صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #1461

صحيح ابن حبان ١٤٦١: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الذُّهْلِيُّ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا هِشَامٌ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ، قَالَ‏:‏ سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ عَرَّسْنَا فَغَلَبَتْنَا أَعْيُنُنَا وَمَا أَيْقَظَنَا إِلاَّ حَرُّ الشَّمْسِ، فَكَانَ الرَّجُلُ يَقُومُ إِلَى وَضُوئِهِ دَهِشًا، فَأَمَرَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَوَضَّأُوا، ثُمَّ أَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ، ثُمَّ صَلُّوا رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ، ثُمَّ أَمَرَهُ، فَأَقَامَ فَصَلَّى الْفَجْرَ، فَقَالُوا‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، فَرَّطْنَا، أَفَلاَ نُعِيدُهَا لِوَقْتِهَا مِنَ الْغَدِ‏؟‏ فَقَالَ‏:‏ يَنْهَاكُمْ رَبُّكُمْ عَنِ الرِّبَا، وَيَقْبَلُهُ مِنْكُمْ‏؟‏ إِنَّمَا التَّفْرِيطُ فِي الْيَقَظَةِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1461: Muhammad bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hisyam telah mengabarkan kepada kami sebuah hadits dari Al Hasan dari Imran bin Hushain, ia berkata, “Kami melakukan perjalanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Ketika waktu sudah sampai pada penghujung malam, kami berhenti di sebuah peristirahatan. Mata kami dilanda rasa kantuk yang luar biasa (kami tertidur), dan tidak ada yang membangunkan kami kecuali terik matahari. Setiap laki-laki berdiri untuk wudhu dengan perasaan bingung. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk berwudhu. Mereka pun berwudhu. Kemudian beliau menyuruh Bilal untuk adzan, maka Bilal pun mengumandangkan Kemudian mereka melaksanakan shalat dua raka’at fajar (qabliyah shubuh). Setelah itu beliau memerintahkan Bilal untuk iqamat. Maka Bilal pun iqamat. Lalu beliau melaksanakan shalat Shubuh. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah kami harus mengulangi shalat pada waktunya besok?”. Beliau menjawab, “Tuhan kalian melarang kalian melakukan riba. Namun Dia menerima riba (menambah shalat) dari kalian. Sungguh, kelalaian hanya terjadi pada saat terjaga (tidak tidur). ” 401 [25:3]

Shahih Ibnu Hibban #1462

صحيح ابن حبان ١٤٦٢: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ النَّهْدِيُّ، حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ بْنُ أَسْمَاءَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَادَى فِيهِمْ يَوْمَ انْصَرَفَ عَنْهُمُ الأَحْزَابُ‏:‏ أَلاَ لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الظُّهْرَ إِلاَّ فِي بَنِي قُرَيْظَةَ، فَأَبْطَأَ نَاسٌ، فَتَخَوَّفُوا فَوْتَ وَقْتِ الصَّلاَةِ فَصَلُّوا، وَقَالَ آخَرُونَ‏:‏ لاَ نُصَلِّي إِلاَّ حَيْثُ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ فَاتَ الْوَقْتُ، فَمَا عَنَّفَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاحِدًا مِنَ الْفَرِيقَيْنِ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ لَوْ كَانَ تَأْخِيرُ الْمَرْءِ لِلصَّلاَةِ عَنْ وَقْتِهَا إِلَى أَنْ يَدْخُلَ وَقْتُ الصَّلاَةِ الْأُخْرَى يَلْزَمُهُ بِذَلِكَ اسْمُ الْكُفْرِ، لَمَّا أَمَرَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ بِالشَّيْءِ الَّذِي يَكْفُرُونَ بِفِعْلِهِ، وَلَعَنَّفَ فَاعِلَ ذَلِكَ، فَلَمَّا لَمْ يُعَنِّفْ فَاعِلَهُ دَلَّ ذَلِكَ عَلَى أَنَّهُ لَمْ يَكْفُرْ كُفْرًا يُشْبِهُ الاِرْتِدَادِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1462: Umar bin Muhammad Al Hamdani telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Yusuf bin Musa Al Qaththan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Malik bin Isma'il An-Nahdi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Juwairiyah bin Asma telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Nafi dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berseru kepada mereka (balatentara Islam) saat balatentara musuh berpaling dari mereka, “Ingatlah! Jangan seorang pun melaksanakan shalat Zhuhur402 kecuali di (pemukiman) Bani Quraizhah! ”saat itu manusia datang terlambat. Mereka khawatir kehabisan waktu shalat. Maka mereka pun melaksanakan shalat (Zhuhur). Namun yang lain berkata, “Kita jangan melaksanakan shalat kecuali bila Rasulullah memerintahkan kepada kita, meskipun waktu (Zhuhur) sudah habis!”. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingkari satu pun pendapat dua golongan tadi”. [25:3] Abu Hatim berkata, “Jika mengakhirkan shalat dari waktunya hingga masuk waktu shalat berikutnya menyebabkan seseorang dijuluki nama kafir, niscaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan menyuruh ummatnya untuk melakukan sesuatu yang membuat mereka kafir, dan niscaya beliau mengingkari dengan keras orang yang melakukan hal itu. Ketika beliau tidak mengingkari pelakunya, berarti menunjukkan bahwa sang pelaku tidak dihukumi kafir yang derajatnya sama dengan murtad. 403

Shahih Ibnu Hibban #1463

صحيح ابن حبان ١٤٦٣: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ عَمْرٍو، بِالْفُسْطَاطِ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْعَلاَءِ الزُّبَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حِمْيَرٍ، حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ عَمِّهِ، عَنْ بُرَيْدَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ بَكِّرُوا بِالصَّلاَةِ فِي يَوْمِ الْغَيْمِ، فَإِنَّهُ مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ فَقَدْ كَفَرَ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ أَطْلَقَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَ الْكُفْرِ عَلَى تَارِكِ الصَّلاَةِ، إِذْ تَرْكُ الصَّلاَةِ أَوَّلُ بِدَايَةِ الْكُفْرِ، لأَنَّ الْمَرْءَ إِذَا تَرَكَ الصَّلاَةَ وَاعْتَادَهُ ارْتَقَى مِنْهُ إِلَى تَرْكِ غَيْرِهَا مِنَ الْفَرَائِضِ، وَإِذَا اعْتَادَ تَرْكَ الْفَرَائِضِ أَدَّاهُ ذَلِكَ إِلَى الْجَحْدِ فَأَطْلَقَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَ النِّهَايَةِ الَّتِي هِيَ آخِرُ شُعَبِ الْكُفْرِ عَلَى الْبِدَايَةِ الَّتِي هِيَ أَوَّلُ شُعَبِهَا وَهِيَ تَرْكُ الصَّلاَةِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1463: Yahya bin Amr di Al Fusthath telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ishaq bin Ibrahim bin Al Ala Az-Zubaidi404 telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Himyar405 telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al Auza’i telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah dari pamannya dari Buraidah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bersegeralah melaksanakan shalat (di awal waktu) pada hari mendung. Karena sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat, ia benar-benar telah kafir.”406 [25:3] Abu Hatim berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan kata kufur kepada orang yang meninggalkan shalat karena407 meninggalkan shalat merupakan awal dari kekufuran. Karena bila seseorang meninggalkan shalat dan membiasakan meninggalkan shalat, niscaya akan meningkat ke arah meninggalkan kefardhuan yang lain. Jika ia terbiasa meninggalkan kefardhuan, maka dapat mengakibatkan ia menjadi kufur. Jadi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan, “Proses akhir” yang merupakan ujung dari cabang kekufuran, kepada “proses pertama”yang merupakan awal dari cabang kekufuran. Proses pertama tersebut adalah meninggalkan shalat.”

Shahih Ibnu Hibban #1464

صحيح ابن حبان ١٤٦٤: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ الْمِرَاءُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ إِذَا مَارَى الْمَرْءُ فِي الْقُرْآنِ أَدَّاهُ ذَلِكَ- إِنْ لَمْ يَعْصِمْهُ اللَّهُ- إِلَى أَنْ يَرْتَابَ فِي الآيِ الْمُتَشَابِهِ مِنْهُ، وَإِذَا ارْتَابَ فِي بَعْضِهِ أَدَّاهُ ذَلِكَ إِلَى الْجَحْدِ، فَأَطْلَقَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَ الْكُفْرِ الَّذِي هُوَ الْجَحْدُ عَلَى بِدَايَةِ سَبَبِهِ الَّذِي هُوَ الْمِرَاءُ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1464: Abdullah bin Muhammad Al Azdi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Ubaid telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Amr telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Abu Salamah dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Saling berbantah-bantahan dalam Al Qur’an adalah kufur.” 408 [25:3] Abu Hatim berkata, “Apabila seseorang berbantah-bantahan dalam Al Qur'an, niscaya perbuatan itu -jika Allah tidak menjaga keimanannya- akan membuatnya ragu tentang ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al Qur'an. Jika ia merasa ragu dengan sebagian Al Qur'an, niscaya hal ini akan membuatnya ingkar terhadap Al Qur'an. Jadi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan kata kufur yang pengertiannya ingkar terhadap Al Qur'an kepada proses awal penyebabnya, yaitu berbantah-bantahan.”

Shahih Ibnu Hibban #1465

صحيح ابن حبان ١٤٦٥: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُمَيْرِ بْنِ يُوسُفَ، بِدِمَشْقَ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ بَكْرٍ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ، حَدَّثَتْنِي كَرِيمَةُ بِنْتُ الْحَسْحَاسِ الْمُزَنِيَّةُ، قَالَتْ‏:‏ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، وَهُوَ فِي بَيْتِ أُمِّ الدَّرْدَاءِ يَقُولُ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ ثَلاَثٌ مِنَ الْكُفْرِ بِاللَّهِ‏:‏ شَقُّ الْجَيْبِ، وَالنِّيَاحَةُ، وَالطَّعْنُ فِي النَّسَبِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1465: Ahmad bin Umair bin Yusuf di Damaskus telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Yunus bin Abdul A’la telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Bisyr bin Bakr telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Al Auza’i, ia berkata, Isma’il bin Ubaidillah telah menceritakan kepadaku, ia berkata, Karimah binti Al Hashas Al Muzaniyyah telah menceritakan kepadaku, ia berkata, “Aku mendengar Abu Hurairah yang saat itu berada di rumah Ummu Ad-Darda berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tiga perkara yang termasuk kufur kepada Allah; merobek kerah baju, meratapi kematian dan mencela nasab seseorang.”409[25:3]

Shahih Ibnu Hibban #1466

صحيح ابن حبان ١٤٦٦: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، أَخْبَرَنِي جَعْفَرُ بْنُ رَبِيعَةَ، أَنَّ عِرَاكَ بْنَ مَالِكٍ، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ لاَ تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ، فَإِنَّهُ مَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَقَدْ كَفَرَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1466: Abdullah bin Muhammad Al Azdi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al Muqri telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Haywah bin Syuraih telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ja’far bin Rubai’ah telah menceritakan kepadaku bahwa Irak bin Malik mengabarkan kepadanya bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, karena sesungguhnya barangsiapa yang membenci ayahnya, berarti ia telah kufur’ 410 [26:3]

Shahih Ibnu Hibban #1467

صحيح ابن حبان ١٤٦٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السَّامِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الْمُقْرِئُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي كَعْبُ بْنُ عَلْقَمَةَ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلاَلٍ الصَّدَفِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْمًا فَقَالَ‏:‏ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ بُرْهَانٌ وَلاَ نُورٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَهَامَانَ وَفِرْعَوْنَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1467: Muhammad bin Abdurrahman As-Sami telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Salamah bin Syabib telah mengabarkan kepada kami, ia beikata, Al Muqri’ telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Sa’id bin Ayyub telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, Ka’ab bin Alqamah telah mengabarkan kepadaku dari Isa bin Hilal Ash-Shadafi dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Pada suatu hari, beliau menjelaskan tentang shalat. Beliau bersabda, 'Barangsiapa memeliharanya, niscaya shalatnya itu akan menjadi cahaya, dalil, dan penyelamat baginya pada hari kiamat nanti. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, niscaya ia tidak akan memiliki dalil, cahaya dan penyelamat. Pada hari kiamat nanti, ia bersama dengan qarun, Haman, Fir’aun dan Ubay bin '”411 [54:2]

Shahih Ibnu Hibban #1468

صحيح ابن حبان ١٤٦٨: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، عَنْ نَوْفَلِ بْنِ مُعَاوِيَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ مَنْ فَاتَتْهُ الصَّلاَةُ فَكَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلَهُ وَمَالَهُ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1468: Abu Ya’la telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Khaitsamah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Amir telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Ibnu Abu Dzi’b dari Az-Zuhri dari Abu Bakr bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam dari Naufal bin Mu’awiyah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang tertinggal shalatnya, maka seolah-olah ia dirampas (kehilangan) keluarga dan hartanya.”412 [62:2]

Shahih Ibnu Hibban #1469

صحيح ابن حبان ١٤٦٩: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ الَّذِي تَفُوتُهُ صَلاَةُ الْعَصْرِ، فَكَأَنَّمَا وُتِرَ أَهْلِهِ وَمَالِهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1469: Abu Khalifah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Al Qa’nabi telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang tertinggal shalat Ashamya, maka seolah-olah ia telah dirampas (kehilangan) keluarga dan hartanya.”413 [62:2]

Shahih Ibnu Hibban #1470

صحيح ابن حبان ١٤٧٠: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ، عَنْ دَاوُدَ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ أَبِي الْمُهَاجِرِ، عَنْ بُرَيْدَةَ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ بَكِّرُوا بِصَلاَةِ الْعَصْرِ يَوْمَ الْغَيْمِ، فَإِنَّهُ مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ‏.‏قَالَ الشَّيْخُ‏:‏ وَهِمَ الأَوْزَاعِيُّ فِي صَحِيفَتِهِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، فَقَالَ عَنْ أَبِي الْمُهَاجِرِ وَإِنَّمَا هُوَ أَبُو الْمُهَلَّبِ عَمُّ أَبِي قِلاَبَةَ وَاسْمُهُ عَمْرُو بْنُ مُعَاوِيَةَ بْنِ زَيْدٍ الْجَرْمِيُّ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1470: Abu Khalifah telah mengabarkan kepada kami ja berkata, “Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Daud dari Al Auza’i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah dari Abu Al Muhajir dari Buraidah, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah melaksanakan shalat Ashar (di awal waktu) pada hari mendung. Karena sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka sia-sialah amalnya. ”414 [54:2] Syaikh berkata, “Al Auza’i di dalam lembaran tulisannya dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah mengalami kekeliruan. Di sana ia berkata, 'Dari Abu Qilabah', padahal yang sebenarnya adalah Abu Al Muhallab. Abu Al Mahlab sendiri bernama Amr415 bin Mu’awiyah bin Zaid Al Jurmi."