صحيح ابن حبان ١٩١: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ بِسْطَامٍ بِالْأُبُلَّةِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً، أَعْلاَهَا شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ.
Shahih Ibnu Hibban 191: Al Husain bin Bistham di Ubulah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Amm bin Ali mengabarkan kepada kami, dia berkata, Husain bin Hafsh menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan Ats-Tsauri menceritakan kepada kami, dari Suhail bin Abi Shalih [dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih]489 dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang lebih. Cabang iman yang tertinggi adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan hal yang mengganggu dari jalan.”490 [2:65]
صحيح ابن حبان ١٩٢: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الرِّفَاعِيُّ أَبُو هِشَامٍ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَمْرٍو الْفُقَيْمِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ، وَلاَ اللِّعَانِ، وَلاَ الْبَذِيءِ، وَلاَ الْفَاحِشِ.
Shahih Ibnu Hibban 192: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Yazid Ar-Rifa’i Abu Hisyam menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Hasan bin Amru Al Fuqaimi menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid dari ayahnya dari Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah orang mukmin itu orang yang mencela nasab, orang yang melaknat orang lain (dengan sumpah serapah), orang yang kotor (tindakan dan ucapan), dan pelaku kekejian (kemungkaran).” 491
صحيح ابن حبان ١٩٣: أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهَبٍ، وَمَوْهَبُ بْنُ يَزِيدَ، قَالاَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ حَلِيمَ إِلاَّ ذُو عَثْرَةٍ، وَلاَ حَكِيمَ إِلاَّ ذُو تَجْرِبَةٍ قَالَ مَوْهَبٌ: قَالَ لِي أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: أَيْشٍ كَتَبْتَ بِالشَّامِ؟ فَذَكَرْتُ لَهُ هَذَا الْحَدِيثَ، قَالَ: لَوْ لَمْ تَسْمَعْ إِلاَّ هَذَا لَمْ تَذْهَبْ رِحْلَتُكَ.
Shahih Ibnu Hibban 193: Ibnu Qutaibah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yazid bin Mauhab dan Mauhab bin Yazid menceritakan kepada kami, mereka berdua berkata: Abdullah bin Wahab menceritakan kepada kami, dia berkata: Amru bin Al Harits menceritakan kepada kami bahwa Darraj Abu As-Samh telah meriwayatkan hadits ini kepadanya dari Abu Al Haitsam dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Tidak ada orang pemaaf kecuali yang pernah mengalami kekeliruan. Dan tidak ada orang bijak kecuali yang mempunyai pengalaman (teruji). 492 Mauhab berkata: Ahmad bin Hanbal bertanya kepadaku, “Apa yang kamu catat di negeri Syam?” Aku menyebutkan hadits ini kepadanya. Dia pun berkata, “Seandainya kamu tidak mendengar kecuali hadits ini saja, tidak lenyap (manfaat) perjalanannmu.” [3:50]
صحيح ابن حبان ١٩٤: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ فِي الْخُطْبَةِ: لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ، وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 194: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al Hasan bin Ash-Shabbah Al Bazzar mengabarkan kepada kami, dia berkata: Mu’ammal bin Isma’il mengabarkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyampaikan khutbah kepada kami. Di dalam khutbahnya, Beliau bersabda; “Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak bisa mengemban amanat. Dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak menepati janji.” 493 [3:50]
صحيح ابن حبان ١٩٥: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، نَحْوَ بَقِيعِ الْغَرْقَدِ، فَانْطَلَقْتُ خَلْفَهُ، فَقَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: لَبَّيْكَ ثُمَّ سَعْدَيْكَ، وَأَنَا فِدَاؤُكَ، فَقَالَ: الْمُكْثِرُونَ هُمُ الْمُقِلُّونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِلاَّ مَنْ قَالَ بِالْمَالِ هَكَذَا وَهَكَذَا، عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ قَالَهَا ثَلاَثًا، ثُمَّ عَرَضَ لَنَا أُحُدٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ، مَا يَسُرُّنِي أَنَّهُ لِآلِ مُحَمَّدٍ ذَهَبًا يُمْسِي مَعَهُمْ دِينَارٌ أَوْ مِثْقَالٌ، فَقُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. ثُمَّ عَرَضَ لَنَا وَادٍ، فَاسْتَبْطَنَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَزَلَ فِيهِ، وَجَلَسْتُ عَلَى شَفِيرِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ لَهُ حَاجَةً، فَأَبْطَأَ عَلَيَّ وَسَاءَ ظَنِّي، فَسَمِعْتُ مُنَاجَاةً، فَقَالَ: ذَلِكَ جِبْرِيلُ يُخْبِرُنِي لِأُمَّتِي مَنْ شَهِدَ مِنْهُمْ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: وَإِنْ زَنَى، وَإِنْ سَرَقَ.
Shahih Ibnu Hibban 195: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muslim bin Ibrahim menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Abu Abdillah, dia berkata: Hammad bin Abu Sulaiman menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Wahab dari Abu Dzarr, dia berkata: (Suatu saat) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat menuju Baqi’ Al Gharqad. Dan aku pun mengikuti Beliau dari belakang. Lalu Beliau berkata, “ Wahai Abu Dzarr” Maka aku menyahut, “Labbaik Tsumma Sa 'daik (aku memenuhi panggilanmu dengan penuh kegembiraan). Dan aku adalah penebus jiwamu. Lalu Beliau berkata, “Orang-orang yang memperbanyak (harta) adalah golongan orang yang memiliki sedikit harta (yakni pahala) pada hari kiamat, kecuali orang yang mengatakan bahwa harta itu begini begini, dari kanan hanya seberapa dan dari kiri hanya seberapa” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali. Kemudian kami melewati gunung Uhud. Lalu beliau berkata, “ Wahai Abu Dzarr, aku tidak merasa senang bahwa keluarga Muhammad bergelimang emas, padahal kemarin mereka hanya memiliki satu dinar atau satu mitsqal saja.” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Kemudian kami melewati sebuah lembah. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencari tahu kedalaman lembah tersebut dan beliau menuruninya, lalu duduk di tepiannya. Aku mengira Beliau sedang memenuhi hajatnya sehingga begitu lambat menghampiriku. Namun perkiraanku salah. Lalu aku mendengar suara pembicaraan yang samar. Lalu Beliau berkata; “Itu adalah Jibril, dia mengabarkan kepadaku (tentang sesuatu) bagi umatku. Yaitu siapa di antara mereka yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, niscaya ia akan masuk surga” Lalu aku bertanya, “Meskipun ia pernah berzina dan mencuri, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Meskipun dia pernah berzina dan mencuri” 494 [3: 50]
صحيح ابن حبان ١٩٦: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ زُهَيْرٍ الْحَافِظُ بِتُسْتُرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي هِنْدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو، وَرَبِّ هَذِهِ الْبَنِيَّةِ يَعْنِي الْكَعْبَةَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ السَّيِّئَاتِ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 196: Ahmad bin Yahya bin Zuhair Al Hafizh di daerah Tustar mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Al Ala‘ bin Kuraib menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dia berkata: Daud bin Abi Hindun menceritakan kepada kami, dari Asy-Sya’bi,—Demi Tuhan pemilik bangunan ini, maksudnya Ka’bah— dia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Amru berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Orang yang berhijrah (ke jalan Allah) adalah orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk Dan orang muslim adalah yang menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti muslim lainnya.” 495 [1:2]
صحيح ابن حبان ١٩٧: أَخْبَرَنَا عَبْدَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: أَسْلَمُ الْمُسْلِمِينَ إِسْلاَمًا مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 197: Abdan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Ma’mar menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Ashim menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dia berkata: Abu Az-Zubair mengabarkan kepadaku, bahwa dia mendengar Jabir bin Abdillah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda, “Orang yang paling sempurna keislamannya di antara kaum muslim adalah orang yang menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti muslim lainnya” 496 [1:2]
صحيح ابن حبان ١٩٨: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمِنْهَالِ الضَّرِيرِ، وَأُمَيَّةُ بْنُ بِسْطَامٍ، قَالاَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ ثَوْبَانَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بَرِيئًا مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ: الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ.
Shahih Ibnu Hibban 198: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Al Minhal Adh-Dharir dan Umayah bin Bistham menceritakan kepada kami, mereka berdua berkata: Yazad bin Zurai’ menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami, dari Qatadah dari Salim bin Abi Al Ja’d dari Ma’dan bin Abi Thalhah dari Tsauban dari Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “ Siapa yang datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan bebas dari tiga perkara ini, niscaya ia masuk surga: takabbur (sombong), menyembunyikan harta rampasan perang, dan utang.” 497 [1:2]
صحيح ابن حبان ١٩٩: أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي حَيْوَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ الْهَادِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الصَّلْتِ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ بَيْضَاءَ، مِنْ بَنِي عَبْدِ الدَّارِ، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ فِي سَفَرٍ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَلَسَ مَنْ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَلَحِقَهُ مَنْ كَانَ خَلْفَهُ، حَتَّى إِذَا اجْتَمَعُوا قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّهُ مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ، وَأَوْجَبَ لَهُ الْجَنَّةَ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: هَذَا خَبَرٌ خَرَجَ خِطَابُهُ عَلَى حَسَبِ الْحَالِ، وَهُوَ مِنَ الضَّرْبِ الَّذِي ذَكَرْتُ فِي كِتَابِ فُصُولُ السُّنَنِ، أَنَّ الْخَبَرَ إِذَا كَانَ خِطَابُهُ عَلَى حَسَبِ الْحَالِ لَمْ يَجُزْ أَنْ يُحْكَمَ بِهِ فِي كُلِّ الأَحْوَالِ. وَكُلُّ خِطَابٍ كَانَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَسَبِ الْحَالِ، فَهُوَ عَلَى ضَرْبَيْنِ: أَحَدُهُمَا: وُجُودُ حَالَةٍ مِنْ أَجْلِهَا ذَكَرَ مَا ذَكَرَ لَمْ تُذْكَرْ تِلْكَ الْحَالَةُ مَعَ ذَلِكَ الْخَبَرِ. وَالثَّانِي: أَسْئِلَةٌ سُئِلَ عَنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَجَابَ عَنْهَا بِأَجْوِبَةٍ، فَرُوِيَتْ عَنْهُ تِلْكَ الأَجْوِبَةُ مِنْ غَيْرِ تِلْكَ الأَسْئِلَةِ، فَلاَ يَجُوزُ أَنْ يُحْكَمَ بِالْخَبَرِ إِذَا كَانَ هَذَا نَعَتُهُ فِي كُلِّ الأَحْوَالِ دُونَ أَنْ يُضَمَّ مُجْمَلُهُ إِلَى مُفَسَّرِهِ، وَمُخْتَصَرُهُ إِلَى مُتَقَصَّاهُ.
Shahih Ibnu Hibban 199: Ibnu Qutaibah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Harmalah menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, dia berkata: Haywah mengabarkan kepadaku, dia berkata: Ibnu Al Had menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ibrahim dari Sa ’ id bin Ash- Shalt dari Suhail bin Baidha yang berasal dari suku Bani Abdu Ad-Darr, dia berkata: Suatu ketika, kami sedang melakukan perjalanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Para sahabat yang berada di depan Beliau beristirahat duduk, sedangkan mereka yang berada di belakang Beliau datang menyusul. Hingga ketika mereka semua berkumpul, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. bersabda; “Sesungguhnya siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, niscaya Allah mengharamkan api neraka atasnya dan Allah wajibkan surga baginya”. 498 [1:2] Abu Hatim RA berkata: Ini adalah hadits yang titahnya {khithab) muncul pada situasi tertentu. Dan ini termasuk jenis yang telah saya sebutkan di dalam Fushul As-Sunan,sebagai berikut: Sebuah hadits, apabila khitab-nya berdasarkan situasi tertentu, maka tidak boleh dihukumkan dengannya kepada seluruh kondisi. Setiap khithab yang berasal dari Nabi sesuai dengan kondisi tertentu terbagi ke dalam dua katagori: Pertama, adanya kondisi tertentu yang karenanya muncul apa yang telah disebutkan (sabda Nabi), sedangkan kondisi tersebut tidak disebutkan bersama hadits. Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau menjawabnya dengan jawaban-jawaban. Kemudian jawaban-jawaban itu diriwayatkan tanpa bersama penyebutan pertanyaan-pertanyaannya. Dengan demikian, tidak boleh menetapkan kesimpulan (hukum) dengan khabar yang begini sifatnya untuk semua kondisi tanpa menggabungkan hadits globalnya dengan yang menafsirkannya dan hadits yang singkat dengan hadits yang menyeluruh (penyampaiannya).
صحيح ابن حبان ٢٠٠: أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ الْعَسْكَرِيُّ بِالرَّقَّةِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْوَكِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ مُعَاذًا: لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، قَالَ: اكْشِفُوا عَنِّي سِجْفَ الْقُبَّةِ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَخَلَ الْجَنَّةَ يُرِيدُ بِهِ جَنَّةً دُونَ جُنَّةٍ لأَنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ، فَمَنْ أَتَى بِالإِقْرَارِ الَّذِي هُوَ أَعْلَى شُعَبِ الإِيمَانِ، وَلَمْ يُدْرِكِ الْعَمَلَ ثُمَّ مَاتَ، أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ أَتَى بَعْدَ الإِقْرَارِ مِنَ الأَعْمَالِ قَلَّ أَوْ كَثُرَ، أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، جَنَّةً فَوْقَ تِلْكَ الْجَنَّةِ، لأَنَّ مَنْ كَثُرَ عَمَلُهُ عَلَتْ دَرَجَاتُهُ، وَارْتَفَعَتْ جَنَّتُهُ، لاَ أَنَّ الْكُلَّ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَدْخُلُونَ جَنَّةً وَاحِدَةً، وَإِنْ تَفَاوَتَتْ أَعْمَالُهُمْ وَتَبَايَنَتْ، لأَنَّهَا جِنَانٌ كَثِيرَةٌ لاَ جَنَّةٌ وَاحِدَةٌ.
Shahih Ibnu Hibban 200: Ali bin Al Husain Al Askari di daerah Raqqah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abdan bin Muhammad Al Wakil menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Abi Za’idah menceritakan kepada kami, dari Sufyan dari Amru bin Dinar dari Jabir, bahwa ketika Mu’adz sudah mendekati wafat, dia berkata: Bukakan untukku kain penutup Qubah! Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “ Siapa yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dengan keikhlasan penuh dari hatinya, niscaya ia masuk surga.” 499 [1: 2] Abu Hatim RA berkata: Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “ Niscaya ia masuk surga” maksudnya adalah suiga tertentu di bawah (tingkat) surga yang lain, karena surga itu banyak dan bertingkat-tingkat. Siapa yang berikrar dengan dua kalimat syahadat, dan itu adalah cabang keimanan yang paling tinggi derajatnya di antara cabang-cabang keimanan yang lain, sedangkan dia tidak sempat melakukan amal shalih, lalu meninggal dunia, maka ia akan dimasukkan ke dalam suiga- Siapa yang berikrar dua kalimat syahadat, lalu ia mengerjakan amal shalih, baik sedikit ataupun banyak, niscaya ia akan dimasukkan ke dalam surga; suiga yang berada di atas suiga tersebut. Hal itu, karena semakin banyak amal shalih yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin tinggi derajatnya, dan semakin tinggi surga yang akan ia raih. Bukan maskdunya bahwa seluruh kaum muslim akan memasuki satu surga yang sama, meskipun amalnya berlainan dan berbeda-beda, karena surga itu banyak, tidak hanya satu surga.