صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #201

صحيح ابن حبان ٢٠١: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ يُوسُفَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ مُسْلِمٍ أَبِي بِشْرٍ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ حُمْرَانَ بْنَ أَبَانَ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ‏.

Shahih Ibnu Hibban 201: Muhammad bin Umar bin Yusuf mengabarkan kepada kami, dia berkata: Nashr bin Ali Al Jahdhami menceritakan kepada kami, dia berkata: Bisyr bin Al Mufadhdhal500 menceritakan kepada kami, dia berkata: Khalid Al Hadzdza menceritakan kepada kami, dari Al Walid bin Muslim Abu Bisyr, dia berkata: Aku mendengar Humran bin Aban berkata: Aku Mendengar Utsman bin Affan berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang mati sedangkan ia meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, niscaya ia masuk surga.”

Shahih Ibnu Hibban #202

صحيح ابن حبان ٢٠٢: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ وَرْدَانَ بِالْفُسْطَاطِ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ حَمَّادٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنِ ابْنِ مُحَيْرِيزٍ، عَنِ الصُّنَابِحِيِّ، قَالَ‏:‏ دَخَلْتُ عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ وَهُوَ فِي الْمَوْتِ، فَبَكَيْتُ، فَقَالَ لِي‏:‏ مَهْ، لِمَ تَبْكِي‏؟‏ فَوَاللَّهِ لَئِنَ اسْتُشْهِدْتُ لَأَشْهَدَنَّ لَكَ، وَلَئِنْ شُفِّعْتَ لَأَشْفَعَنَّ لَكَ، وَلَئِنِ اسْتَطَعْتُ لَأَنْفَعَنَّكَ، ثُمَّ قَالَ‏:‏ وَاللَّهِ مَا مِنْ حَدِيثٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكُمْ فِيهِ خَيْرٌ إِلاَّ حَدَّثْتُكُمُوهُ، إِلاَّ حَدِيثًا وَاحِدًا وَسَوْفَ أُحَدِّثَكُمُوهُ الْيَوْمَ، وَقَدْ أُحِيطَ بِنَفْسِي، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ‏.

Shahih Ibnu Hibban 202: Isma’il bin Daud bin Wardah di daerah Fusthat mengabarkan kepada kami, dia berkata: Isa bin Hammad menceritakan kepada kami, dia berkata: Al- Laits mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Ajian dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Ibnu Muhairiz dari Ash-Shunabihi, dia berkata: (Suatu hari) aku berkunjung ke kediaman Ubadah bin Ash-Shamit ketika dia sedang menghadapi kematian (sakaratul maut). Lalu aku menangis. Dia berkata kepadaku, “Diam! kenapa engkau menangis? Demi Allah! Seandainya aku dimatikan secara syahid, niscaya aku berikan pahala syahid untukmu (Diminta kesaksian, niscaya aku memberikan kesaksian kepadamu). Seandainya aku diberikan otoritas syafa’at, niscaya aku akan memberikan syafa’at kepadamu. Seandainya aku diberikan kemampuan, niscaya aku akan memberikan manfaat untukmu.” Kemudian dia berkata, “Demi Allah! Tidak ada satu hadits pun yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan baik bagi kalian kecuali telah aku sampaikan semuanya kepada kalian. Hanya ada satu hadits (yang belum aku sampaikan), dan akan aku sampaikan kepada kalian pada hari ini. Pada saat nyawaku sudah di penghujung batas. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; 'Siapa bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, niscaya Allah mengharamkan dirinya dari api neraka.” 502 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #203

صحيح ابن حبان ٢٠٣: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي عَدِيٍّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ الصَّوَّافُ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ هِلاَلٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي هِصَّانُ بْنُ كَاهِنٍ، قَالَ‏:‏ جَلَسْتُ مَجْلِسًا فِيهِ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ، وَلاَ أَعْرِفُهُ، فَقَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ مَا عَلَى الأَرْضِ نَفْسٌ تَمُوتُ لاَ تُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، وَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ يَرْجِعُ ذَلِكَ إِلَى قَلْبٍ مُوقِنٍ إِلاَّ غُفِرَ لَهَا قُلْتُ‏:‏ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ مُعَاذٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ فَعَنَّفَنِي الْقَوْمُ، فَقَالَ‏:‏ دَعُوهُ، فَإِنَّهُ لَمْ يُسِئِ الْقَوْلَ، نَعَمْ سَمِعْتُهُ مِنْ مُعَاذٍ زَعَمَ أَنَّهُ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 203: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Musaddad bin Musarhad menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi ‘Adi, dia berkata: Hajjaj Ash-Shawwaf menceritakan kepada kami, dia berkata: Humaid bin Hilal mengabarkan kepadaku, dia berkata: Aku telah meriwayatkan hadits dari Hishshan bin Kahin, dia berkata: Aku duduk di sebuah majelis yang padanya terdapat Abdurrahman bin Samurah. Dan aku tidak mengenalnya. Lalu dia berkata: Mu’adz bin Jabal menceritakan kepada kami, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. bersabda; "’Tidak ada seorang pun di atas bumi yang mati, sedangkan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, dengan hati yang penuh keyakinan, kecuali ia akan mendapatkan ampunan” Aku bertanya, “Apakah engkau benar mendengar hadits ini dari Mu’adz?” Dia berkata: Maka, para jama’ah menegurku dengan keras. Lalu Dia pun berkata, “Biarkan dia! Dia tidak lancang dengan ucapannya. Memang benar! Aku mendengar hadits ini dari Mu’adz yang mengatakan bahwa dia mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” 503

Shahih Ibnu Hibban #204

صحيح ابن حبان ٢٠٤: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الأَزْدِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ حُمْرَانَ بْنِ أَبَانَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لاَ يَقُولُهَا عَبْدٌ حَقًّا مِنْ قَلْبِهِ فَيَمُوتُ عَلَى ذَلِكَ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ‏:‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ‏.

Shahih Ibnu Hibban 204: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Yahya Al Azdi menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdul Wahab bin Atha’ menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami, dari Qatadah dari Muslim bin Yasar dari Humran bin Aban dari Utsman bin Affan dari Umar bin Al Khaththab, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya mengetahui sebuah kalimat yang tidaklah diucapkan oleh seorang hamba dengan sebenar-benarnya dari lubuk hatinya, lalu ia mati, kecuali Allah mengharamkan dirinya dari api neraka. Yaitu: laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan selain Allah)." 504 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #205

صحيح ابن حبان ٢٠٥: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلْمٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، عَنْ مِسْعَرِ بْنِ كِدَامٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ أُمِّهِ سُعْدَى الْمُرِّيَّةِ، قَالَتْ‏:‏ مَرَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ بِطَلْحَةَ بَعْدَ وَفَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ‏:‏ مَا لَكَ مُكْتَئِبًا، أَسَاءَتْكَ إِمْرَةُ ابْنِ عَمِّكَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ لاَ، وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لاَ يَقُولُهَا عَبْدٌ عِنْدَ مَوْتِهِ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ نُورًا لِصَحِيفَتِهِ، وَإِنَّ جَسَدَهُ وَرُوحَهُ لَيَجِدَانِ لَهَا رَوْحًا عِنْدَ الْمَوْتِ، فَقُبِضَ وَلَمْ أَسْأَلْهُ، فَقَالَ‏:‏ مَا أَعْلَمُهُ إِلاَّ الَّتِي أَرَادَ عَلَيْهَا عَمَّهُ، وَلَوْ عَلِمَ أَنَّ شَيْئًا أَنْجَى لَهُ مِنْهَا لَأَمَرَهُ‏.

Shahih Ibnu Hibban 205: Abdullah bin Muhammad bin Salm mengabarkan kepada kami, dia berkata: Harun bin Ishaq Al Hamdani menceritakan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Abdul Wahab menceritakan kepada kami, dari Mis’arbin Kidam dari Isma’il bin Abi Khalid dari Asy-Sya’bi dari Yahya bin Thalhah dari ibunya, Su’da Al Murriyyah, dia berkata: Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, Umar bin Al Khaththab lewat di hadapan Thalhah. Ia bertanya, “Mengapa engkau murung (bersedih hati).505 apakah istri anak pamanmu telah berlaku tidak baik terhadapmu?” Thalhah menjawab, ‘Tidak! Akan tetapi, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; ‘Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat yang tidaklah diucapkan oleh seorang hamba saat menjelang kematiannya kecuali kalimat tersebut akan menjadi cahaya bagi lembaran (catatan) perbuatannya. Dan niscaya jasad dan ruhnya akan mendapatkan ketenteraman ketika mati. ’ Tidak lama dari itu, Beliau wafat dan aku belum sempat menanyakan kepadanya (tentang kalimat tersebut).” Thalhah kembali berkata, “Apa yang aku tahu, kalimat itu adalah sebuah kalimat yang sangat beliau dambakan untuk diucapkan oleh pamannya (Abu Thalib). Seandainya beliau mengetahui ada sesuatu yang lebih menyelamatkan pamannya daripada kalimat tersebut, tentu Beliau akan memerintahkannya.” 506 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #206

صحيح ابن حبان ٢٠٦: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْحَوْضِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنِ الْبَرَاءِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ الْمُؤْمِنُ إِذَا شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَعَرَفَ مُحَمَّدًا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَبْرِهِ، فَذَلِكَ قَوْلُ اللهِ جَلَّ وَعَلاَ‏:‏ ‏{‏يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ‏}‏‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 206: Hafsh bin Umar Al Haudhi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami, dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Al Barra‘ bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Seorang mukmin Jika ia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mengakui Muhammad itu adalah utusan Allah, di dalam kuburnya, maka itulah (yang dimaksud) dalam firman Allah SWT, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (Qs. Ibrahim [14]: 27). 507 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #207

صحيح ابن حبان ٢٠٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، عَنِ ابْنِ جَابِرٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ، حَدَّثَنِي جُنَادَةُ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 207: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Shafwan bin Shalih menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Walid menceritakan kepada kami, dari Ibnu 508 Jabir, dia berkata: Umair bin Hani’ menceritakan kepadaku, dia berkata: Junadah bin Abi Umayyah menceritakan kepadaku, dia berkata: Ubadah bin Ash-Shamit menceritakan kepadaku, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, (bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi) bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah sekaligus kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya, bersaksi bahwa surga dan neraka itu haq, niscaya Allah akan memasukkannya (ke dalam surga) melalui delapan pintu surga mana saja yang ia kehendaki” 509 [1: 2].

Shahih Ibnu Hibban #208

صحيح ابن حبان ٢٠٨: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهَبٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الْجَنْبِيِّ، عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ اللَّهُمَّ مَنْ آمَنَ بِكَ، وَشَهِدَ أَنِّي رَسُولُكَ، فَحَبِّبْ إِلَيْهِ لِقَاءَكَ، وَسَهِّلْ عَلَيْهِ قَضَاءَكَ، وَأَقْلِلْ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا، وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِكَ وَلَمْ يَشْهَدْ أَنِّي رَسُولُكَ، فَلاَ تُحَبِّبْ إِلَيْهِ لِقَاءَكَ، وَلاَ تُسَهِّلْ عَلَيْهِ قَضَاءَكَ، وَأَكْثِرْ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 208: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami dia berkata: Yazid bin Mauhab menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa’id bin Abi Ayyub menceritakan kepadaku, dari Abu Hani’ dari Abu Ali Al Janbi 510 dari Fadhalah bin Ubaid, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah! siapa yang beriman kepada-Mu dan bersaksi bahwa aku adalah utusan-Mu, maka tanamkan cinta kepadanya terhadap pertemuan dengan-Mu, mudahkan untuknya ketentuan-Mu,dan sedikitkanlah baginya dari dunia. Dan siapa yang tidak beriman kepada-Mu dan tidak bersaksi bahwa aku adalah utusan-Mu, maka jangan Engkau tanamkan rasa cinta kepadanya terhadap perjumpaan dengan-Mu, jangan mudahkan untuknya ketetapan-Mu, dan perbanyaklah baginya dari dunia.511

Shahih Ibnu Hibban #209

صحيح ابن حبان ٢٠٩: أَخْبَرَنَا وَصِيفُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ بِأَنْطَاكِيَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ سُوَيْدٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَرَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ، كَمَا تَرَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمَا، قَالُوا‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، تِلْكَ مَنَازِلُ الأَنْبِيَاءِ لاَ يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ‏؟‏ قَالَ‏:‏ بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 209: Washifbin Abdullah Al Hafizh mengabarkan kepada kami di negeri Anthakiyah, dia berkata: Ar-Rabi ’ bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dia berkata: Ayyub bin Suwaid menceritakan kepada kami, dia berkata: Malik menceritakan kepada kami, dari Abu Hazim dari Sahal bin Sa’ad, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “ Sesungguhnya para penghuni surga akan melihat para penghuni tempat-tempat surga lainnya, seperti kalian melihat bintang berkilauan yang melintas di ufuk dari timur dan barat, karena perbedaan keutamaan antara keduanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, itu adalah tempat-tempat para Nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Tentu! Dan demi Zat yang menguasai jiwaku, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan mempercayai para Rasul-Nya” 512 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #210

صحيح ابن حبان ٢١٠: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ الشَّرْقِيِّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ زَاجٌ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ عَمْرَو بْنَ مَيْمُونٍ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ‏؟‏ قَالُوا‏:‏ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ‏:‏ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ، قَالَ‏:‏ فَمَا حَقُّهُمْ عَلَى اللهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ‏؟‏ قَالُوا‏:‏ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ‏:‏ يَغْفِرُ لَهُمْ وَلاَ يُعَذِّبُهُمْ‏.‏ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ فِي هَذَا الْخَبَرِ بَيَانٌ وَاضِحٌ بِأَنَّ الأَخْبَارَ الَّتِي ذَكَرْنَاهَا قَبْلُ كُلُّهَا مُخْتَصَرَةٌ غَيْرُ مُتَقَصَّاةٍ، وَأَنَّ بَعْضَ شُعَبِ الإِيمَانِ إِذَا أَتَى الْمَرْءُ بِهِ لاَ تُوجِبُ لَهُ الْجَنَّةَ فِي دَائِمِ الأَوْقَاتِ، أَلاَ تَرَاهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَعَلَ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا‏؟‏ وَعِبَادَةُ اللهِ جَلَّ وَعَلاَ إِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ، وَتَصْدِيقٌ بِالْقَلْبِ، وَعَمَلٌ بِالأَرْكَانِ‏.‏ ثُمَّ الْمُسْلِمُونَ لَمَّا سَأَلُوهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَقِّهِمْ عَلَى اللهِ، فَقَالُوا‏:‏ فَمَا حَقُّهُمْ عَلَى اللهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ‏؟‏ وَلَمْ يَقُولُوا‏:‏ فَمَا حَقُّهُمْ عَلَى اللهِ إِذَا قَالُوا ذَلِكَ، وَلاَ أَنْكَرَ عَلَيْهِمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ اللَّفْظَةَ‏.‏ فَفِيمَا قُلْنَا أَبْيَنُ الْبَيَانِ بِأَنَّ الْجَنَّةَ لاَ تَجِبُ لِمَنْ أَتَى بِبَعْضِ شُعَبِ الإِيمَانِ فِي كُلِّ الأَحْوَالِ، بَلْ يُسْتَعْمَلُ كُلُّ خَبَرٍ فِي عُمُومِ مَا وَرَدَ خِطَابُهُ عَلَى حَسَبِ الْحَالِ فِيهِ، عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ قَبْلُ‏.

Shahih Ibnu Hibban 210: Ahmad bin Muhammad bin Al Hasan bin Asy-Syarqi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Manshur Zaj menceritakan kepada kami, dia berkata: An-Nadhr bin Syumail menceritakan kepada kami, dia berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq, dia berkata: Aku mendengar Amru bin Maimun dari Mu’adz bin Jabal, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “(yaitu) hendaklah mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya." Beliau kembali bersabda; “Apa hak mereka atas Allah jika mereka melakukan hal itu?" Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “ Allah mengampuni mereka dan tidak menyiksa mereka" 513 [1:2] Abu Hatim RA berkata: Hadits ini mengandung penjelasan yang nyata bahwa hadits-hadits yang telah kami sampaikan sebelumnya, semuanya secara singkat dan tidak menyeluruh. Juga menjelaskan bahwa sebagian dari cabang-cabang keimanan itu, apabila dilakukan oleh seseorang, tidak selamanya mewajibkan surga baginya (dalam sepanjang waktu). Tidakkah kamu perhatikan (hadits ini) bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan hak Allah yang wajib dilaksanakan oleh manusia bahwa mereka harus menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Menyembah Allah SWT adalah ikrar lisan, pembenaran hati, dan pengamalan rukun-rukun. Selanjutnya, ketika kaum muslim bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hak mereka atas Allah, mereka mengatakan, “Apa hak manusia atas Allah jika mereka melakukan hal itu?” Mereka tidak mengatakan, “Apa hak manusia atas Allah jika mereka ‘mengucapkan’ hal itu?” Dan Nabi tidak mengingkari ungkapan tersebut. Uraian yang telah kami paparkan merupakan keterangan yang paling jelas bahwa surga tidak wajib bagi mereka yang melaksanakan sebagian cabang keimanan saja, pada semua kondisi. Bahkan ini berlaku pada setiap hadits yang keumuman khiththab (seruannya) sesuai dengan kondisi yang terkandung padanya, sebagaimana yang telah kami uraikan sebelumnya.