صحيح ابن حبان ١٨١: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُصْعَبٍ بِخَبَرٍ غَرِيبٍ غَرِيبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ السِّنْجِيُّ سُلَيْمَانُ بْنُ مَعْبَدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنِ ابْنِ الْهَادِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: الإِيمَانُ سَبْعُونَ أَوِ اثْنَانِ وَسَبْعُونَ بَابًا، أَرْفَعُهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَدْنَاهُ إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: الاِقْتِصَارُ فِي هَذَا الْخَبَرِ عَلَى هَذَا الْعَدَدِ الْمَذْكُورِ فِي خَبَرِ ابْنِ الْهَادِ مِمَّا نَقُولُ فِي كُتُبِنَا: إِنَّ الْعَرَبَ تَذْكُرُ الْعَدَدَ لِلشَّيْءِ، وَلاَ تُرِيدُ بِذِكْرِهَا ذَلِكَ الْعَدَدَ نَفْيًا عَمَّا وَرَاءَهُ، وَلِهَذَا نَظَائِرُ نَوَّعْنَا لِهَذَا أَنْوَاعًا، سَنَذْكُرُهَا بِفُصُولِهَا فِيمَا بَعْدُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ.
Shahih Ibnu Hibban 181: Al Husain bin Muhammad bin Mush’ab mengabarkan kepada kami, sebuah hadits gharib, gharib (hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dalam setiap mata rantai sanadnya), dia berkata: Abu Daud As-Sinji Sulaiman bin Ma’bad menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Abi Maryam menceritakan kepada kami, dia berkata: Yahya bin Ayyub menceritakan kepada kami, dari Ibnu Al Had dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, "Iman memiliki tujuh puluh atau tujuh puluh dua pintu. Pintu yang paling tinggi adalah (bersaksi, bahwa) tiada Tuhan selain Allah. Sedangkan pintu yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah satu cabang dari keimanan.” [1:1] Ibnu Hatim berkata: Pembatasan di dalam khabar ini atas jumlah tersebut (tujuh puluh atau tujuh puluh dua pintu keimanan) dalam khabar Ibnu Al Had ini, termasuk apa yang kami kemukakan di dalam buku-buku kami. Yaitu, orang Arab sering menyebutkan jumlah tertentu terhadap sesuatu dan tidak bermaksud menafikan apa yang diluar bilangan tersebut. Model-model seperti ini sering ditemukan dan banyak. Kami telah mengklasifikasikan pola ini dalam bagian macam-macamnya. Dan akan kami kemukakan sesudah ini dengan pasal- pasalnya, Insya Allah.
صحيح ابن حبان ١٨٢: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى، قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُدْخِلُ اللَّهُ أَهْلَ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ بِرَحْمَتِهِ، وَيُدْخِلُ أَهْلَ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ، فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا حُمَمًا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرٍ فِي الْجَنَّةِ، فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ حَبَّةٌ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَهَا صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً؟.
Shahih Ibnu Hibban 182: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ali bin Al Madini menceritakan kepada kami, dia berkata: Ma’an bin Isa menceritakan kepada kami, dia berkata: Malik bin Anas menceritakan kepada kami, dia berkata: Amm bin Yahya Al Mazini menceritakan kepada kami, dari ayahnya dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “ Kelak Allah memasukkan penghuni surga ke dalam surga. Dia memasukkan orang yang Dia kehendaki (ke dalam surga) dengan kasih sayang-Nya. Dan kelak Dia memasukkan penghuni neraka ke dalam neraka. Kemudian Dia berseru; Keluarkan orang-orang yang di dalam hatinya terdapat satu biji sawi dari iman Lalu mereka dikeluarkan dari neraka dengan tubuh menjadi seonggok arang. Kemudian mereka dilemparkan ke dalam sebuah sungai di surga. Lalu Mereka tumbuh laksana tumbuhnya benih sayur mayur di tepian sungai. Tidakkah engkau melihat tumbuhan itu begitu kuning dan ranum melingkar” [3:80]
صحيح ابن حبان ١٨٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي رَجَاءِ بْنِ أَبِي عُبَيْدَةَ الْحَرَّانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُعَاوِيَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِذَا مُيِّزَ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَأَهْلُ النَّارِ، يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، قَامَتِ الرُّسُلُ فَشَفَعُوا، فَيُقَالُ: اذْهَبُوا فَمَنْ عَرَفْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ قِيرَاطٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ بَشَرًا كَثِيرًا، ثُمَّ يُقَالُ: اذْهَبُوا فَمَنْ عَرَفْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، فَيُخْرِجُونَ بَشَرًا كَثِيرًا، ثُمَّ يَقُولُ جَلَّ وَعَلاَ: أَنَا الآنَ أُخْرِجُ بِنِعْمَتِي وَبِرَحْمَتِي. فَيُخْرِجُ أَضْعَافَ مَا أَخْرَجُوا وَأَضْعَافَهُمْ، قَدِ امْتَحَشُوا وَصَارُوا فَحْمًا، فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرٍ، أَوْ فِي نَهْرٍ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَتَسْقُطُ مُحَاشُّهُمْ عَلَى حَافَةِ ذَلِكَ النَّهَرِ، فَيَعُودُونَ بِيضًا مِثْلَ الثَّعَارِيرِ، فَيُكْتَبُ فِي رِقَابِهِمْ: عُتَقَاءُ اللهِ، وَيُسَمَّوْنَ فِيهَا الْجَهَنَّمِيِّينَ. الثَّعَارِيرُ الْقِثَّاءُ الصِّغَارُ، قَالَهُ الشَّيْخُ.
Shahih Ibnu Hibban 183: Yahya bin Abi Raja’ bin Abi Ubaidah Al Harani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Zuhair bin Mu’awiyah menceritakan kepada kami, dari Abu Az-Zubair dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda; “Apabila penghuni surga dan penghuni neraka telah dipisah-pisahkan, maka penghuni surga akan memasuki surga dan penghuni neraka akan masuk neraka. Para Rasul pun berdiri, lalu mereka memberikan syafa’at. Kemudian dikatakan; “Berangkatlah!Siapa yang kalian tahu di dalam hatinya terdapat seberat satu Qirath dari keimanan, maka keluarkanlah Lalu mereka pun mengeluarkan manusia dalam jumlah yang banyak (dari api neraka). Kemudian dikatakan, “ Berangkatlah! Siapa yang kalian tahu di dalam hatinya terdapat seberat satu biji sawi dari keimanan, maka keluarkanlah dia.” Lalu mereka pun mengeluarkan manusia dalam jumlah yang banyak. Setelah itu Allah SWT, berfirman, ‘Sekarang Aku akan mengeluarkan (mereka dari neraka) dengan berkat nikmat dan kasih sayang-Ku. ’Lalu Allah mengeluarkan berlipat ganda (penghuni neraka) dari jumlah yang telah mereka keluarkan. Mereka dalam keadaan terbakar dan telah menjadi seonggok arang. Lalu mereka dilemparkan ke sebuah sungai, atau ke sebuah sungai dari sungai-sungai surga. Kemudian kerak-kerak hitam (tubuh) mereka menjadi sirna berguguran di pinggiran sungai itu. Sehingga mereka kembali menjadi putih laksana buah-buah mentimun yang berukuran kecil. Lalu ditulis di leher-leher mereka: Utaqa Lillah (Orang-orang yang dibebaskan oleh Allah), dan mereka dinamakan al Jahannamiyin. ” [3:80] Lafadz Ats-Tsa 'arir. mentimun yang kecil. Demikian diungkapkan oleh Syaikh Ibnu Hibban.
صحيح ابن حبان ١٨٤: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ يُوسُفَ بْنِ حَمْزَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، عَنْ أَبِي مَسْلَمَةَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لاَ يَمُوتُونَ فِيهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ، أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ، حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَبُثُّوا عَلَى أَهْلِ الْجَنَّةِ، ثُمَّ قِيلَ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ، قَالَ: فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: كَأَنَّهُ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبَادِيَةِ.
Shahih Ibnu Hibban 184: Muhammad bin Amru bin Yusuf bin Hamzah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Nashr bin Ali Al Jahdhami menceritakan kepada kami, dia berkata: Bisyr bin Al Mufhadhdhal menceritakan kepada kami dari Abu Maslamah dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Adapun para penghuni neraka yang menjadi penduduk neraka, maka sesungguhnya mereka itu tidak pernah mati di dalam neraka dan tidak juga hidup. Hanya saja, manusia terkena sengatan api neraka dengan sebab dosa-dosa mereka —atau dia berkata, dengan sebab kesalahan-kesalahan mereka- hingga ketika mereka telah menjadi seonggok arang, pintu syafa ’at diizinkan. Lalu mereka pun dihadirkan secara berkelompok. Mereka kemudian dihalau menuju para penghuni surga. Lalu dikatakan, “Wahai para penghuni surga, tuangkan untuk mereka.” Dia berkata: Lalu mereka tumbuh laksana tumbuhnya benih di tepian air yang mengalir. Lalu seorang laki-laki dari kaum berkata, “Seakan-akan Rasulullah berada di desa pedalaman (yakni saking tepatnya dalam menggambarkan benih yang tumbuh).” [3:80].
صحيح ابن حبان ١٨٥: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، قَالَ: قَالَ يَهُودِيٌّ لِعُمَرَ: لَوْ عَلِمْنَا، مَعْشَرَ الْيَهُودِ، مَتَى نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ لاَتَّخَذْنَاهُ عِيدًا: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ}، وَلَوْ نَعْلَمُ الْيَوْمَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ لاَتَّخَذْنَاهُ عِيدًا. فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَدْ عَلِمْتُ الْيَوْمَ الَّذِي أُنْزِلَتْ فِيهِ، وَاللَّيْلَةَ الَّتِي أُنْزِلَتْ، يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَفَاتٍ.
Shahih Ibnu Hibban 185: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdullah bin Idris mengabarkan kepada kami, dari ayahnya dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab, dia berkata: Seorang Yahudi berkata kepada Umar, “Seandainya kami, segenap golongan Yahudi, mengetahui kapan diturunkannya ayat; ‘Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu. ’ (Qs. Al Maa'idah [5]: 3), niscaya kami akan menjadikannya sebagai hari raya. Dan seandainya kami mengetahui hari diturunkannya ayat ini, niscaya kami akan menjadikan hari itu sebagai hari raya.” Umar RA berkata, “Sungguh aku mengetahui hari yang diturunkan padanya dan malam yang diturunkan ayat ini, yaitu hari Jum’at. Saat itu kami bersama Rasulullah sedang berada di Arafah.” [5:46]
صحيح ابن حبان ١٨٦: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ، وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، كُلُّهُمْ يُحَدِّثُونَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرُ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلاَ يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ الْمُسْلِمُونَ إِلَيْهَا أَبْصَارَهُمْ وَهُوَ حِينَ يَنْتَهِبُهَا مُؤْمِنٌ فَقُلْتُ لِلزُّهْرِيِّ مَا هَذَا؟ فَقَالَ: عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَلاَغُ، وَعَلَيْنَا التَّسْلِيمُ.
Shahih Ibnu Hibban 186: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, dia berkata: Al Walid bin Muslim mengabarkan kepada kami, dari Al-Auza’i dari Az-Zuhri, dia berkata: telah menceritakan kepadaku Sa’id bin Al Musayyab, Abu Salamah bin Abdurrahman, dan Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Semuanya menceritakan dari Abu Hurairah dari Rasulullah, beliau bersabda; “Tidaklah pelaku zina itu berzina ketika melakukan zina dia beriman (yakni, saat seseorang beriman maka ia tidak akan berzina). Tidaklah pencuri itu mencuri ketika mencuri dia sedang beriman (yakni, saat seseorang beriman maka ia tidak akan mencuri). Tidaklah peminum khamer itu meminum khamer ketika meminumnya dia sedang beriman (yakni, saat seseorang beriman maka ia tidak akan meminum khamer). Dan tidaklah merampas pelaku perampasan harta berharga yang dilirik oleh setiap mata orang Islam, sedang dia ketika merampasnya sedang beriman .” Aku bertanya kepada Az-Zuhri, “Apa ini?” Az-Zuhri menjawab, “Kewajiban Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menyampaikan. Sedangkan kewajiban kita adalah menerima.” [2:64]
صحيح ابن حبان ١٨٧: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، وَابْنُ كَثِيرٍ، قَالاَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ: قَالَ وَاقِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: أَخْبَرَنِي عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ.
Shahih Ibnu Hibban 187: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Al Walid dan Ibnu Katsir menceritakan kepada kami, mereka berdua berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami, dia berkata: Waqid bin Abudllah mengabarkan kepadaku, dari ayahnya bahwa ia mendengar Ibnu Umar menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, “Janganlah kalian kembali menjadi kafir sesudahku (wafatku), dimana sebagian kalian menebas leher sebagian yang lain.” [2:65]
صحيح ابن حبان ١٨٨: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سِنَانٍ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي، كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوَاكِبِ.
Shahih Ibnu Hibban 188: Umar bin Sa’id bin Sinan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ahmad bin Abu Bakar mengabarkan kepada kami, dari Malik dari Shalih bin Kaisan dari Ubaidiliah bin Abdullah bin Utbah dari Zaidbin Khalid Al Juhani bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam suatu ketika melaksanakan shalat Shubuh bersama kami di daerah Hudaibiyah di bahwa langit yang menyisakan dari malam (bekas hujan). Lalu ketika Beliau selesai shalat, Beliau menghadap ke arah orang-orang, dan berkata, “Tahukah kalian apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda; “(Dia berfirman) Di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata: Kami dianugerahi hujan semata karena karunia dan kasih sayang Allah, berarti ia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Adapun orang yang berkata: Kami dianugerahi hujan dengan sebab rasi bintang ini dan itu, berarti ia adalah orang yang kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang” [2:65]
صحيح ابن حبان ١٨٩: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنِ الشَّرِيدِ بْنِ سُوَيْدٍ الثَّقَفِيِّ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي أَوْصَتْ أَنْ نُعْتِقُ عَنْهَا رَقَبَةً، وَعِنْدِي جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ، قَالَ: ادْعُ بِهَا، فَجَاءَتْ، فَقَالَ: مَنْ رَبُّكِ؟ قَالَتِ: اللَّهُ، قَالَ: مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ: رَسُولُ اللهِ، قَالَ: أَعْتِقْهَا، فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.
Shahih Ibnu Hibban 189: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Al Walid menceritakan kepada kami, dia berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Asy-Syarid bin Suwaid Ats-Tsaqafi, dia berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku berwasiat agar kami memerdekakan seorang hamba sahaya untuknya. Dan aku memiliki seorang wanita sahaya yang berkulit hitam.” Beliau berkata, “Panggil dia (ke sini)! Tak lama, hamba ia pun datang. Beliau lalu bertanya (kepadanya), “Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab, “Allah.” Beliau kembali bertanya, ”Siapa aku?” Dia menjawab, “Utusan Allah (Rasulullah).” Beliau lalu berkata (kepadaku); “Merdekakanlahdia, karena sesungguhnya ia wanita yang beriman” [2:65]
صحيح ابن حبان ١٩٠: أَخْبَرَنَا حَبَّانُ بْنُ إِسْحَاقَ بِالْبَصْرَةِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ يَعْقُوبَ الرُّخَامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ بَابًا، وَالْحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ.
Shahih Ibnu Hibban 190: Habbban bin Ishaq di kota Bashrah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al Fadhl bin Ya’qub dari Rukhami menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Amir Al Aqadi menceritakan kepada kami, dia berkata: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Iman itu memiliki tujuh puluh pintu lebih. Dan malu itu sebagian dari iman.” [2:65]