صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #981

صحيح ابن حبان ٩٨١: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى الْمِصْرِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ هَانِئٍ، عَنْ مَسْرُوقِ بْنِ الأَجْدَعِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمًا، فَخَرَجْنَا مَعَهُ، حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى الْمَقَابِرِ، فَأَمَرَنَا فَجَلَسْنَا، ثُمَّ تَخَطَّى الْقُبُورَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَبْرٍ مِنْهَا فَجَلَسَ إِلَيْهِ، فَنَاجَاهُ طَوِيلاً، ثُمَّ رَجَعَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَاكِيًا، فَبَكَيْنَا لِبُكَاءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا، فَتَلَقَّاهُ عُمَرُ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِ وَقَالَ‏:‏ مَا الَّذِي أَبْكَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَقَدْ أَبْكَيْتَنَا وَأَفْزَعْتَنَا‏؟‏ فَأَخَذَ بِيَدِ عُمَرَ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا، فَقَالَ‏:‏ أَفْزَعَكُمْ بُكَائِي‏؟‏ قُلْنَا‏:‏ نَعَمْ، فَقَالَ‏:‏ إِنَّ الْقَبْرَ الَّذِي رَأَيْتُمُونِي أُنَاجِي قَبْرُ آمِنَةَ بِنْتِ وَهْبٍ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي الاِسْتِغْفَارَ لَهَا، فَلَمْ يَأْذَنْ لِي، فَنَزَلَ عَلَيَّ‏:‏ ‏{‏مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ‏}‏، فَأَخَذَنِي مَا يَأْخُذُ الْوَلَدُ لِلْوَالِدِ مِنَ الرِّقَةِ، فَذَلِكَ الَّذِي أَبْكَانِي‏.‏ أَلاَ وَإِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ، فَزُورُوهَا، فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا وَتُرَغِّبُ فِي الآخِرَةِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 981: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ahmad bin Isa Al Mishri menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, dari Ayub bin Hani’, dari Masruq bin Al Ajda’, dari Ibnu Mas’ud, bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan kami ikut keluar bersama beliau hingga sampai ke suatu pemakaman. Beliau menyuruh kami kami duduk lalu kami semua duduk. Kemudian beliau beijalan melewati kuburan-kuburan hingga berhenti di satu kuburan. Beliau duduk dihadapannya lalu berdoa sangat lama. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dalam keadaan menangis. Melihat beliau menangis kami pun ikut menangis. Kemudian beliau datang menghampiri kami dan Umar RA berbicara kepadanya. Umar bertanya, “Apa yang membuat engkau menangis wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh engkau telah membuat kami menangis dan kaget?” Beliau lalu meraih tangan Umar dan datang menghampiri kami lalu bertanya, “Apakah kalian kaget dengan tangisku?”. Kami menjawab: “Iya.” Beliau kemudian bersabda: “Sesungguhnya kuburan yang kalian lihat aku bermunajat di sana adalah kuburan Aminah binti Wahab (Ibu Rasulullah SAW). Sesungguhnya tadi aku memohonkan ampunan untuknya kepada Tuhanku, namun Dia tidak mengizinkannya. Kemudian turunlah atasku ayat: “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (Qs. At-Taubah [9]: 113) Allah SWT lalu menggandengku sebagaimana seorang anak yang mengandeng orang tuanya dengan penuh kasih sayang. Itulah yang membuat aku menangis. Ingatlah, sesungguhnya dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarah kuburlah. Sesungguhnya berziarah kubur itu dapat membuat kalian zuhud dalam urusan dunia dan membuat cinta pada urusan akhirat. ” [5:5]

Shahih Ibnu Hibban #982

صحيح ابن حبان ٩٨٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ‏:‏ لَمَّا حَضَرَ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ يَا عَمِّ، قُلْ‏:‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ أَشْهَدْ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ، قَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ‏:‏ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ‏؟‏ قَالَ‏:‏ فَلَمْ يَزَلِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ‏:‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ‏:‏ ‏{‏مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ‏}‏، وَأُنْزِلَتْ فِي أَبِي طَالِبٍ‏:‏ ‏{‏إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ، وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ، وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ‏}‏‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 982: Ibnu Qutaibah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Harmalah bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, ia berkata: Yunus mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, ia berkata: Sa’id bin Al Musayyib mengabarkan kepadaku, dari ayahnya, ia berkata: Saat menjelang wafatnya Abu Thalib, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menjenguknya. Di sisi Abu Thalib saat itu kebetulan ada Abu Jahal, dan Abdullah bin Abu Umayyah bin Al Mughirah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: “Wahai paman, ucapkanlah: “Laa ilaaha illallaah” maka nanti aku akan bersaksi untukmu di hadapan Allah SWT.” Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu benci dengan agama Abdul Muthalib?”. Al Musayyib berkata, Terus menerus Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membujuknya dan mengulang-ulangi ucapan (syahadat) itu kepadanya hingga Abu Thalib berkata dengan kata yang terakhir yang diperdengarkannya kepada beliau dan orang-orang yang lain: “tetap di atas agama Abdul Muthallib”, dan ia enggan mengucapkan kalimat: “Laa ilaaha illallaah. ” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, “Sungguh aku akan memohonkan ampunan untukmu (wahai Abu Thalib) selama tidak dilarang.” Kemudian turunlah ayat, “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam” (Qs. At-Taubah [9]: 113). Dan diturunkan pula ayat yang berkaitan dengan Abu Thalib: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” 194. (Qs. Al Qashash [28]: 56). [5:5]

Shahih Ibnu Hibban #983

صحيح ابن حبان ٩٨٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ الشَّيْبَانِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ أَمَا إِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنَّهُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، قَالَ‏:‏ بِسْمِ اللهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، ثُمَّ رُزِقَا وَلَدًا لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 983: Al Hasan bin Sufyan Asy-Syaibani mengabarkan kepada kami, ia berkata: Hudbah bin Khalid menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammam menceritakan kepada kami, ia berkata: Manshur menceritakan kepada kami, dari Salim bin Abu Al Ju’di, dari Kuraib, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ingatlah sesungguhnya salah seorang dari kalian seandainya hendak menggauli istrinya mengucapkan: Bismillaahi, Allahumma jannibnaasy-syaithaana, wajannibisy-syaithaana maa razaqtanaa (dengan Nama Allah, Ya Allah jauhkanlah syetan dari kami, dan dari apa yang Engkau anugerahkan kepada kami), kemudian keduanya di anugerahi seorang anak, maka syetan tidak akan dapat mencelakakannya”195.[1:2]

Shahih Ibnu Hibban #984

صحيح ابن حبان ٩٨٤: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الأَسْوَدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ نُبَيْحٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ‏:‏ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْتَعِينُهُ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي، فَقَالَ‏:‏ آتِيكُمْ، فَقُلْتُ لِلْمَرْأَةِ‏:‏ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِينَا، فَإِيَّاكِ أَنْ تُكَلِّمِيهِ أَوْ تُؤْذِيهِ، قَالَ‏:‏ فَأَتَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَبَحْتُ لَهُ دَاجِنًا كَانَ لَنَا، قَالَ‏:‏ يَا جَابِرُ كَأَنَّكَ عَلِمْتَ حُبَّنَا اللَّحْمَ‏؟‏، فَلَمَّا خَرَجَ، قَالَتْ لَهُ الْمَرْأَةُ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ‏:‏ صَلِّ عَلَيَّ وَعَلَى وَزَوْجِي، قَالَ‏:‏ فَفَعَلَ، فَقَالَ لَهَا‏:‏ أَلَمْ أَقُلْ لَكِ‏؟‏ فَقَالَتْ‏:‏ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْخُلُ بَيْتِي وَيَخْرُجُ وَلاَ يُصَلِّي عَلَيْنَا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 984: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Khaitsamah menceritakan kepada kami, ia berkata: Waki’ menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Al Aswad bin Qais, dari Nubaih, dari Jabir, ia berkata: Aku datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta tolong kepada beliau mengenai hutang ayahku. Beliau lalu bersabda, “Aku akan mengunjungi kalian”.Aku kemudian berkata kepada seorang perempuan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan mengunjungi kita, maka jagalah ucapanmu terhadapnya atau kalimat yang dapat menyakitinya”. Jabir berkata: Maka datanglah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku memotong seekor binatang milik kami untuk beliau. Beliau bersabda: “Wahai Jabir sepertinya kamu mengetahui kesenangan kami pada daging?” Tatkala beliau hendak pergi pulang, perempuan tadi berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bershalawatlah atasku dan atas suamiku.” Jabir berkata: Maka beliau pun bershalawat untuknya dan suaminya. Kemudian Jabir berkata kepada perempuan itu: “Bukankah tadi sudah kukatakan (untuk menjaga pembicaraanmu terhadap beliau)?” Perempuan itu kemudian berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memasuki rumahku dan pergi, tidakkah beliau sudi bershalawat atas kita?” 196 [5:12]

Shahih Ibnu Hibban #985

صحيح ابن حبان ٩٨٥: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الأَشْعَثِ السِّجِسْتَانِيُّ أَبُو بَكْرٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ‏:‏ دَخَلَ أَعْرَابِيٌّ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَسْجِدَ، وَهُوَ جَالِسٌ، فَقَالَ‏:‏ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِمُحَمَّدٍ وَلاَ تَغْفِرْ لأَحَدٍ مَعَنَا‏.‏، قَالَ‏:‏ فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ، قَالَ‏:‏ لَقَدِ احْتَظَرْتَ وَاسِعًا‏.‏ ثُمَّ وَلَّى الأَعْرَابِيُّ حَتَّى إِذَا كَانَ فِي نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ، فَحَّجَ لِيَبُولَ، فَقَالَ الأَعْرَابِيُّ بَعْدَ أَنْ فَقِهَ فِي الإِسْلاَمِ‏:‏ فَقَامَ إِلَيَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ يُؤَنِّبْنِي، وَلَمْ يَسُبَّنِي، وَقَالَ‏:‏ إِنَّمَا بُنِيَ هَذَا الْمَسْجِدُ لِذِكْرِ اللهِ وَالصَّلاَةِ، وَإِنَّهُ لاَ يُبَالُ فِيهِ، ثُمَّ دَعَا بِسَجْلٍ مِنْ مَاءٍ فَأَفْرَغَهُ عَلَيْهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 985: Abdullah bin Sulaiman bin Al Asy’ats As-Sijistani Abu Bakar mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Fadhl bin Musa mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Amar, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, ia berkata: Seorang Arab badui masuk ke dalam masjid menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang saat itu sedang duduk, lalu badui itu berdoa: “Ya Allah ampunilah aku dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan jangan Engkau ampuni pada seseorang yang bersama kami.” Abu Hurairah berkata: Mendengar doa itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa kemudian bersabda: “Sungguh kamu telah menyempitkan sesuatu yang sebenarnya Allah SWT luaskan." Kemudian Arab badui itu berlalu hingga ketika ia berada di pojokan masjid, ia kencing di tempat itu. kemudian Arab badui itu berkata setelah ia telah mengerti ajaran Islam: Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri menghampiriku, beliau tidak memarahi dan mencaci makiku, justru beliau bersabda, "Sesungguhnya masjid ini dibangun untuk berzikir kepada Allah SWT, dan bukan diperuntukkan untuk tempat kencing”. Beliau lalu meminta seember air lalu menyirami kencing tadi”. 197 [2:62]

Shahih Ibnu Hibban #986

صحيح ابن حبان ٩٨٦: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَجُلاً، قَالَ‏:‏ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِمُحَمَّدٍ وَحْدَنَا،، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ لَقَدْ حَجَبْتَهَا عَنْ نَاسٍ كَثِيرٍ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 986: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Musa bin Ismail menceritakan kepada kami, ia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari ‘Atha’ bin As-Sa’ib, dari ayahnya, dari Abdullah bin Amru198, bahwa ada seseorang berdoa: “Ya Allah ampunilah aku dan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam saja.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, “Sungguh kamu telah menyempitkan sesuatu yang sebenarnya Allah SWT telah luaskan dari orang banyak.” 199 [2:86]

Shahih Ibnu Hibban #987

صحيح ابن حبان ٩٨٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، قَالَ‏:‏ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلصَّلاَةِ وَقُمْنَا مَعَهُ، فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ فِي الصَّلاَةِ‏:‏ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي، وَارْحَمْ مُحَمَّدًا، وَلاَ تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا‏.‏ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ لِلأَعْرَابِيِّ‏:‏ لَقَدْ تَحَجَّرْتَ وَاسِعًا يُرِيدُ رَحْمَةَ اللهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 987: Muhammad200 bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Hannalah bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, ia berkata: Yunus mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah, bahwa Abu Hurairah berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat dan kami pun ikut shalat bersamanya, seorang Arab badui lalu berdoa di dalam shalat, “Ya Allah kasihilah aku, kasihilah Muhammad, dan janganlah Engkau mengasihi seseorang yang bersama kami.” Maka tatkala beliau selesai mengerjakan shalat, beliau bersabda kepada Arab badui itu: “Sungguh kamu telah menyempitkan sesuatu yang sebenarnya Allah SWT luaskan." Yang di maksud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah rahmat Allah SWT201 [2:46]

Shahih Ibnu Hibban #988

صحيح ابن حبان ٩٨٨: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، حَدَّثَنَا غَسَّانُ بْنُ عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ الْعَدَنِيُّ، حَدَّثَنَا حَمْزَةُ الزَّيَّاتُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ‏:‏ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا مِنَ الأَنْبِيَاءِ بَدَأَ بِنَفْسِهِ، وَإِنَّهُ، قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ‏:‏ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْنَا وَعَلَى مُوسَى، لَوْ صَبَرَ مَعَ صَاحِبِهِ، لَرَأَى الْعَجَبَ الأَعَاجِيبَ، وَلَكِنَّهُ، قَالَ‏:‏ ‏{‏إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلاَ تُصَاحِبْنِي‏}‏‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 988: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, Abu Ar-Rabi’ Az-Zahrani menceritakan kepada kami, Ghassan bin Umar bin Ubaidullah Al Adani menceritakan kepada kami, Hamzah Az-Ziyat menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari S a’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubaiy bin Ka’ab, ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila menyebut seseorang dari para nabi maka beliau memulai dengan dirinya dahulu, dan sesungguhnya suatu hari beliau bersabda, “Semoga Allah SWT memberikan Rahmat-Nya kepada kami, dan kepada Musa; Kalaulah dia mau bersabar bersama kawannya (gurunya, yakni Nabi Khidir) niscaya ia akan melihat berbagai keajaiban, namun ia justru berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu.” 202 (Qs. Al Kahfi [18]: 76) [3:4]

Shahih Ibnu Hibban #989

صحيح ابن حبان ٩٨٩: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ مُكْرَمٍ بِالْبَصْرَةِ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الرِّفَاعِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ كَرِيزٍ، عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ، قَالَ الْمَلَكُ‏:‏ وَلَكَ بِمِثْلٍ، وَلَكَ بِمِثْلٍ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ كُلُّ مَا يَجِيءُ فِي الرِّوَايَاتِ فَهُوَ‏:‏ كُرَيْزٌ، إِلاَّ هَذَا فَإِنَّهُ‏:‏ كَرِيزٌ‏.‏ وَأُمُّ الدَّرْدَاءِ اسْمُهَا‏:‏ هُجَيْمَةُ بِنْتُ حُيَيٍّ الأَوْصَابِيَّةُ، وَأَبُو الدَّرْدَاءِ‏:‏ عُوَيْمِرُ بْنُ عَامِرٍ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 989: Muhammad bin Al Husain bin Mukram di Bashrah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Yazid Ar-Rifa’i menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, ia berkata: ayah ku menceritakan kepada kami, dari Thalhah bin Ubaidullah bin Kariz, dari Ummu Ad-Darda, dari Abu Ad-Darda, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiada seseorang muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu kecuali malaikat berkata: “Dan untukmu juga seperti itu, dan untukmu juga seperti itu. “203 [1:2] Abu Hatim RA berkata: Semua yang datang dari berbagai riwayat pasti menggunakan kalimat “Kuraiz” 204, kecuali riwayat ini. yang menggunakan kalimat “ Kariz”. Namanya Ummu Ad-Darda adalah Hujamah binti Hayyi Al Aushabiyah. Dan Abu Ad-Darda adalah Uwaimir bin Amir.

Shahih Ibnu Hibban #990

صحيح ابن حبان ٩٩٠: أَخْبَرَنَا أَبُو حَاتِمٍ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بَكْرٍ السَّهْمِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ‏:‏ دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ فَأَتَتْهُ بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ، فَقَالَ‏:‏ أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ، وَتَمْرَكُمْ فِي وِعَائِهِ، فَإِنِّي صَائِمٌ‏.‏ فَصَلَّى صَلاَةً غَيْرَ مَكْتُوبَةٍ، وَصَلَّيْنَا مَعَهُ، فَدَعَا لِأُمِّ سُلَيْمٍ وَأَهْلِ بَيْتِهَا، فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ لِي خُوَيْصَةً، قَالَ‏:‏ مَا هِيَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، قَالَتْ‏:‏ خَادِمُكَ أَنَسٌ‏.‏ فَدَعَا لِي بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَقَالَ‏:‏ اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالاً وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ، قَالَ‏:‏ فَإِنِّي مِنْ أَكْثَرِ النَّاسِ وَلَدًا‏.‏قَالَ‏:‏ وَأَخْبَرَتْنِي ابْنَتِي أُمَيْنَةُ أَنَّهَا دَفَنَتْ مِنْ صُلْبِي إِلَى مَقْدِمِ الْحَجَّاجِ الْبَصْرَةَ بِضْعًا وَعِشْرِينَ وَمِائَةً‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 990: Abu Hatim205 mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada kami, Ya’qub bin Ibrahim Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Bakar206 As- Sahmi menceritakan kepada kami, ia berkata, Humaid Ath-Thawil menceritakan kepada kami, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemui Ummu Sulaim, maka Ummu Sulaim datang membawakan kepada beliau kurma dan minyak samin. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, “Kembalikan minyak samin dan kurma kalian pada tempatnya, karena aku sedang berpuasa." Kemudian beliau shalat selain shalat fardhu, dan kami pun ikut shalat bersamanya. Kemudian beliau berdoa untuk Ummu Sulaim dan penghuni rumahnya. Ummu Sulaim lalu berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesungguhnya aku memiliki “Khuwaishah” (yang spesial)”. Beliau bertanya: “Apakah itu wahai Ummu Sulaim?“. Ia menjawab: “Pelayanmu, Anas”. Kemudian beliau berdoa untukku (Anas) dengan kebaikan dunia dan akhirat. Beliau berdoa: “Ya Allah berilah rezeki kepadanya berupa harta dan anak, serta berilah keberkahan untuknya", Anas berkata: “Maka sesungguhnya aku termasuk orang yang paling banyak memiliki anak.” [5:12] Anas berkata: Dan putri ku Umainah207 mengabarkan kepada ku, bahwasanya telah dikuburkan (anak-anak yang lahir) dari tulang shulbi saya di tempat kedatangan Al Hajjaj208 di Bashrah sejumlah 120 orang lebih. 209