صحيح ابن حبان ٩٧١: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عِمْرَانُ الْقَطَّانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ يَرْتَادُونَ لأَهْلِهِمْ، فَأَصَابَتْهُمُ السَّمَاءُ، فَلَجَؤُوا إِلَى جَبَلٍ، فَوَقَعَتْ عَلَيْهِمْ صَخْرَةٌ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: عَفَا الأَثَرُ، وَوَقَعَ الْحَجَرُ، وَلاَ يَعْلَمُ مَكَانَكُمْ إِلاَّ اللَّهُ، ادْعُوا اللَّهَ بِأَوْثَقِ أَعْمَالِكُمْ.، فَقَالَ أَحَدُهُمُ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ كَانَتِ امْرَأَةٌ تُعْجِبُنِي، فَطَلَبْتُهَا، فَأَبَتْ عَلَيَّ، فَجَعَلْتُ لَهَا جُعْلاً، فَلَمَّا قَرَّبَتْ نَفْسَهَا، تَرَكْتُهَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي إِنَّمَا فَعَلْتُ ذَلِكَ رَجَاءَ رَحْمَتِكَ، وَخَشْيَةَ عَذَابِكَ، فَافْرُجْ عَنَّا. فَزَالَ ثُلُثُ الْجَبَلِ، فَقَالَ الآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ، وَكُنْتُ أَحْلُبُ لَهُمَا فِي إِنَائِهِمَا، فَإِذَا أَتَيْتُهَا، وَهُمَا نَائِمَانِ، قُمْتُ قَائِمًا حَتَّى يَسْتَيْقِظَا، فَإِذَا اسْتَيْقَظَا شَرِبَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ رَجَاءَ رَحْمَتِكَ وَخَشْيَةَ عَذَابِكَ فَافْرُجْ عَنَّا. فَزَالَ ثُلُثُ الْحَجَرِ.، فَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا يَوْمًا فَعَمِلَ لِي نِصْفَ النَّهَارِ، فَأَعْطَيْتُهُ أَجْرَهُ فَتَسَخَّطَهُ وَلَمْ يَأْخُذْهُ، فَوَفَّرْتُهَا عَلَيْهِ حَتَّى صَارَ مِنْ كُلِّ الْمَالِ، ثُمَّ جَاءَ يَطْلُبُ أَجْرَهُ فَقُلْتُ: خُذْ هَذَا كُلَّهُ، وَلَوْ شِئْتَ لَمْ أُعْطِهِ إِلاَّ أَجْرَهُ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ رَجَاءَ رَحْمَتِكَ وَخَشْيَةَ عَذَابِكَ فَافْرُجْ عَنَّا.، قَالَ: فَزَالَ الْحَجَرُ وَخَرَجُوا يَتَمَاشَوْنَ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ فَوَفَّرْتُهَا عَلَيْهِ بِمَعْنَى قَوْلِهِ: فَوَفَّرْتُهَا لَهُ، وَالْعَرَبُ فِي لُغَتِهَا تُوقِعُ عَلَيْهِ بِمَعْنَى لَهُ، وَسَعِيدُ بْنُ أَبِي الْحَسَنِ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ بِالْمَدِينَةِ، لأَنَّهُ بِهَا نَشَأَ، وَالْحَسَنُ لَمْ يَسْمَعْ مِنْهُ لِخُرُوجِهِ عَنْهَا فِي يَفَاعَتِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 971: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi mengabarkan kepada kami, ia berkata: Amru bin Marzuq menceritakan kepada kami, ia berkata: Imran Al Qaththan menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Sa’id bin Abu Al Hasan, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang pada masa umat sebelum kalian yang berjalan hendak kembali ke keluarga mereka, (di tengah perjalannya) tiba-tiba hujan turun, maka mereka berteduh di suatu gua dalam gunung. (Setelah mereka memasukinya) ternyata ada sebuah batu besar longsor dan menutupi mulut gua tersebut. Salah seorang dari mereka kemudian berkata: “Jejak kita telah terhapus dan batu besar menghalangi kita. Tidak ada seorangpun yang akan mengetahui keberadaan kita kecuali Allah SWT. Maka berdoalah kalian kepada Allah SWT dengan perantaraan amal-amal kebaikan yang paling besar yang pernah kalian kerjakan” Maka salah seorang dari mereka berdoa: “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa ada seorang wanita yang memikat hatiku, aku meminta dirinya untukku namun ia menolakku. Lalu aku memberikan kepadanya uang agar ia mau menyerahkan dirinya kepadaku. Maka tatkala wanita itu sudah di dekatku, aku pun langsung meninggalkannya. Jika Engkau mengetahui bahwasanya yang aku lakukan itu karena mengharap rahmat-Mu dan takut atas adzab-Mu, maka keluarkanlah kami (dari tempat ini).” Lalu batu itu bergeser sepertiga dari mulut gua. Orang yang kedua berdoa: “Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku mempunyai orang tua yang selalu aku siapkan air susu untuk keduanya. Suatu ketika, saat aku mendatanginya ternyata mereka sudah tertidur, maka aku berdiri di sisi mereka sampai mereka bangun dari tidurnya. Ketika keduanya telah bangun, akupun langsung menyodorkan air susu untuk diminum oleh kedua orang tuaku. Jika Engkau mengetahui bahwasanya yang aku lakukan itu karena mengharap rahmat-Mu dan takut atas adzab-Mu, maka keluarkanlah kami (dari tempat ini).” Lalu batu itu bergeser sepertiga dari mulut gua. Orang ketiga berdoa: “Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya suatu hari aku pernah memperkerjakan seorang buruh untuk bekerja setengah hari. Setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, aku pun memberikan upah kepadanya. Ternyata ia malah marah dan tidak mau mengambil upahnya. Maka aku jadikan upahnya sebagai modal usaha hingga usaha itu sangat berkembang dan menghasilkan seluruh harta yang aku miliki. Suatu ketika orang itu datang lagi kepadaku dan meminta upahnya yang dulu. Lalu aku katakan kepadanya: “Ambillah semua harta inL” Seandainya aku mau, maka aku tidak akan memberikan semua harta itu kecuali hanya upahnya saja. Jika Engkau mengetahui bahwasanya yang aku lakukan itu karena mengharap rahmat-Mu dan takut atas adzab-Mu, maka keluarkanlah kami (dari tempat ini).” Lalu batu itu bergeser dari mulut gua, dan mereka pun keluar darinya”178. [1:12] Abu Hatim RA berkata, “Kata fawaffartuhaa alihi maknanya Fawaffartuhaa lahu. Orang Arab di dalam bahasanya seringkali menempati kata Alaih dengan makna Lahu." Sa’id bin Abu Al Hasan179 mendengar Abu Hurairah di Madinah, karena di sanalah ia tumbuh dewasa. Sedangkan Al Hasan sendiri tidak pernah mendengar dari Abu Hurairah karena Al Hasan telah keluar dari Madinah saat ia tumbuh dewasa. 180
صحيح ابن حبان ٩٧٢: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ الْجُهَنِيُّ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ، إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ أَوْ حُزْنٌ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ بَصَرِي، وَجِلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي، إِلاَّ أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ: أَجَلْ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ.
Shahih Ibnu Hibban 972: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Khaitsamah menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: Fudhail bin Marzuq mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Salamah Al Juhni menceritakan kepada kami, dari Al Qasim bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang berdoa saat tertimpa kesusahan dan kesedihan (dengan doa): “Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-Mu putra dari budak-Mu putra dari budak perempuan-Mu, ubun-ubunku berada di genggaman-Mu, telah lalu kepadaku hukum-Mu, telah adil kepadaku ketentuan-Mu, aku memohon kepada- Mu dengan setiap Nama yang itu menunjukkan Engkau, Engkau menyebutkan Nama itu untuk diri-Mu atau Engkau turunkannya di dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkannya kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau Engkau tinggalkannya di dalam Ilmu keghaiban yang ada disisi-Mu, hendaknya Engkau menjadikan Al Qur'an sebagai taman hatiku, cahaya penglihatanku, pengusir kesedihan dan kesusahanku,” melainkan Allah SWT akan menghilangkan kesedihannya dan mengantikan kesedihannya dengan kegembiraan." Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apakah sebaiknya kami ajarkan doa ini?” Beliau menjawab, “Iya, orang yang mendengar doa ini sebaiknya mengajarkannya kepada orang lain.”181 [1:104]
صحيح ابن حبان ٩٧٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُلَيْحٍ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَعْنِي هَذَا الدُّعَاءُ أَنَّهُ، قَالَ يَوْمَ أُحُدٍ لَمَّا شُجَّ وَجْهُهُ، قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي ذَنْبَهُمْ بِي مِنَ الشَّجِّ لِوَجْهِي، لاَ أَنَّهُ دُعَاءٌ لِلْكُفَّارِ بِالْمَغْفِرَةِ، وَلَوْ دَعَا لَهُمْ بِالْمَغْفِرَةِ لَأَسْلَمُوا فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ لاَ مَحَالَةَ.
Shahih Ibnu Hibban 973: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Ibrahim bin Al Mundzir Al Hizami menceritakan kepada kami, Muhammad bin Fulaih menceritakan kepada kami, dari Musa bin Uqbah, dari Ibnu Syihab, dari Sahal bin Sa’ad As-Sa’adi, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa, “Allahummaghfir liqaumi fa innahum laa ya’lamuun (Ya Allah ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui (ajaran Islam).” 182 [5:12] Abu Hatim RA berkata: Doa ini dibaca oleh beliau pada saat perang Uhud saat wajah beliau terluka. Beliau berdoa: “Ya Allah ampunilah kaumku“;”Dari dosa mereka terhadapku yang telah melukai wajahku." Jadi doa ini bukan berupa doa memohon ampunan bagi orang-orang kafir, seandainya beliau mendoakan mereka dengan ampunan, niscaya mereka semua akan masuk Islam pada saat itu juga.” 183
صحيح ابن حبان ٩٧٤: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عَقِيلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ حَمَّادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ سَهْلاً إِذَا شِئْتَ.
Shahih Ibnu Hibban 974: Muhammad bin Al Musayyab bin Ishaq mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Abdullah bin Ubaid bin Uqail menceritakan kepada kami, ia berkata: Sahal bin Hamad menceritakan kepada kami, ia berkata: Hamad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa, ‘Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali sesuatu yang Engkau jadikannya mudah, dan Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi mudah jika Engkau menghendaki ”184. [5:12]
صحيح ابن حبان ٩٧٥: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سِنَانٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ، مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعَجَلْ فَيَقُولُ: قَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي.
Shahih Ibnu Hibban 975: Umar bin Sa’id bin Sinan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Abu Bakar mengabarkan kepada kami, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu Ubaid maula Ibnu Azhar, dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah S AW bersabda, “Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selama ia tidak terburu-buru dengan berkata: " Sungguh aku telah berdoa namun belum juga dikabulkan.”185 [2:43]
صحيح ابن حبان ٩٧٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهَبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ، قَالَ: لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الاِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: يَا رَبِّ قَدْ دَعَوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ، فَمَا أَرَاكَ تَسْتَجِيبُ لِي، فَيَدَعُ الدُّعَاءَ.
Shahih Ibnu Hibban 976: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Mauhab menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu’awiyah bin Shalih menceritakan kepada kami, dari Rabi’ah bin Yazid, dari Abu Idris Al Khaulani, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak ada henti-hentinya doa seorang hamba dikabulkan selama ia tidak berdoa dengan memohon hal yang sifatnya berdosa, atau memutus tali silaturrahim, dan selama ia tidak meminta dengan terburu-buru.” Beliau ditanya: Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bagaimanakah seseorang dianggap meminta dengan terburu-buru itu? beliau menjawab: “Ia berkata, “Wahai Tuhan, sungguh aku telah berdoa, sungguh aku telah berdoa, tapi aku belum melihat Engkau mengabulkan doaku." Kemudian ia meninggalkan doanya. ” 187 [2:43]
صحيح ابن حبان ٩٧٧: أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الأَنْمَاطِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لاَ يَقُلْ أَحَدُكُمُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ، وَلَكِنْ لِيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ.
Shahih Ibnu Hibban 977: Ibrahim bin Ishaq Al Anmathi mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Mahdi menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Abu Az- Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian berkata 188: “Ya Allah ampunilah aku jika Engkau berkehendak,” Sesungguhnya ia bukan termasuk orang yang memaksa (dalam berdoa kepada) Allah SWT. Akan tetapi hendaknya ia memantapkan permohonannya. ” 189 [2:43]
صحيح ابن حبان ٩٧٨: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ عَامِرٍ الشَّعْبِيِّ، عَنِ ابْنِ أَبِي السَّائِبِ قَاصِّ الْمَدِينَةِ، قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: قُصَّ فِي الْجُمُعَةِ مَرَّةً، فَإِنْ أَبِيتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَثَلاَثًا، وَلاَ أَلْفِيَنَّكَ تَأْتِي الْقَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثِهِمْ فَتَقْطَعَهُ عَلَيْهِمْ، وَلَكِنْ إِنِ اسْتَمَعُوا حَدِيثَكَ فَحَدِّثْهُمْ، وَاجْتَنِبِ السَّجْعَ فِي الدُّعَاءِ، فَإِنِّي عَهِدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ يَكْرَهُونَ ذَلِكَ.
Shahih Ibnu Hibban 978: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, ia berkata: Utsman bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari Daud bin Abu Hind, dari Amir Asy-Sya*bi, dari Ibnu Abu As-Sa'ib pendongeng (tukang cerita) kota Madinah, ia berkata: Aisyah berkata: ‘Berceritalah se-jum’at (se-minggu) satu kali, jika kamu merasa berat maka dua kali (dalam se-jum’at/seminggu), jika kamu merasa berat (juga) maka tiga kali (dalam se-jum’at/seminggu). Dan sungguh aku tidak akan mencegahmu untuk menemui suatu kaum yang mereka menantikan ceritamu lalu kamu memutuskannya atas mereka. Akan tetapi apabila mereka meminta untuk bercerita, maka berceritalah kepada mereka, dan jauhi bersajak di dalam berdoa. Karena sesungguhnya aku telah mengetahui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya yang membenci perbuatan itu (memperbanyak bersajak dalam berdoa).” 190 [2:11]
صحيح ابن حبان ٩٧٩: أَخْبَرَنَا أَبُو عَرُوبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِيُّ إِلَى نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ دَوْسًا قَدْ عَصَتْ وَأَبَتْ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهِمْ.، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ.
Shahih Ibnu Hibban 979: Abu Arabah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ma’mar menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Nu’aim menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Az-Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, ia berkata: Ath-Thufail bin Amru Ad-Dausi datang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya kaum Daus telah kufur dan menentang, maka berdoalah kepada Allah shallallahu 'alaihi wa sallam atas mereka (supaya mereka susah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun berdoa: “Ya Allah, berikan petunjuk kepada kaum Daus dan bawalah aku kepada mereka”,191 [5:12]
صحيح ابن حبان ٩٨٠: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ بُدَيْلٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ دَوْسًا، فَقَالَ: إِنَّهُمْ... فَذَكَرَ رِجَالَهُمْ وَنِسَاءَهُمْ، فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، فَقَالَ الرَّجُلُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، هَلَكَتْ دَوْسٌ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ فَرَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ وَقَالَ: اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا.
Shahih Ibnu Hibban 980: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, ia berkata: An-Nadhr bin Syumail mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ibnu Aun menceritakan kepada kami, dari Muslim bin Budail, dari Abu Hurairah, ia berkata: Seseorang datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menceritakan mengenai kaum Daus. Ia berkata: “Sesungguhnya kaum Daus...” Ia menceritakan kondisi masyarakat kaum Daus. (ketika) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya (untuk berdoa), maka orang itu berkata: “Hancurlah kaum Daus, demi Tuhan Pemilik Ka’bah”. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah berikan petunjuk kepada kaum Daus.192 [5:12]