءٍ، فَقَالَ: لَا، قُلْتُ: لِمَ؟ قَالَ: لِأَنَّ عَطَاءً لَمْ يَسْمَعْهُ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ "
Al Mustadrak 344: Ja'far bin Muhammad bin Nushair menceritakan kepada kami secara imla' di Baghdad, Al Qasim bin Muhammad bin Hammad menceritakan kepada kami, Ahmad bin Abdullah bin Yunus menceritakan kepada kami, Muhammad bin Tsaur menceritakan kepadaku, Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, dia berkata: Al A'masy mendatangi Atha' lalu bertanya kepadanya tentang hadits. Atha' pun menuturkan kepadanya. Kami lalu berkata kepadanya, “Ada yang menceritakan kepadanya padahal dia orang Irak?” Atha' menjawab, “Karena aku pernah mendengar Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, 'Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka pada Hari Kiamat dia akan datang dengan keadaan dipasangkan padanya tali kekang dari api'." Hadits ini diriwayatkan oleh orang-orang dengan sanad yang banyak, sehingga bisa digabungkan dan mudah diingat. Sanad ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Aku pernah mengonfirmasikan hal ini kepada guru kami, Abu Ali Al Hafizh, kemudian aku bertanya kepadanya, “Apakah sanad-sanad hadits ini sah dari Atha'?” Dia menjawab, “Tidak.” Aku bertanya lagi, “Mengapa demikian?” Dia menjawab, “Itu karena Atha' tidak pernah mendengarnya dari Abu Hurairah.”
المستدرك ٣٤٥: أَخْبَرْنَاهُ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيدٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ، ثنا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنِ سَعِيدٍ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ» . «فَقُلْتُ لَهُ قَدْ أَخْطَأَ فِيهِ أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ أَوْ شَيْخُكُمُ ابْنُ أَحْمَدَ الْوَاسِطِيُّ، وَغَيْرُ مُسْتَبْعَدٍ مِنْهُمَا الْوَهْمُ» فَقَدْ حَدَّثَنَا بِالْحَدِيثِ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ وَعَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ قَالَا: ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الْقَاضِي، ثنا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عِنْدَهُ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» . «فَاسْتَحْسَنَهُ أَبُو عَلِيٍّ وَاعْتَرَفَ لِي بِهِ، ثُمَّ لَمَّا جَمَعْتُ الْبَابَ وَجَدْتُ جَمَاعَةً ذَكَرُوا فِيهِ سَمَاعَ عَطَاءٍ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَوَجَدْنَا الْحَدِيثَ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ لَا غُبَارَ عَلَيْهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو»
Al Mustadrak 345: Muhammad bin Ahmad bin Sa'id Al Wasithi mengabarkannya kepada kami, Azhar bin Marwan menceritakan kepada kami, Abdul Warits bin Sa'id menceritakan kepada kami, Ali bin Al Hakam menceritakan kepada kami dan Atha, dan seorang laki-laki, dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka pada Hari Kiamat Allah akan memasangkan tali kekang dari api padanya.” Aku lalu berkata kepadanya, “Azhar bin Marwan atau guru kalian, Ibnu Ahmad Al Wasithi, salah dalam meriwayatkannya.”: Kekeliruan yang terjadi pada keduanya tidak aneh, karena Abu Bakar bin Ishaq dan Ali bin Hamsyad telah meriwayatkan hadits ini kepada, kami, keduanya berkata: Ismail bin Ishaq Al Qadhi menceritakan kepada kami, Muslim bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Abdul Warits bin Sa'id menceritakan kepada kami dari Ali bin Al Hakam, dari seorang laki-laki, dari Atha', dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عِنْدَهُ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 'Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia miliki lalu dia menyembunyikannya, maka pada Hari Kiamat Allah akan memasangkan tali kekang dari api padanya ' Hadits ini dinilai hasan oleh Abu Ali, dan dia mengakuinya di hadapanku. Kemudian ketika aku menghimpun hadits-hadits seputar bab ini, aku mendapati sekelompok periwayat yang menyebutkan j bahwa Atha pernah mendengar dari Abu Hurairah, dan kami temukan haditsnya shahih dan tidak ber-illat dari Abdullah bin Amr.
المستدرك ٣٤٦: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ، أَنْبَأَ ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ كَتَمَ عِلْمًا أَلْجَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ» . «هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ مِنْ حَدِيثِ الْمِصْرِيِّينَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَيْسَ لَهُ عِلَّةٌ، وَفِي الْبَابِ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ غَيْرِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ»
Al Mustadrak 346: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam memberitakan (kepada kami), Ibnu Wahab memberitakan (kepada kami), Abdullah bin Ayyasy mengabarkan kepadaku dari ayahnya, dari Abu Abdurrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menyembunyikan ilmu (yang diketahuinya), maka pada Hari Kiamat Allah akan memasangkan tali kendali dari api padanya" Sanad ini shahih dan berasal dari hadits orang-orang Mesir yang sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Selain itu, hadits ini tidak ber-illat. Dalam masalah ini ada yang diriwayatkan dari segolongan sahabat selain Abu Hurairah .
المستدرك ٣٤٧: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ، أَنْبَأَ ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ سُفْيَانَ بْنَ عُيَيْنَةَ، يُحَدِّثُ، عَنْ بَيَانٍ، عَنْ عَامِرٍ الشَّعْبِيِّ، عَنْ قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: خَرَجْنَا نُرِيدُ الْعِرَاقَ فَمَشَى مَعَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِلَى صِرَارٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَالَ: «أَتَدْرُونَ لِمَ مَشَيْتُ مَعَكُمْ؟» قَالُوا: نَعَمْ، نَحْنُ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَشَيْتَ مَعَنَا، قَالَ: «إِنَّكُمْ تَأْتُونَ أَهْلَ قَرْيَةٍ لَهُمْ دَوِيٌّ بِالْقُرْآنِ كَدَوِيِّ النَّحْلِ فَلَا تَبْدُونَهُمْ بِالْأَحَادِيِثِ فَيَشْغَلُونَكُمْ، جَرِّدُوا الْقُرْآنَ، وَأَقِلُّوا الرِّوَايَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَامْضُوا وَأَنَا شَرِيكُكُمْ» فَلَمَّا قَدِمَ قَرَظَةُ قَالُوا: حَدَّثَنَا، قَالَ: نَهَانَا ابْنُ الْخَطَّابِ «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، لَهُ طُرُقٌ تُجْمَعُ وَيُذَاكَرُ بِهَا وَقَرَظَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَنْصَارِيُّ صَحَابِيٌّ سَمِعَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ شَرْطِنَا فِي الصَّحَابَةِ أَنْ لَا نَطْوِيهِمْ، وَأَمَّا سَائِرُ رُوَاتِهِ فَقَدِ احْتَجَّا بِهِ»
Al Mustadrak 347: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam memberitakan (kepada kami), Ibnu Wahab memberitakan (kepada kami), dia berkata: Aku mendengar Sufyan bin Uyainah menceritakan dari Bayan, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Qarazhah bin Ka'ab, dia berkata: Kami keluar untuk pergi ke Irak, lalu Umar bin Khaththab berjalan bersama kami menuju Shirar (nama sumur tua sejarak 3 mil dari kota Madinah menuju Irak) kemudian dia berwudhu. Setelah itu dia bertanya, “Tahukah kalian alasanku ikut berjalan bersama kalian?” Mereka menjawab, “Ya, karena kami adalah para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Umar berkata, “Sesungguhnya kalian akan mendatangi negeri yang penduduknya ketika membaca Al Qur'an suaranya seperti dengungan lebah. Oleh karena itu, janganlah kalian memulai mereka dengan meriwayatkan hadits, karena itu akan membuat kalian sibuk oleh mereka. Murnikanlah Al Qur'an dan sedikitlah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pergilah, dan aku akan menjadi sekutu kalian.” Ketika Qarazhah telah sampai, mereka berkata, “Ceritakanlah kepada kami (tentang hadits Nabi SAW).” Dia berkata, “Ibnu Al Khaththab melarang kami.” Hadits ini sanadnya shahih dan memiliki beberapa jalur periwayatan yang bisa dihimpun, sehingga mudah diingat. Qarazhah bin Ka'ab Al Anshari adalah seorang sahabat yang pernah mendengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara syarat yang kami tetapkan tentang sahabat adalah tidak meninggalkan mereka. Tentang seluruh periwayatnya, maka Al Bukhari dan Muslim berhujjah dengannya.
المستدرك ٣٤٨: حَدَّثَنِي عَلِيُّ بْنُ عِيسَى بْنِ إِبْرَاهِيمَ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ، ثنا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ وَأَبِي مَسْعُودٍ وَزَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ فَإِذَا عِنْدَهُمْ جَوَارِي يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ لَهُمْ: أَتَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: «إِنْ كُنْتَ تَسْمَعُ وَإِلَّا فَامْضِ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ فِي الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَيِّتِ»
Al Mustadrak 348: Ali bin Isa bin Ibrahim menceritakan kepadaku, Ahmad bin Najdah menceritakan kepada kami, Yahya bin Abdul Hamid menceritakan kepada kami, Israil menceritakan kepada kami dari Utsman bin Abu Zur'ah, dari Amir bin Sa'ad Al Bajali, dia berkata: Aku menemui Qarazhah bin Ka'ab, Abu Mas'ud, dan Zaid bin Tsabit. Ternyata di hadapan mereka ada dua orang yang sedang bernyanyi, maka aku berkata kepada mereka, “Apakah kalian melakukan ini padahal kalian para sahabat Rasulullah ?” Mereka berkata, “Jika kamu mau mendengarkan (silakan), tapi jika tidak maka silakan pergi, karena Rasulullah memberi keringanan kepada kami tentang bersenang-senang ketika ada acara pengantin dan menangis ketika ada yang meninggal.”
المستدرك ٣٤٩: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الْحَكَمِ، أَنْبَأَ ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي نُعَيْمَةَ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، بِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ قَالَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ، وَمَنِ اسْتَشَارَهُ أَخُوهُ فَأَشَارَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ رِشْدَةٍ فَقَدْ خَانَهُ، وَمَنْ أَفْتَى بِفُتْيَا غَيْرِ ثَبْتٍ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ» . تَابَعَهُ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو
Al Mustadrak 349: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam mengabarkan kepada kami, Ibnu Wahab memberitakan (kepada kami). Sa'id bin Abu Ayyub mengabarkan kepadaku dari Bakar bin Amr, dari Amr bin Abu Nu'aimah, dari Abu Utsman Muslim bin Yasar, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berkata atas namaku tentang sesuatu yang tidak aku katakan, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka. Barangsiapa dimintai pendapat oleh saudaranya lalu dia memberi pendapat dengan tidak benar, maka dia telah berkhianat padanya. Barangsiapa berfatwa dengan fatwa yang tidak benar, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberi fatwa." Hadits ini diperkuat oleh Yahya bin Ayyub dari Bakar bin Amr.
المستدرك ٣٥٠: أَخْبَرْنَاهُ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْبَغْدَادِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ صَالِحٍ السَّهْمِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، ثنا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي نُعَيْمَةَ، رَضِيعِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ وَكَانَ امْرَأَ صِدْقٍ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَالَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ بُنْيَانَهُ فِي جَهَنَّمَ، وَمَنْ أَفْتَى بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ، وَمَنْ أَشَارَ عَلَى أَخِيهِ بِأَمْرٍ يَعْلَمُ أَنَّ الرُّشْدَ فِي غَيْرِهِ فَقَدْ خَانَهُ» . «هَذَا حَدِيثٌ قَدِ احْتَجَّ الشَّيْخَانِ بِرُوَاتِهِ غَيْرِ هَذَا، وَقَدْ وَثَّقَهُ بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو الْمَعَافِرِيُّ وَهُوَ أَحَدُ أَئِمَّةِ أَهْلِ مِصْرَ وَالْحَاجَةُ بِنَا إِلَى لَفْظَةِ التَّثَبُّتِ فِي الْفُتْيَا شَدِيدَةٌ»
Al Mustadrak 350: Abu Ja'far Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al Baghdadi mengabarkan kepada kami, Yahya bin Utsman bin Shalih As-Sahmi menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yahya bin Ayyub menceritakan kepada kami dari Bakar bin Amr, dari Amr bin Abu Nu'aimah —saudara sepersusuan Abdul Malik bin Marwan, orang yang jujur—, dari Muslim bin Yasar, dia berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berkata atas namaku tentang sesuatu yang tidak aku katakan, maka bersiap-siaplah menempati tempat tinggalnya di neraka Jahanam. Barangsiapa berfatwa tanpa ilmu, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberi fatwa. Barangsiapa memberi pendapat kepada saudaranya dengan pendapat yang dia tahu bahwa yang sebenarnya tahu adalah orang lain, maka dia telah berkhianat padanya.” Al Bukhari dan Muslim berhujjah dengan para periwayatnya untuk selain hadits ini. Bakar bin Amr Al Ma'afiri, salah seorang Imam penduduk Mesir, telah menganggapnya tsiqah. Jadi, kita sangat perlu berhati-hati agar bisa memberi fatwa dengan benar.