صحيح ابن حبان ٧٥١: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سِنَانٍ بِمَنْبَجٍ، حَدَّثَنَا حَامِدُ بْنُ يَحْيَى الْبَلْخِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ. ثُمَّ سَمِعْتُهُ عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ، يُرِيدُ يَتَحَزَّنُ بِهِ، وَلَيْسَ هَذَا مِنَ الْغُنْيَةِ، وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ مِنَ الْغُنْيَةِ لَقَالَ: يَتَغَانَى بِهِ، وَلَمْ يَقُلْ: يَتَغَنَّى بِهِ، وَلَيْسَ التَّحَزُّنُ بِالْقُرْآنِ نَقَاءَ الْجِرْمِ، وَطِيبَ الصَّوْتِ، وَطَاعَةَ اللَّهَوَاتِ بِأَنْوَاعِ النَّغَمِ بِوِفَاقِ الْوِقَاعِ، وَلَكِنَّ التَّحَزُّنَ بِالْقُرْآنِ هُوَ أَنْ يُقَارِنَهُ شَيْئَانِ: الأَسَفُ وَالتَّلَهُّفُ: الأَسَفُ عَلَى مَا وَقَعَ مِنَ التَّقْصِيرِ، وَالتَّلَهُّفُ عَلَى مَا يُؤْمَلُ مِنَ التَّوْقِيرِ، فَإِذَا تَأَلَّمَ الْقَلْبُ وَتَوَجَّعَ، وَتَحَزَّنَ الصَّوْتُ وَرَجَّعَ، بَدَرَ الْجَفْنَ بِالدِّمُوعِ، وَالْقَلْبَ بِاللُّمُوعِ، فَحِينَئِذٍ يَسْتَلِذُّ الْمُتَهَجِّدُ بِالْمُنَاجَاةِ، وَيَفِرُّ مِنَ الْخَلْقِ إِلَى وَكْرِ الْخَلَوَاتِ، رَجَاءَ غُفْرَانِ السَّالِفِ مِنَ الذُّنُوبِ، وَالتَّجَاوُزِ عَنِ الْجِنَايَاتِ وَالْعُيُوبِ، فَنَسْأَلُ اللَّهَ التَّوْفِيقَ لَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 751: Umar bin Sa’id bin Sinan mengabarkan kepada kami, Hamid bin Yahya Al Balkhi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari ‘Amr bin Dinar, dari Az-Zuhri, kemudian aku juga mendengarnya dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Allah tidak pernah mendengarkan sesuatupun (dengan kesungguhan) seperti ketika Dia mendengarkan Nabi-Nya melagukan (bacaan) Al Qur'an (membacanya dengan nada sedih).” 39 Abu Hatim berkata: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “yataghanna bil Qur’an”, maksudnya adalah ber tahazzun(membaca Al Qur'an dengan perasaan sedih), dan bukan melagukan bacaan Al Qur'an. Seandainya yang dimaksud dengannya adalah melagukan, maka redaksi haditsnya berbunyi “yataghaana bihi” dan bukan dengan “yataghanna bihl” 40 Bertahazzun dengan Al Qur'an tidak mesti diwujudkan dengan menggunakan kerongkongan yang bersih (suara yang halus), suara yang merdu, dan taatnya para penghibur mengikuti berbagai macam simponi yang dapat menimbulkan fitnah. Akan tetapi bertahazzun itu harus diiringi dengan dua hal: kesedihan yang mendalam, dan penyesalan yang mendalam; kesedihan yang mendalam atas sesuatu yang telah terjadi berupa kekurangan (pada sikap dan amal perbuatan), dan penyesalan yang mendalam atas sesuatu yang diharapkan berupa keagungan diri. Bila hati telah merasa sakit dan pedih, lalu lisan pun mengeluarkan suara yang sedih dan terputus-putus, maka pelupuk mata akan mencucurkan air mata dan hati akan tampak bersinar. Pada saat itulah, orang yang bertahajjud akan merasakan kenikmatan melalui munajat-nya itu. Lalu dia akan menjauhi orang-orang dan akan lebih sering menyendiri (untuk beribadah), dengan harapan dapat memperoleh ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu, kemudian kesalahan-kesalahan dan aib-aibnya pun ditutupi. Kami memohon kepada Allah SWT taufik (petunjuk dan kemampuan) untuk melakukan hal itu.
صحيح ابن حبان ٧٥٢: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ كَأَذَنِهِ لِلَّذِي يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ، يَجْهَرُ بِهِ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ: مَا أَذِنَ اللَّهُ، يُرِيدُ: مَا اسْتَمَعَ اللَّهُ لِشَيْءٍ، كَأَذَنِهِ: كَاسْتِمَاعِهِ لِلَّذِي يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ، يَجْهَرُ بِهِ، يُرِيدُ: يَتَحَزَّنُ بِالْقِرَاءَةِ عَلَى حَسَبِ مَا وَصَفْنَا نَعْتَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 752: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, Ibrahim bin Al Hajjaj As-Sami menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, Muhammad bin ‘Amr menceritakan kepada kami, Abu Salamah menceritakan kepada kami, Abu Hurairah menceritakan kepada kami, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak pernah mendengarkan sesuatupun (dengan kesungguhan) seperti ketika Dia mendengarkan seseorang yang melagukan (bacaan) Al Qur'an (membacanya dengan nada sedih) lalu dia mengeraskan suaranya." 41 [1:2] Abu Hatim berkata: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Maa adzinallahu”, maksudnya: Allah SWT tidak pernah mendengarkan sesuatupun; “kaadzanihi”, maksudnya: seperti ketika Dia mendengarkan; “yataghanna bil Qur'an, yajharu bihi”, maksudnya: membaca Al Qur'an dengan nada sedih, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya.
صحيح ابن حبان ٧٥٣: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الشِّخِّيرِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَفِي صَدْرِهِ أَزِيزٌ كَأَزِيزِ الْمِرْجَلِ مِنَ الْبُكَاءِ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فِي هَذَا الْخَبَرِ بَيَانٌ وَاضِحٌ أَنَّ التَّحَزُّنَ الَّذِي أَذِنَ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ فِيهِ بِالْقُرْآنِ وَاسْتَمَعَ إِلَيْهِ هُوَ التَّحَزُّنُ بِالصَّوْتِ مَعَ بِدَايَتِهِ وَنِهَايَتِهِ، لأَنَّ بَدَاءَتَهُ هُوَ الْعَزْمُ الصَّحِيحُ عَلَى الاِنْقِلاَعِ عَنِ الْمَزْجُورَاتِ، وَنِهَايَتُهُ وُفُورُ التَّشْمِيرِ فِي أَنْوَاعِ الْعِبَادَاتِ، فَإِذَا اشْتَمَلَ التَّحَزُّنُ عَلَى الْبِدَايَةِ الَّتِي وَصَفْتُهَا، وَالنِّهَايَةُ الَّتِي ذَكَرْتُهَا، صَارَ الْمُتَحَزِّنُ بِالْقُرْآنِ كَأَنَّهُ قَذَفَ بِنَفْسِهِ فِي مِقْلاَعِ الْقُرْبَةِ إِلَى مَوْلاَهُ، وَلَمْ يَتَعَلَّقْ بِشَيْءٍ دُونَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 753: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun mengabarkan kepada kami, Hammad bin Salamah mengabarkan kepada kami, dari Tsabit Al Bunani, dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir, dari ayahnya, bahwa dia berkata: Aku pernah melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang shalat. Saat itu, dari dada beliau terdengar suara seperti suara air yang sedang mendidih, karena beliau sedang menangis. 42 [1:2]Abu Hatim RA berkata: Pada hadits ini terdapat keterangan yang jelas bahwa tahazzun yang Allah SWT dengarkan adalah tahazzun (bersedih) dengan menggunakan suara, baik pada permulaan bacaan maupun di akhirnya. Sebab, permulaan bacaan merupakan niat yang sungguh-sungguh untuk menjauhi perkara-perkara yang dilarang. Sementara bagian akhirnya adalah berlimpahnya buah hasil dari berbagai macam ibadah. Apabila tahazzun itu mencakup bagian permulaan seperti yang telah aku gambarkan, dan juga bagian akhir seperti yang telah aku sebutkan, maka orang yang bersedih ketika membaca Al Qur'an itu seakan-akan telah melempar dirinya ke “bandil” kedekatan kepada Tuhannya, lalu dia tidak bergantung kepada siapapun selain kepada-Nya.
صحيح ابن حبان ٧٥٤: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلْمٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي الْمُهَاجِرِ، عَنْ مَيْسَرَةَ مَوْلَى فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَلَّهُ أَشَدُّ أَذَنَا إِلَى الرَّجُلِ الْحَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ، مِنْ صَاحِبِ الْقَيْنَةِ إِلَى قَيْنَتِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 754: Abdullah bin Muhammad bin Salm mengabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Al Walid menceritakan kepada kami, Al Auza’i menceritakan kepada kami, dari Ismail bin Ubaidullah bin Abu Al Muhajir, dari Maisarah, maula (budak milik) Fadhalah bin Ubaid, dari Fadhalah bin Ubaid, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah SWT lebih (sungguh-sungguh dalam) mendengarkan seorang laki-laki yang bagus suaranya yang membaca Al Qur'an (dengan nada sedih), daripada seorang pemilik biduan (yag mendengarkan suara) biduannya.” 43 [1:2]
صحيح ابن حبان ٧٥٥: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ الْمَرْوَزِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي بَشِيرُ بْنُ أَبِي عَمْرٍو الْخَوْلاَنِيُّ، أَنَّ الْوَلِيدَ بْنَ قَيْسٍ التُّجِيبِيَّ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: يَكُونُ خَلْفٌ بَعْدَ سِتِّينَ سَنَةً أَضَاعُوا الصَّلاَةَ، وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ، فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا، ثُمَّ يَكُونُ خَلْفٌ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ، وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ ثَلاَثَةٌ: مُؤْمِنٌ، وَمُنَافِقٌ، وَفَاجِرٌ.قَالَ بَشِيرٌ: فَقُلْتُ لِلْوَلِيدِ: مَا هَؤُلاَءِ الثَّلاَثَةُ؟ قَالَ: الْمُنَافِقُ كَافِرٌ بِهِ، وَالْفَاجِرُ يَتَأَكَّلُ بِهِ، وَالْمُؤْمِنُ يُؤْمِنُ بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 755: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: ‘Abdah bin Abdurrahim Al Marwazi menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Muqri'44 menceritakan kepada kami dia berkata: Haiwah bin Syuraih menceritakan kepada kami, dia berkata: Basyir bin Abu Amru Al Khaulani menceritakan kepadaku, bahwa Al Walid bin Qais At-Tujaibi menceritakan kepadanya, bahwa dia mendengar Abu Sa’id Al Khudri berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Setelah enam puluh tahun nanti, akan ada satu generasi (pengganti) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kemudian akan ada pula satu generasi (pengganti) yang membaca Al Qur'an tetapi bacaannya tidak sampai melewati tulang- tulang selangka mereka. Akan ada tiga golongan yang membaca Al Qur'an, yaitu: orang mukmin, orang munafiq, dan orang yang suka berbuat maksiat." 45 Basyir berkata: Aku bertanya kepada Al Walid, “Bagaimana keadaan ketiga golongan itu?” Dia menjawab, “Orang munafiq kufur (ingkar) terhadap Al Qur'an, orang yang suka berbuat maksiat memakan harta (mengambil upah) dari Al Qur'an, sementara orang mukmin mengimani Al Qur'an.”
صحيح ابن حبان ٧٥٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهَبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْمُفَضَّلُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ حَكِيمِ بْنِ صَفْوَانَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: جَمَعْتُ الْقُرْآنَ فَقَرَأْتُ بِهِ فِي لَيْلَةٍ، فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: اقْرَأْهُ فِي كُلِّ شَهْرٍ، قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَمِنْ شَبَابِي، فَقَالَ: اقْرَأْهُ فِي كُلِّ عِشْرِينَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَمِنْ شَبَابِي، قَالَ: اقْرَأْهُ فِي عَشْرٍ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَمِنْ شَبَابِي، قَالَ: اقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَمِنْ شَبَابِي، فَأَبَى.
Shahih Ibnu Hibban 756: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yazid bin Mauhab menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Mufadhdhal46 bin Fadhalah menceritakan kepada kami, dari Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Yahya bin Hakim47 bin48 Shafwan, dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Aku telah menghafal Al Qur'an, dan aku telah membacanya (secara keseluruhan) dalam satu malam. Hal itu pun terdengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam setiap bulan." Aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam setiap dua puluh hari" Aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam setiap sepuluh hari" Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam setiap tujuh hari" Aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” (Kali ini) beliau menolak (permintaanku). 49
صحيح ابن حبان ٧٥٧: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى الْقَطَّانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ أَبِي مُلَيْكَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ يَحْيَى بْنِ حَكِيمِ بْنِ صَفْوَانَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: حَفِظْتُ الْقُرْآنَ فَقَرَأْتُ بِهِ فِي لَيْلَةٍ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَأْهُ فِي شَهْرٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَشَبَابِي، قَالَ: اقْرَأْهُ فِي عَشْرٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَشَبَابِي، قَالَ: اقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، دَعْنِي أَسْتَمْتِعْ مِنْ قُوَّتِي وَشَبَابِي، قَالَ: فَأَبَى.
Shahih Ibnu Hibban 757: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ubaidullah bin Umar Al Qawariri menceritakan kepada kami, dia berkata: Yahya Al Qaththan menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Abu Mulaikah menceritakan dari Yahya bin Hakim bin Shafwan, dari Abdullah bin Amru, bahwa dia berkata, “Aku telah hafal Al Qur'an, dan aku selalu mengkhatamkannya setiap malam.” Beliau bersabda kepadanya50, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam waktu sebulan.” Abdullah berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam waktu sepuluh hari”. Abdullah berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an (seluruhnya) dalam waktu tujuh hari" Abdullah berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, biarlah aku menikmati masa kuat dan masa mudaku.” Akan tetapi beliau menolak (permintaanku itu). 51 [1:78]
صحيح ابن حبان ٧٥٨: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمِنْهَالِ الضَّرِيرُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي الْعَلاَءِ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ.
Shahih Ibnu Hibban 758: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Al Minhal Adh-Dharir menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Abu Al ‘Ala' Yazid bin Abdullah, dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan faham (tentang Al Qur'an) orang yang membaca (menghatamkan) Al Qur'an dalam waktu kurang dari tiga hari” 52
صحيح ابن حبان ٧٥٩: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ هِشَامٍ الْبَزَّارُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ عَلَيْهِ قُلُوبُكُمْ، فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ فَقُومُوا عَنْهُ.
Shahih Ibnu Hibban 759: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, Khalaf bin Hisyam Al Bazzar menceritakan kepada kami, dia berkata: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Abu Imran Al Jauni, dari Jundab bin Abdullah, dia meriwayatkannya secara marfu' dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Bacalah Al Qur'an selama hati kalian bersatu. Tetapi jika kalian berselisih mengenainya, maka tinggalkanlah ia” 53
صحيح ابن حبان ٧٦٠: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلْمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ وَذَكَرَ ابْنُ سَلْمٍ، آخَرَ مَعَهُ، عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ، عَنْ وَفَاءِ بْنِ شُرَيْحٍ الصَّدَفِيِّ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ، قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا وَنَحْنُ نَقْتَرِئُ، فَقَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، كِتَابُ اللهِ وَاحِدٌ، وَفِيكُمُ الأَحْمَرُ، وَفِيكُمُ الأَسْوَدُ، اقْرَؤُوهُ قَبْلَ أَنْ يَقْرَأَهُ أَقْوَامٌ يُقَوِّمُونَهُ كَمَا يُقَوَّمُ أَلْسِنَتُهُمْ، يَتَعَجَّلُ أَحَدُهُمْ أَجْرَهُ وَلاَ يَتَأَجَّلُهُ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كَذَا وَقَعَ السَّمَاعُ، وَإِنَّمَا هُوَ السَّهْمُ.
Shahih Ibnu Hibban 760: Abdullah bin Muhammad bin Salm mengabarkan kepada kami, dia berkata: Harmalah bin Yahya menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, dia berkata: Amru bin Al Harits mengabarkan kepadaku -Ibnu Salm menyebutkan periwayat lain selain Amru-, dari Bakr bin Sawadah, dari Wafa' bin Syuraih Ash-Shadafi, dari Sahi bin Sa’ad As-Sa’idi, dia berkata: Suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar untuk menemui kami di saat kami sedang membaca (Al Qur'an). Lalu beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah SWT, Kitab Allah SWT itu satu, sementara di antara kalian ada orang yang berkulit merah dan ada (pula) yang berkulit hitam! Bacalah Al Qur'an sebelum ia dibaca oleh kaum-kaum yang menaksir harga (memberikan harga) pada Al Qur 'an sebagaimana lidah-lidah mereka54 (biasa) menaksir harga. Salah seorang dari mereka meminta disegerakan ganjarannya55 dan tidak meminta ditangguhkan. [1:78] Abu Hatim RA berkata: Demikianlah lafazh yang diperoleh melalui pendengaran (yaitu dengan lafazh “alsinatuhum”), tetapi sebenarnya yang benar adalah “as-sahmu” (anak panah yang dilepaskan).