صحيح ابن حبان ٢٦١: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّهُ قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ بَعْدَ الظُّهْرِ فَقَامَ يُصَلِّي الْعَصْرَ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ ذَكَرْنَا تَعْجِيلَ الصَّلاَةِ أَوْ ذَكَرَهَا، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِينَ، تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِينَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ يَجْلِسُ أَحَدُهُمْ حَتَّى إِذَا اصْفَرَّتِ الشَّمْسُ وَكَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، أَوْ عَلَى قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَ أَرْبَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً.
Shahih Ibnu Hibban 261: Abu KhaJifah mengabarkan kepada kami, dia berkala: Alqa ’nabi menceritakan kepada kami, dari Malik dari Al Ala‘ bin Abdurrahman, dia berkata. Kami masuk ke rumah Anas setelah habis waktu Zhuhur. Lalu ia bangkit melaksanakan shalat Ashar. Setelah ia selesai dari shalat, dia mengingatkan kepada kami (agar) menyegerakan shalat atau ia mengingatkannya. Dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Itu adalah shalat orang-orang munafiq. Itu adalah shalat orang-orang munafiq. —tiga kali— Salah seorang di antara mereka duduk berleha-leha, hingga ketika matahari mulai menguning dan berada di antara dua tanduk syetan, atau di atas dua buah tanduk syetan, maka ia pun berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat (dengan tergesa-gesa). Ia tidak mengingat Allah padanya kecuali hanya sedikit.” 583 [2:109]
صحيح ابن حبان ٢٦٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْعَلاَءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ، أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فِي دَارِهِ بِالْبَصْرَةِ حِينَ انْصَرَفَ مِنَ الظُّهْرِ.، قَالَ: وَدَارُهُ بِجَنْبِ الْمَسْجِدِ، فَلَمَّا دَخَلْنَا عَلَيْهِ، قَالَ: صَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ؟ قُلْنَا: إِنَّمَا انْصَرَفْنَا السَّاعَةَ مِنَ الظُّهْرِ، قَالَ: فَصَلُّوا الْعَصْرَ. فَقُمْنَا فَصَلَّيْنَا الْعَصْرَ، فَلَمَّا انْصَرَفْنَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِينَ، يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا، لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً.
Shahih Ibnu Hibban 262: Ibnu Khuzaimah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ali bin Hujr As-Sa’di menceritakan kepada kami, dia berkata: Isma’il bin Ja’far menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Ala’ bin Abdurrahman bin Ya’qub menceritakan kepada kami, bahwa ia berkunjung ke rumah Anas bin Malik di Kota Bashrah setelah ia selesai melaksanakan shalat Zhuhur. Al Ala’ bin Abdurrahman berkata: Rumah Anas berada di samping masjid. Ketika kami telah memasuki rumahnya, ia bertanya, “Apakah kalian sudah melaksanakan shalat Ashar?” Kami menjawab, “(Belum), karena kami berangkat pada waktu Zhuhur.” Ia berkata, “Laksanakanlah shalat Ashar!". Lalu kami pun berdiri dan langsung melaksanakan shalat Ashar. Setelah kami selesai, dia berkata: Aku Mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Itu adalah shalat orang-orang munafiq. Ia duduk berleha-leha sambil mengawasi matahari. Hingga ketika matahari telah berada di antara dua tanduk syetan, ia pun berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat dengan tergesa-gesa. Ia tidak mengingat Allah padanya kecuali hanya sedikit saja." 584 [5:7]
صحيح ابن حبان ٢٦٣: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ بُجَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ حَمَّادٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلاَنَ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ، أَنَّهُ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَصَاحِبٌ لِي بَعْدَ الظُّهْرِ، فَقَالَ: أَصَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ؟ قَالَ: فَقُلْنَا: لاَ. قَالَ: فَصَلِّيَا عِنْدَنَا فِي الْحُجْرَةِ. فَفَرَغْنَا، وَطَوَّلَ هُوَ، وَانْصَرَفَ إِلَيْنَا، فَكَانَ أَوَّلَ مَا كَلَّمَنَا بِهِ أَنْ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِينَ، يَقْعُدُ أَحَدُهُمْ حَتَّى إِذَا كَانَتْ عَلَى قَرْنِ الشَّيْطَانِ، أَوْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَ أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً.
Shahih Ibnu Hibban 263: Umar bin Muhammad bin Bujair Al Hamdani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Isa bin Hammad menceritakan kepada kami, dia berkata: Al-Laits bin Sa’ad mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Ajian dari Al Ala’ bin Abdurrahman bin Ya'qub, seorang maula (mantan budak) Huraqah, dia berkata: Aku dan seorang sahabatku berkunjung ke rumah Anas bin Malik setelah waktu Zhuhur. Ia berkata, “Apakah kalian berdua telah melaksanakan shalat Ashar?” Dia berkata: Kami menjawab, “Belum.” Dia berkata, “Shalatlah di rumah kami, di ruangan kamar.” Kami pun segera menyelesaikan shalat, sementara ia sendiri memperpanjang shalatnya. Kemudian ia datang menghampiri kami. Pertama kali yang ia katakan kepada kami adalah perkataan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah shalat orang-orang munafiq. Salah satu dari mereka duduk berleha-leha, hingga ketika matahari telah berada di atas tanduk syetan, atau berada di antara kedua tanduk syetan, ia pun berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat dengan tergesa-gesa. Ia tidak mengingat Allah di dalam shalatnya itu kecuali hanya sedikit saja. 585 [5:7]
صحيح ابن حبان ٢٦٤: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْيَحْمَدِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، أَنَّهُ كَانَ يَقُصُّ بِمَكَّةَ وَعِنْدَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ صَفْوَانَ وَنَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ عُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ، إِنْ مَالَتْ إِلَى هَذَا الْجَانِبِ نُطِحَتْ، وَإِنْ مَالَتْ إِلَى هَذَا الْجَانِبِ نُطِحَتْ. قَالَ ابْنُ عُمَرَ: لَيْسَ هَكَذَا. فَغَضِبَ عُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ وَقَالَ: تَرُدُّ عَلَيَّ؟ قَالَ: إِنِّي لَمْ أَرُدَّ عَلَيْكَ، إِلاَّ أَنِّي شَهِدْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالَ: فَقَالَ: عَبْدُ اللهِ بْنُ صَفْوَانَ: فَكَيْفَ قَالَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟ قَالَ: بَيْنَ الرَّبِيضَيْنِ، قَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، بَيْنَ الرَّبِيضَيْنِ، وَبَيْنَ الْغَنَمَيْنِ سَوَاءٌ، قَالَ: كَذَا سَمِعْتُ، كَذَا سَمِعْتُ، كَذَا سَمِعْتُ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا سَمِعَ شَيْئًا مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَعْدُهُ، وَلَمْ يَقْصُرْ دُونَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 264: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Utbah bin Abdullah Al Yahmadi menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Al Mubarak menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Suqah dari Abu Ja’far dari Ubaid bin Umair bahwa suatu ketika ia sedang menceritakan sebuah kisah di Kota Makkah. Dan di sana hadir Ibnu Umar, Abdullah bin Shafwan, dan beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi S AW. Ubaid bin Umair berkata: Sesungguhnya Rasulullah SA W bersabda, 'Perumpamaan orang munaflq itu laksana kambing betina yang berada di antara dua ekor kambing Jantan (Al ghanamain). Jika la cenderung (menyukai) kepada sisi ini, niscaya la ditanduk. Sebaliknya Jika ia cenderung kepada yang lain, niscaya ia akan ditanduk.” Ibnu Umar berkata, “Redaksi hadits yang sebenarnya bukan demikian.” Mendengar itu, Ubaid bin Umair marah. Ia pun berkata, “Apakah engkau ingin menolak (hadits)ku?” Ibnu Umar menjawab, “Aku tidak bermaksud menolak (hadits)mu. Hanya saja aku menyaksikan langsung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkannya." Abdullah bin Shafwan berkata, “Apa yang beliau ucapkan, wahai Abu Abdurrahman?" Ibnu Umar menjawab, “Beliau mengatakan: baina Ar-rabiidhain (di antara dua kambing yang berkumpul di kandang)." Abdullah bin Shafwan berkata, “Bukankah Ar-rabiidhain dan Al ghanamain itu sama?" Ibnu Umar menjawab, “Demikian yang aku dengar. Demikian yang aku dengar. Demikian yang aku dengar " Ibnu Umar apabila mendengar sesuatu (hadits) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia tidak melebih-lebihkan dan tidak pula menguranginya. 586 [3:28]
صحيح ابن حبان ٢٦٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الذُّهْلِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ عِمْرَانَ التُّجِيبِيُّ، عَنْ أَبِي يُونُسَ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَاسْمُهُ سُلَيْمُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ قَالَ فِي هَذِهِ الآيَةِ: {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا} إِلَى قَوْلِهِ: {إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا} : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ إِبْهَامَهُ عَلَى أُذُنِهِ، وَأُصْبَعَهُ الدَّعَّاءَ عَلَى عَيْنِهِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: أَرَادَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَضْعِهِ أُصْبُعَهُ عَلَى أُذُنِهِ وَعَيْنِهِ تَعْرِيفَ النَّاسِ أَنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلاَ لاَ يَسْمَعُ بِالْأُذُنِ الَّتِي لَهَا سِمَاخٌ وَالْتِوَاءٌ، وَلاَ يُبْصِرُ بِالْعَيْنِ الَّتِي لَهَا أَشْفَارٌ وَحَدَقٌ وَبَيَاضٌ، جَلَّ رَبُّنَا وَتَعَالَى عَنْ أَنْ يُشَبَّهَ بِخَلْقِهِ فِي شَيْءٍ مِنَ الأَشْيَاءِ، بَلْ يَسْمَعُ وَيُبْصِرُ بِلاَ آلَةٍ كَيْفَ يَشَاءُ.
Shahih Ibnu Hibban 265: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, dia berkata; Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli menceritakan kepada kami, dia berkata; AJ Muqri’ menceritakan kepada kami, dia berkata; Harmalah bin Imran At-Tujibi menceritakan kepada kami, dari Abu Yunus, maula (mantan budak) Abu Hurairah,—namanya adalah Sulaim bin Jubair—dari Abu Hurairah bahwa dia berkata berkenaan dengan ayat; “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,” hingga firman Allah; “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Qs. An-Nisaa' [4]: 58) Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan ibu jarinya di atas telinga, dan jari jemarinya yang selalu banyak berdo’a di matanya,” 587 [3:37] Abu Hatim berkata; Maksud dan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yarg meletakkan jari-jemari di telinga dan mata, sejatinya hendak memberitahukan kepada segenap manusia bahwa Allah SWT tidak mendengar dengan menggunaka telinga yang memiliki daun telinga dan lekukan. Allahh tidak melihat dengan mata yang memiliki tepian, kelopak, dan bola mata. Maha Tinggi dan Maha Suci Tuhan kita dari menyerupai makhluk-Nya dalam hal sekecil apapun. Akan tetapi, Allah mendengar dan melihat tanpa cara, sebagaimana yang Dia kehendaki.
صحيح ابن حبان ٢٦٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنَامُ، وَلاَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ، وَعَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، حِجَابُهُ النُّورُ، لَوْ كُشِفَ طَبَقُهَا أَحْرَقَ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ كُلَّ شَيْءٍ أَدْرَكَهُ بَصَرُهُ، وَاضِعٌ يَدَهُ لِمُسِيءِ اللَّيْلِ لِيَتُوبَ بِالنَّهَارِ، وَلُمُسِيءِ النَّهَارِ لِيَتُوبَ بِاللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.
Shahih Ibnu Hibban 266: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, dia berkata: Jarir menceritakan kepada kami, dari Al Ala‘ bin Al Musayyab dari Amru bin Munah dari Abu Ubaidah bin Abdillah dari Abu Musa, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak pantas untuk tidur. Dia merendahkan dan meninggikan timbangan amal. Diserahkan kepada-Nya amal perbuatan yang dilakukan manusia di siang hari sebelum malam tiba. Dan diserahkan kepada-Nya amal perbuatan yang dilakukan manusia di malam hari sebelum siang tiba. Tirai penutup-Nya adalah cahaya. Seandainya tingkatan cahaya itu dibuka, niscaya kesucian Dzat-Nya akan membakar segala sesuatu yang bisa ditembus oleh penglihatan-Nya. Dia selalu membuka tangan-Nya bagi orang yang melakukan kesalahan di malam hari untuk bertaubat di siang hari, dan melakukan kesalahan di siang hari untuk bertaubat di malam hari. Hingga matahari terbit dari arah barat.” 588 [3:67]
صحيح ابن حبان ٢٦٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، مَوْلَى ثَقِيفٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَرْقَاءُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ أَنْ يُكَذِّبَنِي، وَيَشْتُمُنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَشْتُمَنِي، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، أَوَ لَيْسَ أَوَّلُ خَلْقٍ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا اللَّهُ الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوَ لَيْسَ أَوَّلُ خَلْقٍ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ؟ فِيهِ الْبَيَانُ الْوَاضِحُ أَنَّ الصِّفَاتِ الَّتِي تُوقِعُ النَّقْصَ عَلَى مَنْ وُجِدَتْ فِيهِ، غَيْرُ جَائِزٍ إِضَافَةُ مِثْلِهَا إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، إِذِ الْقِيَاسُ كَانَ يُوجِبُ أَنْ يُطْلِقَ بَدَلَ هَذِهِ اللَّفْظَةِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ، بِأَصْعَبَ عَلَيَّ، فَتَنَكَّبَ لَفْظَةَ التَّصْعِيبِ إِذْ هِيَ مِنْ أَلْفَاظِ النَّقْصِ، وَأُبْدِلَتْ بِلَفْظِ التَّهْوِينِ الَّذِي لاَ يَشُوبُهُ ذَلِكَ.
Shahih Ibnu Hibban 267: Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim, maula (pemimpin) Tsaqif, mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Rafi ‘ menceritakan kepada kami, dia berkata: Syabahah menceritakan kepada kami, dia berkata Warqa’ menceritakan kepada kami, dari Abu Az-Zinad dari AJ A’raj dari Abu Hurairab dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda. Allah - Maha Suci dan Maha Tinggi-berfirman; ‘Anak cucu Adam belah mendustakan Ku, padahal tidak pantas baginya mendustakan Ku Anak cucu Adam telah mencaci Ku, padahal tidak pantas baginya mencaci-Ku Ada pun pendustaan yang ia lakukan kepada Ku adalah ucapannya : Allah tidak akan neenghidupkanku (setelah mati), sebagaimana Dia telah menciptakanku (Padahal) Tiadalah awal penciptaan makhluk, lebih mudah bagi Ku daripada menghidupkannya kembali? Adapun caci makxnya terhadap-Ku adalah ucapannya: Allah mempunyai anak., sedangkan Aku adalah Alalah Yang Maha Esa, tempat bergantung segala sesuatu Aku tidak, beranak dan. tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Ku.” 589 [3:68] Abu Hatim RA berkata: Pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “(Padahal) Tiadalah awal penciptaan makhluk lebih mudah bagiku daripada menghidupkannya kembali?” terdapat sebuah penjelasan yang sangat nyata bahwa sifat-sifat yang penuh kekurangan yang terdapat pada makhluk tidak boleh dinisbatkan seumpamanya kepada Allah Yang Maha Luhur dan Maha Tinggi. Sebab, secara qiyas meniscayakan penyebutan sebaliknya pada kalimat “lebih mudah”, yaitu dengan “lebih sulit.” Maka dihilangkan kalimat “sulit” karena termasuk berkonotasi kekurangan. Dan digantikan dengan lafazh “mudah” yang tidak tercampur dengan konotasi itu.”
صحيح ابن حبان ٢٦٨: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْقَوَارِيرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: يُلْقَى فِي النَّارِ فَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ، حَتَّى يَضَعَ الرَّبُّ جَلَّ وَعَلاَ قَدَمَهُ فِيهَا، فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: هَذَا الْخَبَرُ مِنَ الأَخْبَارِ الَّتِي أُطْلِقَتْ بِتَمْثِيلِ الْمُجَاوَرَةِ، وَذَلِكَ أَنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُلْقَى فِي النَّارِ مِنَ الْأُمَمِ وَالأَمْكِنَةِ الَّتِي عُصِيَ اللَّهُ عَلَيْهَا، فَلاَ تَزَالُ تَسْتَزِيدُ حَتَّى يَضَعَ الرَّبُّ جَلَّ وَعَلاَ مَوْضِعًا مِنَ الْكُفَّارِ وَالأَمْكِنَةِ فِي النَّارِ، فَتَمْتَلِئُ فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ، تُرِيدُ: حَسْبِي حَسْبِي، لأَنَّ الْعَرَبَ تُطْلِقُ فِي لُغَتِهَا اسْمَ الْقَدَمِ عَلَى الْمَوْضِعِ، قَالَ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ: {لَهُمْ قَدَمُ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ}، يُرِيدُ: مَوْضِعَ صِدْقٍ، لاَ أَنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلاَ يَضَعُ قَدَمَهُ فِي النَّارِ، جَلَّ رَبُّنَا وَتَعَالَى عَنْ مِثْلِ هَذَا وَأَشْبَاهِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 268: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al Qawariri menceritakan kepada kami, dia berkata: Harami bin Umarah menceritakan kepada kami, dia berkata: Syu'bah menceritakan kepada kami, dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "(Kelak) dilemparkan penghuni neraka ke dalam api neraka. Lalu neraka bertanya, 'Masih adakah tambahan?' Hingga Tuhan Yang Maha Luhur dan Maha Tinggi menaruh telapak kaki-Nya di neraka, neraka pun berkata, ‘Cukup, cukup’." 590 [3:67] Abu Hatim berkata : Hadits ini termasuk khabar-khabar yang menggunakan pola tamtsil mujawarah (Majaz mursal min babi ithlaq asy sya’i wa iradati ma yujawiruhu: menyebutkan sesuatu dan yang dimaksud adalah apa yang berdekatan dengannya). Hal itu bahwa pada hari kiamat kelak akan dilempar ke dalam neraka para umat manusia dari berbagai golongan, berikut tempat-tempat yang dijadikan ajang kemaksiatan mereka. Neraka tetap saja meminta jatah tambahan. Hingga Allah menaruhkan pada suatu tempat dari orang-orang kafir berikut negeri-negeri mereka di neraka sehingga menjadi penuh sesak. Ia berkata, “Qath, Qath,” maksudnya “Cukup, cukup”. Demikian karena orang Arab kerap mengucapkan lafazh “Al Qadam” dengan arti “tempat”. Allah berfirman, "LAHUM QADAMU SHIDQIN 'INDA RABBIHIM" maksudnya “mereka mempunyai tempat yang tinggi di sisi Tuhan”. Hadits di atas bukan berarti Allah menaruh telapak kaki-Nya ke dalam neraka dalam arti yang sesungguhnya. Allah Maha Suci dan Maha Tinggi dari sifat yang serupa dengan sifat tersebut. 591
صحيح ابن حبان ٢٦٩: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ، بِنَسَا، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، وَكَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ فَيَقُولُ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلاَنًا مَرِضَ، فَلَمْ تَعُدْهُ، أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي؟ وَيَقُولُ: يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ فَيَقُولُ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي؟ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ فَيَقُولُ: أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ عَبْدِي فُلاَنًا اسْتَطْعَمَكَ فَلَمْ تُطْعِمْهُ؟ أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي.
Shahih Ibnu Hibban 269: Muhammad bin Umar bin Muhammad bin Wisuf di daerah Nasa mengabarkan kepada kami, ia berkata: Al Hasan btn Muhammad Ash-Shabbth menceritakan kepada kami, dia berkata: Affan menceritakan kepada kami, dia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dia berkata: Tsabit mengabarkan kepada kami, dari Abu Rafi’ dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Allah SWT, bertanya kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Wahai anak Adam! Aku sakit, mengapa kamu tidak menjenguk-Ku? ’ Ia menjawab. ‘Wahai Tuhanku! bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam?’ Allah berfirman, ‘Apakah kamu tidak tahu bahwa si fulan592, hamba-Ku. sedang sakit. Namun kamu tidak mau menjenguknya. Tidakkah kamu tahu seandainya kamu menjenguknya, niscaya kamu akan menemukan Aku di sana.’ Allah kembali bertanya; ‘Wahai anak adam! Aku meminta minum kepadamu. Lalu mengapa kamu tidak memberikan Aku minum.’ Sang hamba menjawab, ‘Wahai Tuhanku! Bagaimana aku memberikan Engkau air minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam? ‘Allah berfirman, ‘(Apakah kamu tidak tahu bahwa si fulan, hamba-Ku, sedang merasakan kehausan. Namun engkau tidak memberinya air). Padahal, seandainya saja kamu memberikan air minum, niscaya kamu akan menemukan itu di sisi-Ku.’ Kemudian Allah bertanya; ‘Wahai anak Adam! Aku meminta makan kepadamu, lalu kamu tidak mau memberi Aku makan.’ Sang hamba menjawab, ‘Wahai Tuhanku! Bagaimana aku memberi Engkau makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan sekalian alam?’ Allah berfirman, ‘Tidakkah kamu tahu bahwa si fulan, hamba-Ku, meminta makanan kepadamu, lalu kamu tidak mau memberikannya makanan? Seandainya kamu memberikannnya makan, niscaya Engkau menemukan itu di sisi- Ku. 593 [3:67]
صحيح ابن حبان ٢٧٠: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَبِي الْحُبَابِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا تَصَدَّقَ عَبْدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ طَيِّبًا، وَلاَ يَصْعَدُ إِلَى السَّمَاءِ إِلاَّ طَيِّبٌ إِلاَّ كَأَنَّمَا يَضَعُهَا فِي يَدِ الرَّحْمَنِ، فَيُرَبِّيهَا لَهُ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ وَفَصِيلَهُ، حَتَّى إِنَّ اللُّقْمَةَ أَوِ التَّمْرَةَ لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِثْلَ الْجَبَلِ الْعَظِيمِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِلاَّ كَأَنَّمَا يَضَعُهَا فِي يَدِ الرَّحْمَنِ يُبَيِّنُ لَكَ أَنَّ هَذِهِ الأَخْبَارَ أُطْلِقَتْ بِأَلْفَاظِ التَّمْثِيلِ دُونَ وُجُودِ حَقَائِقِهَا، أَوِ الْوُقُوفِ عَلَى كَيْفِيَّتِهَا، إِذْ لَمْ يَتَهَيَّأْ مَعْرِفَةُ الْمُخَاطَبِ بِهَذِهِ الأَشْيَاءِ إِلاَّ بِالأَلْفَاظِ الَّتِي أُطْلِقَتْ بِهَا.
Shahih Ibnu Hibban 270: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi mengabarkan kepada kami dia berkata: Ibrahim bin Basysyar menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ajlan dari Sa’id bin Yasar Abi Al Hubab dari Abu Hurairah, dia berkata: Abu Al Qasim, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengeluarkan sedekah dari hasil usaha yang baik (halal) -dan Allah tidak pernah menerima kecuali yang baik dan tidak ada yang naik ke langit kecuali yang baik- kecuali seolah-olah ia sedang meletakkannya di tangan Allah Yang Maha Pengasih. Lalu Dia memeliharanya untuknya, seperti salah seorang dari kalian memelihara anak kuda yang masih kecil dan unta yang masih disapih oleh induknya. Hingga satu suap makanan atau satu butir kurma, pada hari kiamat nanti akan datang dalam wujud seperti gunung yang sangat besar.” 594 [3: 67] Abu Hatim berkata “Sabda Rasulullah SAW; “kecuali seolah-olah ia sedang meletakkannya di tangan Allah Yang Maha Pengasih” menjelaskan kepada Anda bahwa hadits-hadits itu disampaikan dengan gaya bahasa perumpamaan yang sama sekali bukan untuk hakikat wujudnya, dan tidak usah mencari tahu tentang cara dan teknisnya. Hal itu, karena pengetahuan manusia tidak mempunyai potensi untuk memahami hal-hal itu kecuali dengan kalimat- kalimat yang digunakan tersebut.