صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #171

صحيح ابن حبان ١٧١: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الأَشْجَعِيِّ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ أَبِي، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ مَنْ وَحَّدَ اللَّهَ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِهِ، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ‏.

Shahih Ibnu Hibban 171: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami, dia berkata: Abu Khalid Al Ahmar menceritakan kepada kami, dari Abu Malik Al Asyja’i, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah S AW bersabda; “Siapa yang mengesakan Allah dan mengingkari sesuatu yang dijadikan sesembahan selain Allah, niscaya haram (terpelihara) harta dan darahnya. Dan segala penghitungan amalnya diserahkan kepada Allah.” [3:26]

Shahih Ibnu Hibban #172

صحيح ابن حبان ١٧٢: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي جَمْرَةَ، قَالَ‏:‏ كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ، فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ تَسْأَلُهُ عَنْ نَبِيذِ الْجَرِّ، فَقَالَ‏:‏ إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ أَتَوْا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ مَنِ الْوَفْدُ، أَوْ مَنِ الْقَوْمُ‏؟‏ قَالُوا‏:‏ رَبِيعَةُ، قَالَ‏:‏ مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى، قَالُوا‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ، إِنَّ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ، وَإِنَّا لاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلاَّ فِي شَهْرٍ حَرَامٍ، فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا، وَنَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ‏.‏ قَالَ‏:‏ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ، وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ‏:‏ أَمَرَهُمْ بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ، وَقَالَ‏:‏ هَلْ تَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ‏؟‏ قَالُوا‏:‏ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ‏:‏ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَأَنْ تُعْطُوا الْخُمُسَ مِنَ الْمَغْنَمِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ الدُّبَّاءِ وَالْحَنْتَمِ، وَالْمُزَفَّتِ‏.‏ قَالَ شُعْبَةُ‏:‏ وَرُبَّمَا قَالَ‏:‏ وَالنَّقِيرِ، وَرُبَّمَا قَالَ‏:‏ الْمُقَيَّرِ، وَقَالَ‏:‏ احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 172: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Ja’fer menceritakan kepada kami, dia berkata: Syu’bah dari Abu Jamiah menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku pernah menjadi penerjemah antara Ibnu Abbas dengan sekelompok manusia. Lalu ada seorang perempuan datang dan bertanya kepadanya tentang hukum minuman keras yang terbuat dari (tumbuhan) Al Jarr. Ibnu Abbas berkata: Para rombongan utusan Bani Abdul Qais datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bertanya, “Rombongan atau Kaum siapa?” Mereka menjawab, “Rabi’ah.” Beliau berkata, “Selamat datang, wahai kaum atau para rombongan, tanpa rasa malu atau menyesal (tidak enak rasa).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kami datang kepadamu dari sebelah bagian yang jauh.Sesungguhnya antara kami dan engkau terhalang oleh kampung pemukiman orang-orang kafir Mudhar. Dan kami tidak bisa mendatangimu kecuali hanya pada bulan-bulan haram saja. Oleh sebab itu, perintahlah kami melakukan sesuatu yang dapat kami kabarkan kepada orang- orang di belakang kami dan bisa menyebabkan kami masuk surga.” Ibnu Abbas berkata: Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk melakukan empat hal dan melarang mereka dari empat hal. Beliau memerintahkan kepada mereka untuk beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Beliau bersabda; “Apakah kalian tahu. apa yang dimaksud dengan beriman kepada Allah Yang Maha Esa?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui?.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat. berpuasa di bulan Ramadhan, dan hendaknya kalian memberikan seperlima dari harta rampasan perang. Lalu Beliau melarang mereka mengggunakan buah labuh yang dilubangi untuk menyimpan air (sari kurma), wadah yang tebuat dari tanah, serabut dan darah, Wadah yang dilapisi oleh ter, —Syu’bah berkata: Dan barangkali dia berkata, ”Wa An-Naqir (batang kurma yang dilubangi untuk menyimpan sari kurma menjadi khamer). Dan barangkali dia mengatakan, ”Wa Al Muqayyar (wadah yang dibuat dengan ter)— Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jagalah perintah tersebut dan kabarkan kepada orang-orang di belakang kalian.” [3:26]

Shahih Ibnu Hibban #173

صحيح ابن حبان ١٧٣: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ وَاضِحٍ الْهَاشِمِيُّ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ قَالَ‏:‏ قُلْتُ‏:‏ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ يَعْنِي لاِبْنِ عُمَرَ‏:‏ إِنَّ أَقْوَامًا يَزْعُمُونَ أَنْ لَيْسَ قَدَرٌ قَالَ‏:‏ هَلْ عِنْدَنَا مِنْهُمْ أَحَدٌ‏؟‏ قُلْتُ‏:‏ لاَ، قَالَ‏:‏ فَأَبْلِغْهُمْ عَنِّي إِذَا لَقِيتَهُمْ‏:‏ إِنَّ ابْنَ عُمَرَ يَبْرَأُ إِلَى اللهِ مِنْكُمْ، وَأَنْتُمْ بُرَآءُ مِنْهُ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، قَالَ‏:‏ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُنَاسٍ، إِذْ جَاءَ رَجُلٌ لَيْسَ عَلَيْهِ سَحْنَاءُ سَفَرٍ، وَلَيْسَ مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ، يَتَخَطَّى حَتَّى وَرَكَ، فَجَلَسَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ‏:‏ يَا مُحَمَّدُ، مَا الإِسْلاَمُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَأَنْ تُقِيمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَحُجَّ وَتَعْتَمِرَ، وَتَغْتَسِلَ مِنَ الْجَنَابَةِ، وَأَنْ تُتِمَّ الْوُضُوءَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، قَالَ‏:‏ فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَنَا مُسْلِمٌ‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ، قَالَ‏:‏ صَدَقْتَ‏.‏ قَالَ‏:‏ يَا مُحَمَّدُ، مَا الإِيمَانُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَتُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْمِيزَانِ، وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، قَالَ‏:‏ فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ، فَأَنَا مُؤْمِنٌ‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ، قَالَ‏:‏ صَدَقْتَ‏.‏ قَالَ‏:‏ يَا مُحَمَّدُ، مَا الإِحْسَانُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ الإِحْسَانُ أَنْ تَعْمَلَ لِلَّهِ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنَّكَ إِنْ لاَ تَرَاهُ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ، قَالَ‏:‏ فَإِذَا فَعَلْتُ هَذَا، فَأَنَا مُحْسِنٌ‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ، قَالَ‏:‏ صَدَقْتَ‏.‏ قَالَ‏:‏ فَمَتَى السَّاعَةُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ سُبْحَانَ اللهِ، مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَلَكِنْ إِنْ شِئْتَ نَبَّأْتُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا، قَالَ‏:‏ أَجَلْ، قَالَ‏:‏ إِذَا رَأَيْتَ الْعَالَةَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبِنَاءِ، وَكَانُوا مُلُوكًا، قَالَ‏:‏ مَا الْعَالَةُ الْحُفَاةُ الْعُرَاةُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ الْعُرَيْبُ، قَالَ‏:‏ وَإِذَا رَأَيْتَ الأَمَةَ تَلِدُ رَبَّتَهَا، فَذَلِكَ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ، قَالَ‏:‏ صَدَقْتَ‏.‏ ثُمَّ نَهَضَ فَوَلَّى‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ عَلَيَّ بِالرَّجُلِ، فَطَلَبْنَاهُ كُلَّ مَطْلَبٍ فَلَمْ نَقْدِرْ عَلَيْهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ هَلْ تَدْرُونَ مَنْ هَذَا‏؟‏ هَذَا جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ لَيُعَلِّمَكُمْ دِينَكُمْ، خُذُوا عَنْهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا شُبِّهَ عَلَيَّ مُنْذُ أَتَانِي قَبْلَ مَرَّتِي هَذِهِ، وَمَا عَرَفْتُهُ حَتَّى وَلَّى‏.‏ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ تَفَرَّدَ سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ بِقَوْلِهِ خُذُوا عَنْهُ، وَبِقَوْلِهِ‏:‏ تَعْتَمِرَ وَتَغْتَسِلَ وَتُتِمَّ الْوُضُوءَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 173: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yiisufbin Wadhih Al Hasyimi menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu’tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dari ayahnya dari Yahya bin Ya’mar, dia berkata: Aku bertanya (kepada Ibnu Umar), “Wahai Abu Abdurrahman, -maksudnya Ibnu Umar- ada kelompok orang yang mengklaim tidak ada qadar (takdir).” Ibnu Umar bertanya, “Apakah di antara kita sekarang ada seseorang dari golongan mereka?” Aku menjawab, ‘Tidak ada.” Ibnu Umar berkata: Jika engkau bertemu dengan mereka, sampaikan kepada mereka dariku bahwa Ibnu Umar berlepas diri kepada Allah dari kalian dan kalian berlepas diri dariku. Umar bin Khaththab menceritakan kepada kami, dia berkata: Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di depan orang-orang, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tidak ada raut muka kelelahan akibat perjalanan. Dan dia juga bukan penduduk daerah setempat. Dia lewat dan duduk dengan menyandarkan tubuh di atas pinggul (posisi duduknya seperti tasyahud akhir, penerj) tepat berada di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu ia bertanya, “Wahai Muhamad, apa itu Islam?.” Beliau menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan berumrah, mandi karena berjunub (hadats besar), menyempurnakan wudhu, dan berpuasa di bulan ramadhan.” Dia kembali bertanya, “Apabila aku melakukan itu, apakah aku seorang muslim?” Beliau menjawab, “Benar.” Laki-laki itu berkata, “Kamu benar.” Dia kembali bertanya, “Wahai Muhammad, apa iman itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, percaya terhadap surga, neraka, timbangan (penimbangan amal), percaya terhadap kebangkitan setelah kematian, percaya terhadap ketentuan Allah (takdir); ketentuan yang baik ataupun ketentuan yang buruk” Laki-laki itu kembali bertanya, ‘‘Apabila aku melakukan itu, apakah aku seorang mukmin?” Beliau menjawab; “Benar” Dia berkata, “Kamu benar.” Lalu dia kembali bertanya, “Wahai Muhammad, apa itu ihsan?” Beliau menjawab, “Ihsan adalah engkau beramal semata-mata karena Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka Dia pasti melihatmu. Laki-laki itu kembali bertanya, “Jika aku melakukan itu, apakah aku seorang muhsin (orang yang melakukan ihsan)?” Beliau menjawab; “Benar” Dia berkata, “Kamu benar.” Dia kembali bertanya, “Lalu kapan terjadinya kiamat?” Beliau menjawab, “Mahasuci Allah! Tidaklah orang yang ditanya tentangnya lebih tahu daripada orang yang bertanya. Namun jika engkau mau, aku akan memberitahukan kepadamu tanda-tandanya.” Dia menjawab, “Baiklah!” Beliau berkata, “Jika engkau melihat orang miskin, yang tidak mengenakan alas kaki dan telanjang, saling berlomba dalam membangun gedung- gedung tinggi, dan mereka telah menjadi raja-raja.” Dia bertanya, “Apa itu orang miskin yang tidak mengenakan alas kaki dan telanjang?” Beliau menjawab, “Orang Arab pinggiran.” Beliau berkata, “Dan jika engkau melihat seorang hamba sahaya melahirkan tuannya, itu sebagian tanda- tanda kiamat.” Laki-laki itu berkata, “Kamu benar.” Kemudian dia bangkit berdiri, lalu beranjak pergi. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. bersabda, “Datangkan laki-laki itu kepadaku!“ Maka, kami mencarinya di setiap sudut [dengan sungguh- sungguh], tetapi tidak juga mampu menemukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. pun bersabda; “Tahukah kalian siapa dia? Dia adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. Oleh karena itu, ambillah pelajaran darinya. Demi Dzat yang menguasai jiwaku, aku tidak keliru mengenal penyerupaannya semenjak dia mendatangiku sebelum kedatangannya kali sekarang ini, aku tidak mengenalnya (dengan baik) kecuali setelah ia pergi." [1:1] Abu Hatim berkata: Sulaiman At-Taimi sendirian saja yang meriwayatkan dengan teks hadits, “Ambillah pelajaran darinya” dan teks, “Melaksanakan ibadah haji dan umrah, mandi junub, dan menyempurnakan wudhu.”

Shahih Ibnu Hibban #174

صحيح ابن حبان ١٧٤: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ الْجُمَحِيُّ بِالْبَصْرَةِ، حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا‏:‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، فَإِذَا شَهِدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَآمَنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ، عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ‏.‏ تَفَرَّدَ بِهِ الدَّرَاوَرْدِيُّ، قَالَهُ الشَّيْخُ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 174: Al Fadhl bin Al Hubab Al Jumahi di Kota Basrah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al Qa’nabi menceritakan kepada kami, dia berkata: Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al Ala" bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: ‘Tiada Tuhan selain Allah ’. Lalu jika mereka telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah serta beriman kepadaku dan ajaran- ajaran yang aku bawa, maka mereka terpelihara dariku; darah dan harta- harta mereka kecuali secara hak. Dan penghitungan mereka diserahkan kepada Allah.” [ 1:1] Hanya Ad-Darawardi yang meriwayatkan teks hadits di atas. Hal ini diungkapkan oleh Syaikh Ibnu Hibban.

Shahih Ibnu Hibban #175

صحيح ابن حبان ١٧٥: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، بِالْمَوْصِلِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَرْعَرَةَ، حَدَّثَنَا حَرَمِيُّ بْنُ عُمَارَةَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ، عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ‏.‏ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ تَفَرَّدَ بِهِ شُعْبَةُ‏.‏ وَفِي هَذَا الْخَبَرِ بَيَانٌ وَاضِحٌ بِأَنَّ الإِيمَانَ أَجْزَاءٌ، وَشُعَبٌ تَتَبَايَنُ أَحْوَالُ الْمُخَاطَبِينَ فِيهَا، لأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ فِي هَذَا الْخَبَرِ‏:‏ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، فَهَذَا هُوَ الإِشَارَةُ إِلَى الشُّعْبَةِ الَّتِي هِيَ فَرْضٌ عَلَى الْمُخَاطَبِينَ فِي جَمِيعِ الأَحْوَالِ، ثُمَّ قَالَ‏:‏ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، فَذَكَرَ الشَّيْءَ الَّذِي هُوَ فَرْضٌ عَلَى الْمُخَاطَبِينَ فِي بَعْضِ الأَحْوَالِ، ثُمَّ قَالَ‏:‏ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَذَكَرَ الشَّيْءَ الَّذِي هُوَ فَرْضٌ عَلَى الْمُخَاطَبِينَ فِي بَعْضِ الأَحْوَالِ، فَدَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ مِنَ الطَّاعَاتِ الَّتِي تُشْبِهُ الأَشْيَاءَ الثَّلاَثَةَ الَّتِي ذَكَرَهَا فِي هَذَا الْخَبَرِ مِنَ الإِيمَانِ‏.

Shahih Ibnu Hibban 175: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna di Kota Mosul mengabarkan kepada kami dia berkata: Ibrahim bin Muhammad bin Ar’arah menceritakan kepada kami, dia berkata: Harami bin Umarah menceritakan kepada kami, dia berkata: Syu’bah menceritakan kepada kami, dari Waqid bin Muhammad dari ayahnya dari Ibnu Umar, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukan itu semua, maka mereka terpelihara dariku; darah-darah dan harta-harta mereka kecuali secara hak Islam. Dan penghitungan mereka diserahkan kepada Allah.” [1:1] Abu Hatim berkata: Syu’bah adalah satu-satunya perawi yang meriwayatkan hadits ini. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan yang nyata bahwa iman itu terdiri dari bagian-bagian dan cabang-cabang yang berbeda- beda kondisi orang-orang yang diserukan (khitab) di dalamnya. Hal itu karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan; “ Sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah.” Ini adalah isyarat kepada sebuah cabang keimanan yang hukumnya fardhu bagi setiap mukhaihabin (pihak-pihak yang masuk dalam seruan) dalam seluruh kondisi. Kemudian Beliau bersabda; “Dan mendirikan shalat.” Di sini beliau mengemukakan sesuatu yang fardhu terhadap mukhaihabin pada sebagian kondisi. Selanjutnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Dan menunaikan zakat.” Dan di sini Beliau menyebutkan sebuah kewajiban bagi mukhaihabin pada sebagian kondisi saja. Maka ini menunjukkan bahwa segala bentuk ibadah dan ketaatan yang serupa dengan tiga buah bentuk ketaatan sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi di dalam hadits tadi, dikatagorikan dari iman.

Shahih Ibnu Hibban #176

صحيح ابن حبان ١٧٦: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلاَّمٍ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَجُلٌ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الإِيمَانُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ إِذَا سَرَّتْكَ حَسَنَاتُكَ، وَسَاءَتْكَ سَيِّئَاتُكَ، فَأَنْتَ مُؤْمِنٌ، قَالَ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، فَمَا الإِثْمُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ إِذَا حَاكَ فِي قَلْبِكَ شَيْءٌ فَدَعْهُ‏.

Shahih Ibnu Hibban 176: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, dia berkata- Utsman bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami, dia berkata: Isma’il bin Ulayyah menceritakan kepada kami, dari Hisyam Ad-Dastuwa’i dari Yahya bin Abi Katsir dari Zaid bin Sallam dari kakeknya dari Abu Umamah, dia berkata: Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu iman?” Beliau menjawab; “Apabila amal-amal kebaikanmu membuatmu merasa bahagia dan amal-amal keburukanmu membuatmu merasa buruk, maka kamu orang yang beriman” Laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu apa itu dosa?” Beliau menjawab, “Apabila sesuatu meragukan dalam hatimu, maka tinggalkan.” [3: 23]

Shahih Ibnu Hibban #177

صحيح ابن حبان ١٧٧: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذِ بْنِ مُعَاذٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ السِّمْطِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ طَلْحَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي ثُمَّ اسْتَكْتَمَنِي أَنْ أُحَدِّثَ بِهِ مَا عَاشَ مُعَاوِيَةُ، فَذَكَرَ عَامِرٌ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُهُ وَهُوَ يَقُولُ‏:‏ حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ، وَهُوَ قَاضِي الْمَدِينَةِ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ وَهُوَ يَقُولُ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ سَيَكُونُ أُمَرَاءُ مِنْ بَعْدِي يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يَؤْمَرُونَ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، لاَ إِيمَانَ بَعْدَهُ‏.‏ قَالَ عَطَاءٌ‏:‏ فَحِينَ سَمِعْتُ الْحَدِيثَ مِنْهُ انْطَلَقْتُ بِهِ إِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ‏:‏ أَنْتَ سَمِعْتَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ هَذَا‏؟‏ كَالْمُدْخَلِ عَلَيْهِ فِي حَدِيثِهِ قَالَ عَطَاءٌ‏:‏ فَقُلْتُ‏:‏ هُوَ مَرِيضٌ فَمَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَعُودَهُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ فَانْطَلِقْ بِنَا إِلَيْهِ، فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقْتُ مَعَهُ، فَسَأَلَهُ عَنْ شَكْوَاهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ عَنِ الْحَدِيثِ‏.‏ قَالَ‏:‏ فَخَرَجَ ابْنُ عُمَرَ وَهُوَ يُقَلِّبُ كَفَّهُ وَهُوَ يَقُولُ‏:‏ مَا كَانَ ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ يَكْذِبُ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 177: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, dia berkata- Ubaidillah bin Mu’adz bin Mu’adz menceritakan kepada kami, dia berkata- Ayahku (Mu’adz bin Mu’adz) menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘ Ashim bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Amir bin As-Simth dari Mu’awiyah bin Ishaq bin Thalhah, dia berkata: Seseorang menceritakan kepadaku, — selama Mu’awiyah masih hidup, dia memintaku untuk menyembunyikan identitas orang yang telah menyampaikan hadits ini kepadanya. Lalu Amir bin As-Simth ingat, dia berkata: Aku mendengarnya (Mu’awiyah) berkata: Atha' bin Yasar, dan dia adalah seorang qadhi di Kota Madinah, menceritakan kepadaku, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Kelak akan muncul para penguasa (pemimpin) setelah aku 'wafat. Mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan, dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang berjuang (mengubah kemungkaran) mereka dengan tangannya, maka ia adalah seorang mukmin. Dan siapa yang berjuang (mengubah kemungkaran) mereka dengan lidahnya, maka berarti ia adalah seorang mukmin. Dan siapa yang berjuang (mengubah kemungkaran) mereka dengan hatinya, maka ia seorang mukmin. Tidak ada iman setelahnya.” Atha‘ berkata: Ketika aku mendengar hadits ini dari Ibnu Mas’ud, aku langsung berangkat mendatangi Abdullah bin Umar. Aku pun menyampaikan hadits ini kepadanya. Ia lantas bertanya kepadaku, “Kamu mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan ini? —seperti pengantar dalam mengawali penyampaian haditsnya.— Atha‘ berkata: “Dia sekarang sedang sakit. Apa yang menghalangimu untuk menjenguknya?” Ibnu Umar berkata, “Kalau begitu, mari kita berangkat ke rumahnya! Kemudian ia berangkat dan aku ikut berangkat bersamanya. Setibanya di rumah Ibnu Mas’ud, dia pun menanyakan keluhan penyakitnya. Setelah itu ia menanyakan tentang hadits ini. Dia berkata: Tak lama kemudian, Ibnu Umar keluar seraya membolak-balikkan telapak tangannya. Dan ia berkata, ‘Tidaklah mungkin Ibnu Ummi Abd (sebutan Ibnu Mas’ud) melakukan pendustaan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” [3:49]

Shahih Ibnu Hibban #178

صحيح ابن حبان ١٧٨: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعِيٍّ، عَنْ عَلِيٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ لاَ يُؤْمِنُ الْعَبْدُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعٍ‏:‏ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، وَيُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَيُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 178: Al Fadhl bin Hubab mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Katsir menceritakan kepada kami, dia berkata: Sufyan dari Mansur mengabarkan kepada kami, dari Rib’i dari Ali dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Tidaklah beriman seorang hamba sampai ia beriman dengan empat (perkara), yaitu: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah, mempercayai hari kebangkitan setelah kematian, dan mempercayai qadar (ketentuan takdir Allah).” [3:49]

Shahih Ibnu Hibban #179

صحيح ابن حبان ١٧٩: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذِ بْنِ مُعَاذٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ‏.

Shahih Ibnu Hibban 179: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ubaidillah bin Mu’adz bin Mu’adz menceritakan kepada kami, dia berkata: ayahku (Mu’adz bin Mu’adz) menceritakan kepada kami, dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda; “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.” [3: 49]

Shahih Ibnu Hibban #180

صحيح ابن حبان ١٨٠: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ وَرْدَانَ بِمِصْرَ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ حَمَّادٍ، أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ، عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ‏.

Shahih Ibnu Hibban 180: Isma’il bin Daud bin Wardan di Negeri Mesir mengabarkan kepada kami, dia berkata: Isa bin Hammad menceritakan kepada kami, dia berkata: Al- Laits mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Ajian dari Al Qa’qa’ bin Hakim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “ Orang muslim adalah orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari menyakiti muslim lainnya. Sedangkan orang beriman adalah orang yang memberikan rasa aman pada darah dan harta manusia.” [3:49]