صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #1091

صحيح ابن حبان ١٠٩١: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، وَعُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ،، قَالاَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا الأَشْعَثُ بْنُ سُلَيْمٍ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ‏:‏ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ مَا اسْتَطَاعَ‏:‏ فِي طُهُورِهِ، وَتَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ‏.‏قَالَ شُعْبَةُ‏:‏ ثُمَّ سَمِعْتُ الأَشْعَثَ بِوَاسِطَ، يَقُولُ‏:‏ يُحِبُّ التَّيَامُنَ، وَذَكَرَ شَأْنَهُ كُلَّهُ، ثُمَّ، قَالَ‏:‏ شَهِدْتُهُ بِالْكُوفَةِ يَقُولُ‏:‏ يُحِبُّ التَّيَامُنَ مَا اسْتَطَاعَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1091: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah dan Umar bin Muhammad mengabarkan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, Khalid bin Al Hants menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami, Al Asy’ats bin Salim menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar ayahku bercerita, dari Masruq, dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senang mendahulukan yang kanan sebisa mungkin: baik di dalam wudhunya, memakai sandal dan berjalannya.” 76 [5:47] Syu’bah berkata: Kemudian aku mendengar Al Asy'ats di Wasith berkata, “Beliau senang mendahulukan yang kanan- lalu Syu’bah menjelaskan semua keadaannya lalu berkata, 'Aku menyaksikan Al Asy’ats di Kufah berkata, 'Beliau senang mendahulukan yang kanan sebisa-bisanya”.

Shahih Ibnu Hibban #1092

صحيح ابن حبان ١٠٩٢: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا حِبَّانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ، أَخْبَرَنَا الأَوْزَاعِيُّ، أَخْبَرَنَا الْمُطَّلِبُ بْنُ حَنْطَبٍ‏:‏ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَتَوَضَّأُ ثَلاَثًا ثَلاَثًا، يُسْنِدُ ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1092: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Hibban menceritakan kepada kami, Abdullah mengabarkan kepada kami, Al Auza’I mengabarkan kepada kami, Al Muthallib bin Hanthab mengabarkan kepada kami, bahwa Abdullah bin Umar berwudhu dengan tiga kali - tiga kali, ia sandarkan perbuatan itu kepada Nabi SAW77. [4:1]

Shahih Ibnu Hibban #1093

صحيح ابن حبان ١٠٩٣: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ مَالِكٍ الْخُوَارِزْمِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ‏:‏ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَنَا فِي الْبَيْتِ، فَدَعَا بِوَضُوءٍ، فَأَتَيْنَاهُ بِتَوْرٍ مِنْ صُفْرٍ فِيهِ مَاءٌ، فَتَوَضَّأَ وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا، وَغَسَلَ يَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ، وَمَسَحَ رَأْسَهُ، فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1093: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, ia berkata : Shalih bin Malik Al Khuwarizmi menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah menceritakan kepada kami, dari Amar bin Yahya, dari ayahnya, dari Abdullah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berada disisi kami di rumah lalu beliau meminta air untuk berwudu. Kemudian kami membawakannya wadah dari tembaga berisi air. Beliau lalu berwudhu dan membasuh wajahnya tiga kali, membasuh kedua tangannya dua kali, dan mengusap kepalanya. Beliau mengarahkannya ke depan dan ke belakang, kemudian membasuh kedua kakinya.” 78 [5:2]

Shahih Ibnu Hibban #1094

صحيح ابن حبان ١٠٩٤: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُمَيْرِ بْنِ يُوسُفَ بْنِ جُوصَا أَبُو الْحَسَنِ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنِ ابْنِ ثَوْبَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ الْفَضْلِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ‏:‏ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1094: Ahmad bin Umair79 bin Yusuf bin Jausha Abu Al Hasan mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ibrahim bin Ya’qub menceritakan kepada kami, ia berkata: Zaid bin Al Hubab menceritakan kepada kami, dari Ibnu Tsauban, ia berkata: Abdullah bin Al Fudhla menceritakan kepadaku, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu dengan dua kali-dua kali. 80 [4:1]

Shahih Ibnu Hibban #1095

صحيح ابن حبان ١٠٩٥: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا يَحْيَى الْقَطَّانُ، عَنْ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ‏:‏ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِوُضُوءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَوَضَّأَ مَرَّةً مَرَّةً‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1095: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, ia berkata: Amru bin Ali menceritakan kepada kami, ia berkata: Yahya Al Qaththan menceritakan kepada kami, dari Sufyan, ia berkata: Zaid bin Aslam menceritakan kepadaku, dari Atha bin Y asar, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku adalah orang yang paling tahu mengenai wudhunya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau berwudhu dengan hanya satu kali-satu kali (basuhan).” 81

Shahih Ibnu Hibban #1096

صحيح ابن حبان ١٠٩٦: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ الشَّيْبَانِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي صَدَقَةُ بْنُ يَسَارٍ، عَنْ عَقِيلِ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ‏:‏ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ ذَاتِ الرِّقَاعِ، أَصَابَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ امْرَأَةَ رَجُلٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، فَلَمَّا انْصَرَفَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَافِلاً أَتَى زَوْجُهَا وَكَانَ غَائِبًا، فَلَمَّا أُخْبِرَ حَلَفَ لاَ يَنْتَهِي حَتَّى يُهْرِيقَ فِي أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَمًا، فَخَرَجَ يَتْبَعُ أَثَرَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَزَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْزِلاً، فَقَالَ‏:‏ مَنْ رَجُلٌ يَكْلَؤُنَا لَيْلَتَنَا هَذِهِ‏؟‏ فَانْتُدِبَ رَجُلٌ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَرَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ، قَالاَ‏:‏ نَحْنُ يَا رَسُولَ اللهِ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ فَكُونَا بِ فَمِ الشِّعْبِ، قَالَ‏:‏ وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ نَزَلُوا إِلَى شِعْبٍ مِنَ الْوَادِي، فَلَمَّا خَرَجَ الرَّجُلاَنِ إِلَى فَمِ الشِّعْبِ، قَالَ الأَنْصَارِيُّ لِلْمُهَاجِرِيِّ‏:‏ أَيُّ اللَّيْلِ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ أَكْفِيَكَ، أَوَّلَهُ أَوْ آخِرَهُ‏؟‏ قَالَ‏:‏ اكْفِنِي أَوَّلَهُ، قَالَ‏:‏ فَاضْطَجَعَ الْمُهَاجِرِيُّ فَنَامَ، وَقَامَ الأَنْصَارِيُّ يُصَلِّي، وَأَتَى زَوْجُ الْمَرْأَةِ، فَلَمَّا رَأَى شَخَصَ الرَّجُلِ، عَرَفَ أَنَّهُ رَبِيئَةَ الْقَوْمِ، فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ، فَوَضَعَهُ فِيهِ، فَنَزَعَهُ، فَوَضَعَهُ، وَثَبَتَ قَائِمًا يُصَلِّي، ثُمَّ رَمَاهُ بِسَهْمٍ آخَرَ، فَوَضَعَهُ فِيهِ، فَنَزَعَهُ، وَثَبَتَ قَائِمًا يُصَلِّي، ثُمَّ عَادَ لَهُ الثَّالِثَةَ، فَوَضَعَهُ فِيهِ، فَنَزَعَهُ، فَوَضَعَهُ، ثُمَّ رَكَعَ فَسَجَدَ، ثُمَّ أَهَبَّ صَاحِبَهُ وَقَالَ‏:‏ اجْلِسْ، فَقَدْ أُتِيتُ، فَوَثَبَ، فَلَمَّا رَآهُمَا الرَّجُلُ عَرَفَ أَنَّهُ قَدْ نَذِرَ بِهِ، هَرَبَ، فَلَمَّا رَأَى الْمُهَاجِرِيُّ مَا بِالأَنْصَارِيِّ مِنَ الدِّمَاءِ، قَالَ‏:‏ سُبْحَانَ اللهِ، أَفَلاَ أَهْبَبْتَنِي أَوَّلَ مَا رَمَاكَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ كُنْتُ فِي سُورَةٍ أَقْرَؤُهَا، فَلَمْ أُحِبَّ أَنْ أَقْطَعَهَا حَتَّى أُنْفِذَهَا، فَلَمَّا تَابَعَ عَلَيَّ الرَّمْيَ رَكَعْتُ فَآذَنْتُكَ، وَايْمُ اللهِ لَوْلاَ أَنْ أُضَيِّعَ ثَغْرًا أَمَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِهِ، لَقَطَعَ نَفْسِي قَبْلَ أَنْ أَقْطَعَهَا أَوْ أُنْفِذَهَا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1096: Al Hasan bin Sufyan Asy-Syabani mengabarkan kepada kami, ia berkata: Hibban bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdullah mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin j Ishaq, ia mengabarkan kepada kami dengan berkata : Shadaqah bin Y asar menceritakan kepadaku, dari Uqail bin Jabir, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk pergi perang Dzatur Riqa’, lalu ada seseorang dari kaum Muslimin yang menangkap istri seorang laki-laki kaum musyrikin. Maka tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah pergi, datanglah suami dari perempuan musyrik sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah tidak ada. Maka ketika ia diberi tahu (tentang kematian istrinya), ia bersumpah untuk tidak henti-hentinya membalas dendam hingga ia dapat membunuh para shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian ia pun keluar untuk mengikuti jejak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (Di tengah peijalanannya) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam singgah di suatu tempat lalu bertanya, “Malam hari ini, siapa yang akan menjaga kami?" Maka seorang laki-laki dari kaum Muhajirin (Ammar bin Yasir) dan seorang laki-laki dari kaum Anshar (Abad bin Bisyr) menyanggupinya. Keduanya berkata, “Kami (yang akan menjaga) wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Beliau lalu bersabda, “Hendaklah kalian berdua berjaga di mulut celah kedua bukit itu." Jabir berkata, “Maka tatkala keduanya keluar menuju mulut celah kedua bukit, orang laki-laki dari Anshar bertanya kepada orang laki- laki dari Muhajirin: “Bagian malam yang mana yang kamu suka untuk aku bergantian menjagamu, apakah permulaan malam ataukah akhir malam?” Orang laki-laki dari Muhajirin menjawab, “Jagalah aku pada permulaan malam.” Jabir berkata: “Kemudian orang laki-laki dari Muhajirin berbaring dan tidur. Sedangkan orang laki-laki dari Anshar terjaga sambil mengerjakan shalat. Lalu datanglah suami dari perempuan musyrik tadi. Tatkala ia melihat ada seorang laki-laki dan ia tahu bahwa orang itu adalah perintis (rabi‘ah1) pasukan, maka ia lepaskan anak panah ke arahnya dan tepat mengenai sasaran, namun lelaki dari Anshar itu mencabut anak panah yang mengenainya dan tetap melanjutkan shalatnya. Kemudian suami dari perempuan musyrik itu melepaskan anak panah yang kedua dan tepat mengenai sasaran, namun orang laki dari Anshar itu mencabut anak panah dan tetap melanjutkan shalatnya. Kemudian untuk ketiga kalinya, ia melepaskan anak panahnya dan tepat mengenai sasaran. Lelaki dari Anshar itu mencabut kembali anak panah yang mengenainya kemudian ia ruku’ dan sujud. Setelah itu ia membangunkan kawannya (orang laki-laki dari Muhajirin) dan berkata: “Duduklah, sekarang giliranmu menjaga.” Maka orang laki dari Muhajirin itu pun duduk. Maka tatkala orang musyrik itu tahu bahwa ia terlihat oleh keduanya, maka ia lari (haraba) 2. Pada waktu orang laki-laki dari Muhajirin melihat tubuh laki-laki dari Anshar itu bercucuran darah,3 ia lantas berkata, “Subhaanallaah, mengapa kamu tidak membangunkanku pada saat ia memanahmu yang pertama!”. Ia pun menjawab: “Saat itu aku sedang membaca suatu surat (Surat Al Kahfi) sementara aku tidak suka menghentikannya hingga aku menyelesaikannya. Ketika ia terus menghujamku dengan panah, maka aku ruku kemudian aku memanggilmu. Demi Allah, seandainya aku tidak menyia-nyiakan tapal batas yang telah diperintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepadaku untuk menjaganya, niscaya ia (orang yang memanahnya) sudah memutuskannya sebelum ia memutuskan bacaanku (atau sebelum aku menyelesaikan bacaan surat)” 4 [4;50J

Shahih Ibnu Hibban #1097

صحيح ابن حبان ١٠٩٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ أَبِي، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، أَنَّ ابْنَ عَمْرٍو الأَوْزَاعِيَّ حَدَّثَهُ، أَنَّ يَعِيشَ بْنَ الْوَلِيدِ حَدَّثَهُ، أَنَّ مَعْدَانَ بْنَ طَلْحَةَ حَدَّثَهُ، أَنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ حَدَّثَهُ‏:‏ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاءَ فَأَفْطَرَ، فَلَقِيتُ ثَوْبَانَ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ، فَذَكَرْتُ لَهُ ذَلِكَ، فَقَالَ‏:‏ صَدَقَ، أَنَا صَبَبْتُ لَهُ وَضُوءًا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1097: Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Musa menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdushshamad bin Abdul Warits menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Husain Al Mu’allim menceritakan kepadaku, ia berkata: Yahya bin Abu Katsir menceritakan kepada kami, bahwa (Ibnu) Amr Al Auza’i menceritakannya, bahwa Ya’isy bin Al Walid menceritakannya, bahwa Ma’dan bin Thalhah menceritakannya, bahwa Abu Ad-Darda menceritakannya, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pemah muntah lalu ia membatalkan puasanya. Kemudian aku bertemu Tsauban di masjid Damaskus dan aku ceritakan hal tersebut kepadanya. Ia lalu berkata: “Benar, aku sendiri yang menyiramkan air untuk wudhu beliau.” 5 [5:9]

Shahih Ibnu Hibban #1098

صحيح ابن حبان ١٠٩٨: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ‏:‏ قُلْتُ لِعَطَاءٍ‏:‏ أَيُّ حِينٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ أَنْ أُصَلِّيَ لِلْعَتَمَةِ إِمَّا إِمَامًا وَإِمَّا خَلْوًا‏؟‏ فَقَالَ‏:‏ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، يَقُولُ‏:‏ اعْتَمَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعَتَمَةِ حَتَّى رَقَدَ النَّاسُ وَاسْتَيْقَظُوا، وَرَقَدُوا وَاسْتَيْقَظُوا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ الآنَ تَقْطُرُ رَأْسُهُ مَاءً، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى رَأْسِهِ، فَقَالَ‏:‏ لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ أَنْ يُصَلُّوا هَكَذَا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1098: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, Amru bin Ali menceritakan kepada kami, Abu Ashim menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku bertanya kepada Atha: “Menurutmu waktu (hiin) 6 apakah yang paling bagus bagiku untuk shalat Isya’ baik ketika beijama’ah atau ketika sendirian?” Lalu ia menjawab: Aku mendengar Ibnu Abbas berkata: Pada suatu malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengakhirkan shalat isya sehingga orang-orang tertidur lalu bangun, kemudian tidur lagi lalu bangun. Kemudian Umar bin Khaththab berdiri dan berkata, “Shalat, shalat.” Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar, kali ini seolah-olah aku melihat kepala beliau meneteskan air. Beliau memegang kepalanya dengan kedua tangannya, lalu beliau bersabda, "Seandainya tidak menyulitkan umatku, tentulah aku akan memerintahkan mereka untuk mengerjakannya seperti ini.”7 [3.34]

Shahih Ibnu Hibban #1099

صحيح ابن حبان ١٠٩٩: أَخْبَرَنَا ابْنُ خُزَيْمَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُمَرَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شُغِلَ ذَاتَ لَيْلَةٍ عَنْ صَلاَةِ الْعَتَمَةِ، حَتَّى رَقَدْنَا فِي الْمَسْجِدِ، ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا، ثُمَّ رَقَدْنَا، ثُمَّ اسْتَيْقَظْنَا، ثُمَّ خَرَجَ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ لَيْسَ يَنْتَظِرُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ الصَّلاَةَ غَيْرُكُمْ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1099: Ibnu Khuzaimah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Rafi’ menceritakan kepada kami, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, Nafi’ mengabarkan kepadaku, Ibnu Umar menceritakan kepada kami, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam disibukkan oleh sesuatu hingga mengakhirkan shalat Isya sampai-sampai kami ketiduran di dalam masjid. Kemudian kami terbangun, lalu kami ketiduran lagi, lalu bangun lagi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan bersabda, “Tidak seorangpun di muka bumi yang menanti shalat (pada saat ini) selain kalian"8. [3:34]

Shahih Ibnu Hibban #1100

صحيح ابن حبان ١١٠٠: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ زِرٍّ، قَالَ‏:‏ أَتَيْتُ صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ الْمُرَادِيَّ، فَقَالَ لِي‏:‏ مَا حَاجَتُكَ‏؟‏ قُلْتُ لَهُ‏:‏ ابْتِغَاءُ الْعِلْمِ، قَالَ‏:‏ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًى بِمَا يَطْلُبُ، قُلْتُ‏:‏ حَكَّ فِي نَفْسِي الْمَسْحُ عَلَى الْخُفَّيْنِ بَعْدَ الْغَائِطِ وَالْبَوْلِ، وَكُنْتُ امْرَأً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُكَ أَسْأَلُكَ‏:‏ هَلْ سَمِعْتَ مِنْهُ فِي ذَلِكَ شَيْئًا‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ، كَانَ يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَوْ مُسَافِرِينَ أَنْ لاَ نَنْزِعَ خِفَافَنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيهِنَّ إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ، لَكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ الرُّقَادُ لَهُ بِدَايَةٌ وَنِهَايَةٌ، فَبِدَايَتُهُ النُّعَاسُ الَّذِي هُوَ أَوَائِلُ النَّوْمِ، وَصِفَتُهُ أَنَّ الْمَرْءَ إِذَا كُلِّمَ فِيهِ يَسْمَعُ، وَإِنْ أَحْدَثَ عَلِمَ، إِلاَّ أَنَّهُ يَتَمَايَلُ تَمَايُلاً‏.‏ وَنِهَايَتُهُ زَوَالُ الْعَقْلِ، وَصِفَتُهُ أَنَّ الْمَرْءَ إِذَا أَحْدَثَ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ لَمْ يَعْلَمْ، وَإِنْ تَكَلَّمَ لَمْ يَفْهَمْ‏.‏ فَالنُّعَاسُ لاَ يُوجِبُ الْوُضُوءَ عَلَى أَحَدٍ قَلِيلُهُ وَكَثِيرُهُ عَلَى أَيِّ حَالَةٍ كَانَ النَّاعِسُ، وَالنَّوْمُ يُوجِبُ الْوُضُوءَ عَلَى مَنْ وُجِدَ عَلَى أَيِّ حَالَةٍ كَانَ النَّائِمُ‏.‏ عَلَى أَنَّ اسْمَ النَّوْمِ قَدْ يَقَعُ عَلَى النُّعَاسِ، وَالنُّعَاسُ عَلَى النَّوْمِ، وَمَعْنَاهُمَا مُخْتَلِفَانِ، وَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَرَّقَ بَيْنَهُمَا بِقَوْلِهِ‏:‏ ‏{‏لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ‏}‏، وَلَمَّا قَرَنَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خَبَرِ صَفْوَانَ بَيْنَ النَّوْمِ، وَالْغَائِطِ، وَالْبَوْلِ، فِي إِيجَابِ الْوُضُوءِ مِنْهَا، وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ الْبَوْلِ وَالْغَائِطِ فُرْقَانٌ، وَكَانَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا قَلِيلُ أَحَدِهِمَا أَوْ كَثِيرُهُ أَوْجَبَ عَلَيْهِ الطَّهَارَةَ، سَوَاءً كَانَ الْبَائِلُ قَائِمًا، أَوْ قَاعِدًا، أَوْ رَاكِعًا، أَوْ سَاجِدًا، كَانَ كُلُّ مَنْ نَامَ بِزَوَالِ الْعَقْلِ، وَجَبَ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ، سَوَاءً اخْتَلَفَتْ أَحْوَالُهُ، أَوِ اتَّفَقَتْ، لأَنَّ الْعِلَّةَ فِيهِ زَوَالُ الْعَقْلِ لاَ تَغَيُّرُ الأَحْوَالِ عَلَيْهِ، كَمَا أَنَّ الْعِلَّةَ فِي الْغَائِطِ وَالْبَوْلِ وُجُودُهُمَا لاَ تَغَيُّرُ أَحْوَالِ الْبَائِلِ وَالْمُتَغَوِّطِ فِيهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 1100: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, Harun bin Ma’ruf menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Ashim, dari Zirr, ia berkata: Aku datang menemui Shafwan bin Assal Al Muradi. Ia lalu bertanya kepadaku, “Apa kebutuhanmu?”. Aku menjawab, “Mencari ilmu.” Ia berkata, “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk orang yang mencari ilmu karena mereka ridha dengan apa yang ia cari.” Aku berkata, “Ceritakanlah kepadaku mengenai mengusap dua Khuff (Sepatu kulit, yang dipakai pada musim dingin) setelah buang air besar dan buang air kecil, sementara kamu adalah salah seorang dari para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka aku datang untuk bertanya kepadamu, Apakah kamu pernah mendengar sesuatu tentang hal tersebut dan Nabi SAW?”. Ia menjawab, “Iya pernah, beliau memerintahkan kami, bahwa apabila kami berada di perjalanan (fi safarin9) - atau apabila kami bepergian- jangan melepaskan khuff kami selama tiga hari tiga malam, kecuali karena junub, namun tetap boleh mengusap karena buang air besar, buang air kecil, dan tidur.” 10 [3:34] Abu Hatim berkata, ‘Tidur bagi seseorang mempunyai permulaan dan akhiran. Adapun permulaannya, bahwa seseorang apabila diajak bicara maka ia dapat mendengar, dan sekalipun ia bercerita, ia dapat mengetahuinya, namun saat itu ia dalam keadaan seperti melayang. Adapun akhirannya atau puncaknya adalah saat hilangnya akal. Keadaan orang tidur itu adalah jika ada orang lain yang bercerita pada saat itu maka ia tidak mengetahui ceritanya (tidak dapat berinteraksi karena hilangnya akal), jika ada yang berbicara maka ia tidak dapat memahami. Maka mengantuk itu tidak mewajibkannya wudhu, baik mengantuk ringan ataupun mengantuk berat. Sedangkan tidur dapat mewajibkan wudhu, walau dalam keadaan atau posisi apapun juga. Allah SWT membedakan antara mengantuk dan tidur di dalam firman-Nya, “Dia tidak mengantuk dan tidak tidur." (Qs. Al Baqarah [2]: 255) Dan tatkala nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengiringi pada hadits Shafwan di antara tidur, buang air besar, dan buang air kecil di dalam wajibnya berwudhu, padahal tidak ada perbedaan antara buang air kecil dan buang air besar, dimana masing-masing dari keduanya dapat mewajibkan seseorang untuk berwudhu baik buang airnya itu sedikit maupun banyak, Begitupun kepada orang yang buang air kecil sambil berdiri, atau duduk, atau ruku, atau sujud, maka dengan demikian semua orang yang tidur wajib atasnya untuk berwudhu, meski ia tidur dalam posisi apapun juga. Karena ilat (alasan hukumnya) adalah hilangnya akal, bukan pada perubahan keadaan. Sebagaimana ilat di dalam buang air kecil dan besar itu ada pada wujudnya, bukan pada perubahan keadaan-keadaan orang yang buang air kecil atau besar. 11