صحيح ابن حبان ٢٥١: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنِ الْمُغِيرَةِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: كَلِمَتَانِ سَمِعْتُ إِحْدَاهُمَا مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالْأُخْرَى أَنَا أَقُولُهَا. سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: لاَ يَلْقَى اللَّهَ عَبْدٌ يُشْرِكُ بِهِ إِلاَّ أَدْخَلَهُ النَّارَ، وَأَنَا أَقُولُ: لاَ يَلْقَى اللَّهَ عَبْدٌ لَمْ يُشْرِكْ بِهِ إِلاَّ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ.
Shahih Ibnu Hibban 251: Ahmad bin Ali Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, dia berkata: Syaiban bin Farrukh menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Awanah menceritakan kepada kami, dari Al Mughirah dari Abu Wa’il dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: Ada dua kalimat yang salah satunya aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan yang lain aku sendiri yang mengatakannya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang menyekutukan Allah bertemu dengan-Nya kecuali Allah memasukkannya ke dalam neraka.” Sedangkan yang aku katakan adalah, “Tidaklah seorang hamba yang tidak menyekutukan Allah bertemu dengan-Nya, melainkan Allah akan memasukannya ke dalam surga” 573 [2:109]
صحيح ابن حبان ٢٥٢: أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيَمَ بْنِ إِسْمَاعِيلَ بِبُسْتَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْمِقَدْامِ الْعِجْلِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَبْدِ الْغَافِرِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَيَأْخُذَنَّ رَجُلٌ بِيَدِ أَبِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرِيدُ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ فَيُنَادَى إِنَّ الْجَنَّةَ لاَ يَدْخُلُهَا مُشْرِكٌ إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُشْرِكٍ فَيَقُولُ أَيْ رَبِّ أَيْ رَبِّ أَبِي قَالَ: فَيَتَحَوَّلُ فِي صُورَةٍ قَبِيحَةٍ وَرِيحٍ مُنْتِنَةٍ فَيَتْرُكُهُ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم يَرَوْنَ أَنَّهُ إِبْرَاهِيَمُ وَلَمْ يَزِدْهُمْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى ذَلِكَ.
Shahih Ibnu Hibban 252: Ibrahim bin Isma’il mengabarkan kepada kami di kota Bust, ia berkata: Ahmad bin Al Miqdam Al Ijli menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu’tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar ayahku menceritakan dari Qatadah dari Uqbah bin Abdul Ghafir, dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Kelak, pada hari kiamat seorang laki-laki menuntun tangan ayahnya. Ia bermaksud hendak memasukkan ayahnya ke dalam surga. Lalu laki-laki itu diseru: 'Sesungguhnya surga tidak boleh dimasuki oleh orang musyrik. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga bagi seluruh orang musyrik. ’ Kemudian laki-laki itu berkata, 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,... ayahku!’Maka Allah pun mengubah bentuk ayahnya dengan rupa yang sangat buruk dan bau busuk yang sangat menyengat. Lalu ia pun tidak mempedulikan ayahnya lagi.” Abu Sa’id berkata, “Para sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat bahwa seorang laki-laki tersebut adalah Nabi Ibrahim. Hanya saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memberikan keterangan tambahan kepada mereka.” 574 [3:78]
صحيح ابن حبان ٢٥٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ فِيلٍ الْبَالِسِيُّ بِأَنْطَاكِيَةَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، قَالاَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا} إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ، قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ؟ قَالَ: فَنَزَلَتْ: {إِنَّ الشِّرْكَ} لَظُلْمٌ عَظِيمٌ قَالَ ابْنُ إِدْرِيسَ، حَدَّثَنِيهِ أَبِي، عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ، عَنِ الأَعْمَشِ ثُمَّ لَقِيتُ الأَعْمَشَ فَحَدَّثَنِي بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 253: Al Hasan bin Ahmad bin Ibrahim bin Fil Al Balisi dan Muhammad bin Ishaq di Kota Anthakiyah mengabarkan kepada kami, mereka berdua berkata: Muhammad bin Al Ala’ bin Kuraib menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Idris menceritakan kepada kami, dan Al A’masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah, dia berkata: Ketika turun firman Allah, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman”(Qs. Al An’aam [6]:82), para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, “Siapa di antara kita yang tidak pernah berbuat zhalim terhadap dirinya?” Lalu turunlah ayat, “Sesungguhnya,,mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar” 575 (Qs. Luqmaan [31]: 13) Ibnu Idris berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, dari Aban bin Taghlib dari Al A’masy. Kemudian aku bertemu dengan Al A’masy, maka ia pun menyampaikan hadits ini kepadaku. [3:64]
صحيح ابن حبان ٢٥٤: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهَا كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.
Shahih Ibnu Hibban 254: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami dia berkata: Salm bin Junadah menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Numair menceritakan kepada kami, dari Al A’ masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada empat perkara yang bila terdapat pada seseorang, maka ia adalah orang munafik yang murni. Dan apabila terdapat padanya satu bagian darinya, maka padanya ada bagian dari kemunafikan sampai ia meninggalkannya. Yaitu: apabila berbicara, ia berdusta. Apabila bersumpah (diberi amanat), ia mengkhianati. Apabila berjanji, ia mengingkari. Dan apabila berperkara, ia berbuat curang.” 576 [3: 48]
صحيح ابن حبان ٢٥٥: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرْبَعُ خِلاَلٍ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا: مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.
Shahih Ibnu Hibban 255: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Ar-Rabi ’ Az-Zahrani menceritakan kepada kami, dia berkata: Jarir menceritakan kepada kami, dari Al A’masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah binAmru, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat perkara yang bila terdapat pada seseorang, maka ia adalah orang munafik yang mumi. Yaitu apabila berbicara, ia berdusta. Apabila berjanji, ia mengingkari. Apabila bersumpah (diberi amanah), ia mengkhianati. Dan apabila berperkara, ia berbuat curang. Dan apabila terdapat padanya satu bagian darinya, maka padanya ada bagian dari kemunafikan.” 577 [3: 49]
صحيح ابن حبان ٢٥٦: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ فِي عَقِبِهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 256: Ahmad bin Ali, setelah hadits sebelumnya, mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Ar-Rabi’ menceritakan kepada kami, dia berkata: Jarir menceritakan kepada kami, dari Al A’masy dari Abu Sufyan dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan teks yang sama.” 578
صحيح ابن حبان ٢٥٧: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا أَبُو نَصْرٍ التَّمَّارُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَحَبِيبٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ فَهُوَ مُنَافِقٌ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ: مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ.
Shahih Ibnu Hibban 257: Ahmad bin Al Hasan bin Abdul Jabbar mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Nashr At-Tammar menceritakan kepada kami, dia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Daud bin Abi Hind dari Sa’id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah—Dan Hubaib dari Al Hasan—, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda; “Ada tiga (perkara), apabila dilakukan oleh seseorang,maka la orang yang munafiq, meskipun berpuasa, melaksanakan shalat, dan mengaku dirinya muslim. Yaitu orang yang apabila berbicara, ia berdusta. Apabila berjanji, ia mengingkari. Dan apabila diberikan amanah, ia berkhianat “579 [3:49]
صحيح ابن حبان ٢٥٨: أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سِنَانٍ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عُبَيْدَةَ بْنِ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي الْجَعْدِ الضَّمْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ الْجُمُعَةَ ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ، فَهُوَ مُنَافِقٌ.
Shahih Ibnu Hibban 258: Ja’far bin Ahmad bin Sinan Al Qaththan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yahya bin Daud menceritakan kepada kami, dia berkata: Waki’ menceritakan kepada kami, dia berkata : Sufyan menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amru dari Ubaidah bin Sufyan dari Abu Al Ja’d Adh-Dhamri, dia berkata:Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang meninggalkan (shalat) Jum’at sebanyak tiga kali tanpa ada udzur (alasan yang dibenarkan oleh syara), maka ia adalah orang munafiq” 580 [3:49]
صحيح ابن حبان ٢٥٩: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ وَرْدَانَ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ حَمَّادٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَا وَصَاحِبٌ لِي، بَعْدَ الظُّهْرِ، فَقَالَ أَصَلَّيْتُمَا الْعَصْرَ؟ قَالَ: فَقُلْنَا: لاَ، قَالَ: فَصَلِّيَا عِنْدَكُمَا فِي الْحُجْرَةِ. فَفَرَغْنَا وَطَوَّلَ هُوَ، ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَيْنَا، فَكَانَ أَوَّلَ مَا كَلَّمَنَا بِهِ أَنْ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تِلْكَ صَلاَةُ الْمُنَافِقِينَ، يُمْهِلُ أَحَدُهُمْ حَتَّى إِذَا كَانَتِ الشَّمْسُ عَلَى قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَ أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً.
Shahih Ibnu Hibban 259: Isma’il bin Daud bin Wardan mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Isa bin Hammad menceritakan kepada kami, dia berkata: Al-Laits mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Ajian dari Al Ala' bin Abdurrahman, dia berkata: Aku dan seorang sahabatku berkunjung ke rumah Anas bin Malik setelah waktu Zhuhur. Ia berkata, “Apakah kalian berdua telah melaksanakan shalat Ashar?” Dia berkata: Kami menjawab, “Belum.” Dia berkata, “Shalatlah di rumah kami, di ruangan kamar.” Kami pun dengan segera menyelesaikan shalat, sementara ia sendiri memperpanjang shalatnya. Kemudian ia datang menghampiri kami. Pertama kali yang ia katakan kepada kami adalah perkataan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Itu adalah shalat orang-orang munafiq. Salah satu dari mereka menunda-nunda, hingga ketika matahari telah berada di atas dua tanduk syetan, ia pun berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat dengan tergesa-gesa. Ia tidak mengingat Allah di dalam shalatnya itu kecuali hanya sedikit saja” 581 [3:49]
صحيح ابن حبان ٢٦٠: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى بِالْمَوْصِلِ، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ وَحَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، أَنَّ حَفْصَ بْنَ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَنَسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِصَلاَةِ الْمُنَافِقِينَ؟ يَدَعُ الْعَصْرَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، أَوْ عَلَى قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ، قَامَ فَنَقَرَ كَنَقَرَاتِ الدِّيكِ لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِنَّ إِلاَّ قَلِيلاً.
Shahih Ibnu Hibban 260: Abu Ya’la di kota Moshul mengabarkan kepada kami, ia berkata: Harun bin Ma'ruf menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, dia berkata: Usamah bin Zaid mengabarkan kepada kami, dan Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah. Ibnu Wahab kembali berkata: Usamah bin Zaid menceritakan kepadaku, bahwa Hafsh bin Ubaidillah bin Anas berkata : Aku mendengar Anas bin Malik berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang shalat orang-orang munafiq? Ia meninggalkan shalat Ashar,sehingga ketika (matahari) telah berada di antara kedua tanduk syetan, atau berada di atas tanduk syetan, ia pun berdiri dan mematuk (segera shalat) seperti patukan-patukan ayam jantan. Ia tidak mengingat Allah di dalam shalatnya kecuali hanya sedikit saja.” 582 [3:49]