المستدرك ٤٣١: أَخْبَرْنَاهُ عَبْدَانُ بْنُ يَزِيدَ الدَّقَّاقُ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، ثنا وَكِيعٌ عَنْ ابْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، قَالَ: " مَا أَنْزَلَ اللَّهُ هَذِهِ الْآيَةَ إِلَّا فِي أَخْلَاقِ النَّاسِ {خُذِ الْعَفْوَ} [الأعراف: 199] وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ «.» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَقَدْ قِيلَ فِي هَذَا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ وَلَيْسَ مِنْ شَرَطِهِ "
Al Mustadrak 431: Abdan bin Yazid Ad-Daqqaq mengabarkannya kepada kami, Ibrahim bin Al Husain menceritakan kepada kami, Amr bin Aun menceritakan kepada kami, Waki' bin Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abdullah bin Az-Zubair, dia berkata, “Allah tidak menurunkan ayat ini kecuali tentang menyikapi perangai-perangai manusia, 'Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh'." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Ada yang mengatakan juga bahwa hadits ini diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, tapi dia tidak termasuk dalam syaratnya.
المستدرك ٤٣٢: أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّنْعَانِيُّ، بِمَكَّةَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبَّادٍ، أَنْبَأَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَ مَعْمَرٌ، عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَبَسَ رَجُلًا مِنْ قَوْمِهِ فِي تُهْمَةٍ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَخْطُبُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، عَلَامَ تَحْبِسُ جِيرَتِي؟ فَصَمَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: إِنَّ أُنَاسًا يَقُولُونَ إِنَّكَ تَنْهَى عَنِ الشَّرِّ وَتَسْتَحْلِي بِهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا تَقُولُ؟» فَجَعَلْتُ أُعَرِّضُ بَيْنَهُمَا بِالْكَلَامِ مَخَافَةَ أَنْ يَفْهَمَهَا فَيَدْعُو عَلَى قَوْمِي دَعْوَةً لَا يُفْلِحُوا بَعْدَهَا، فَلَمْ يَزَلِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى فَهِمَهَا، فَقَالَ: «قَدْ قَالُوا؟ أَوَ قَائِلُهَا مِنْهُمْ؟ وَاللَّهِ لَوْ فَعَلْتُ لَكَانَ عَلَى مَا كَانَ عَلَيْهِمْ خَلُّوا عَنْ جِيرَانِهِ» وَقَدْ تَقَدَّمَ الْقَوْلُ فِي صَحِيفَةِ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ مَا أَغْنَى عَنْ إِعَادَتِهِ عَلَى أَنَّ شَوَاهِدَ هَذَا الْحَدِيثِ مُخَرَّجَةٌ فِي الصَّحِيحَيْنِ ". فَمِنْهَا حَدِيثُ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ: قَسَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ إِنَّ هَذِهِ قِسْمَةٌ مَا أُرِيدَ بِهَا وَجْهُ اللَّهِ. وَمِنْهَا حَدِيثُ مَالِكٍ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ أَنَسٍ: كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ فَجَبَذَ أَعْرَابِيٌّ بُرْدَتَهَ - الْحَدِيثَ -. وَمِنْهَا حَدِيثُ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنْ أَنَسٍ فِي قِصَّةِ حُنَيْنٍ عَلَى مَا تَضْطَرُّونِي إِلَى هَذِهِ الشَّجَرَةِ. «وَغَيْرُ هَذَا مِمَّا يَطُولُ ذِكْرُهُ»
Al Mustadrak 432: Abu Abdillah Muhammad bin Ali Ash-Shan'ani mengabarkan kepada kami di Makkah, Ishaq bin Ibrahim bin Abbad menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq memberitakan (kepada kami), Ma'mar memberitakan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Mu'awiyah bin Haidah Al Qusyairi), bahwa Nabi menahan seorang laki-laki dari kaumnya karena suatu tuduhan. Lalu datanglah seorang laki-laki dari kaumnya menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan saat itu Nabi sedang berpidato. Laki-laki itu lalu bertanya, "Wahai Muhammad, atas dasar apa engkau menahan tetangga- tetanggaku?" Nabi lalu terdiam. Orang itu berkata lagi, "Sesungguhnya orang-orang mengatakan bahwa engkau melarang keburukan sedangkan engkau sendiri menikmatinya." Mendengar itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apa yang kamu katakan?" Aku (Mu'awiyah bin Haidah Al Qusyairi) pun menengahi keduanya karena khawatir akan terjadi kesalahpahaman antara keduanya, sehingga Nabi akan mendoakan (keburukan) bagi kaumku yang menyebabkan mereka tidak akan beruntung untuk selamanya. Nabi pun terus mengkonfirmasikannya sampai beliau benar-benar paham. Beliau kemudian bersabda, "Mereka atau salah seorang dari mereka memang mengatakannya. Demi Allah, seandainya pun aku melakukannya, maka itu memang yang seharusnya dilakukan terhadap mereka Bebaskanlah tetangganya itu (dan keluarkanlah dari tahanan)." Sebelumnya, telah diuraikan pendapat tentan tulisan Bahz bin Hakim, sehingga tidak perlu diulang lagi, bahwa syahid hadits ini telah diriwayatkan dalam kitab Ash-Shahihain {Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim). Di antaranya adalah: 1. Hadits Al A'masy dari Abu Wa'il, dari Abdullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membagikan sesuatu (ghanimah), lalu ada seorang laki-laki Anshar yang berkata, قَسَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ إِنَّ هَذِهِ قِسْمَةٌ مَا أُرِيدَ بِهَا وَجْهُ اللَّهِ "Sesungguhnya ini merupakan pembagian yang tidak diniatkan karena Allah." 2. Hadits Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, dari Anas, dia berkata, كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ فَجَبَذَ أَعْرَابِيٌّ بُرْدَتَهَ “Aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, saat itu beliau memakai mantel yang bagian pinggirnya tebal, lalu seorang Arab badui menarik mantelnya." 3. Hadits Syarik bin Abdullah bin Abu Numair dari Anas, tentang kisah perang Hunain, عَلَى مَا تَضْطَرُّونِي إِلَى هَذِهِ الشَّجَرَةِ "Atas dasar apa kalian memaksaku (untuk mendatangi) pohon ini?" Selain itu, hadits-hadits yang redaksinya juga panjang.
المستدرك ٤٣٣: حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ دَرَسْتَوَيْهِ الْفَارِسِيُّ، ثنا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا عُمَرُ بْنُ رَاشِدٍ، مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ التَّيْمِيِّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي ذِئْبٍ الْقُرَشِيُّ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ثَلَاثَةٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ آوَاهُ اللَّهُ فِي كَنَفِهِ، وَسَتَرَ عَلَيْهِ بِرَحْمَتِهِ، وَأَدْخَلَهُ فِي مَحَبَّتِهِ» قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «مَنْ إِذَا أُعْطِي شُكَرَ، وَإِذَا قَدَرَ غَفَرَ، وَإِذَا غَضِبَ فَتَرَ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ رَاشِدٍ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْحِجَازِ مِنْ نَاحِيَةِ الْمَدِينَةِ، قَدْ رَوَى عَنْهُ أَكَابِرُ الْمُحَدِّثِينَ»
Al Mustadrak 433: Abu Muhammad Abdullah bin Ja'far bin Darastawaih Al Farisi menceritakan kepada kami, Ya'qub bin Sufyan menceritakan kepada kami, Umar bin Rasyid ([maula Abdurrahman bin Aban bin Utsman At-Taimi) menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Dzi'ib Al Qurasyi menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari Muhammad bin Ali, dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang akan dilindungi oleh Allah dalam naungan-Nya dan akan ditutupi dengan rahmat-Nya serta dimasukkan dalam cinta-Nya” Beliau lalu ditanya, "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang apabila diberi maka dia bersyukur, apabila mampu memberi hukuman maka dia mengampuni, dan apabila marah maka dia dapat menahannya." Hadits ini sanadnya shahih, karena Umar bin Rasyid adalah seorang syaikh dari Hijaz, dari arah Madinah. Para muhaddits besar meriwayatkan darinya.
المستدرك ٤٣٤: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثنا أَبُو سَهْلٍ بِشْرُ بْنُ سَهْلٍ، ثنا أَبُو صَالِحٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَرْمَلَةَ الْأَسْلَمِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: لَمَّا وَلِيَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَطَبَ النَّاسَ عَلَى مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي قَدْ عَلِمْتُ مِنْكُمْ أَنَّكُمْ تُؤْنِسُونَ مِنِّي شِدَّةً وَغِلْظَةً، وَذَلِكَ أَنِّي كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ عَبْدَهُ وَخَادِمَهُ، وَكَانَ كَمَا قَالَ اللَّهُ {بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} فَكُنْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ كَالسَّيْفِ الْمَسْلُولِ إِلَّا أَنْ يَغْمِدَنِي أَوْ يَنْهَانِي عَنْ أَمَرٍ، فَأَكُفَّ وَإِلَّا أَقْدَمْتُ عَلَى النَّاسِ لِمَكَانِ لِينِهِ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَأَبُو صَالِحٍ فَقَدِ احْتَجَّ بِهِ الْبُخَارِيُّ، فَأَمَّا سَمَاعُ سَعِيدٍ، عَنْ عُمَرَ فَمُخْتَلَفٌ فِيهِ، وَأَكْثَرُ أَئِمَّتِنَا عَلَى أَنَّهُ قَدْ سَمِعَ مِنْهُ، وَهَذِهِ تَرْجَمَةٌ مَعْرُوفَةٌ فِي الْمَسَانِيدِ»
Al Mustadrak 434: Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani menceritakan kepada kami. Abu Sahi Bisyr bin Sahi menceritakan kepada kami, Abu Shalih Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, Yahya bin Ayyub menceritakan kepadaku dari Abdurrahman btn Karmalah Al Aslami, dari Sa'id bin Al Musayyib, dia berkata: Ketika Umar bin Khaththab diangkat menjadi khalifah, dia berpidato di atas mimbar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Setelah memuji dan menyanjung Allah, dia berkata, "Wahai kalian semua, sesungguhnya aku telah tahu bahwa kalian telah menjinakkan sikapku yang keras dan kasar. Hal itu setelah aku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku menjadi budak sekaligus pelayannya, dan beliau adalah seperti difirmankan Allah, 'Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin' Aku di hadapan beliau laksana pedang terhunus kecuali bila beliau menyuruhku untuk menyarungkannya atau melarangku melakukan sesuatu, maka aku pun berhenti. Tapi jika tidak maka aku akan mendatangi orang-orang (dengan memperlakukannya secara lembut) karena kelunakan (kelembutan) beliau." Sanad hadits ini shahih. Abu Shalih telah dijadikan hujjah oleh Al Bukhan. Adapun mendengarnya Sa'id dari Umar, masih diperselisihkan. Mayoritas imam kami menyatakan bahwa dia mendengar darinya. Ini merupakan biografi yang telah dikenal (disebutkan) dalam musnad-musnad.
المستدرك ٤٣٥: أَخْبَرَنَا أَبُو حَامِدٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ شُعَيْبٍ الْفَقِيهُ، ثنا سَهْلُ بْنُ عَمَّارٍ، ثنا مُحَاضِرُ بْنُ الْمُوَرِّعِ، ثنا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنِ الْمُطَّلِبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ كَانَ هَيِّنًا لَيِّنًا قَرِيبًا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ»
Al Mustadrak 435: Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Syu'aib Al Faqih mengabarkan kepada kami, Sahal bin Ammar menceritakan kepada kami, Muhadhir bin Al Muwarri' menceritakan kepada kami, Sa'ad bin Sa'id Al Anshari menceritakan kepada kami dari Amr bin Abu Amr, dari Al Muthalib, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa bersikap lunak dan lemah lembut, serta dekat (dengan orang-orang), maka Allah akan mengharamkannya masuk neraka." Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.
المستدرك ٤٣٦: أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ الْفَاكِهِيُّ، بِمَكَّةَ، ثنا أَبُو يَحْيَى بْنُ أَبِي مَسَرَّةَ، ثنا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ، ثنا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَفْتَى النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ وَلَا أَعْرِفُ لَهُ عِلَّةً»
Al Mustadrak 436: Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ishaq Al Fakihi mengabarkan kepada kami di Makkah, Abu Yahya bin Abu Maisarah menceritakan kepada kami, Abu Abdurrahman Al Muqri menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Ayyub menceritakan kepada kami dari Bakar bin Amr, dari Muslim bin Yasar, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa memberi fatwa kepada masyarakat tanpa ilmu, maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberi fatwa tersebut." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Selain itu, aku tidak mengetahui hadits ini memiliki illat.
المستدرك ٤٣٧: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ الْفَقِيهُ، أَنْبَأَ الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَضْلِ الْأَسْفَاطِيُّ، ثنا أَبُو الْوَلِيدِ، ثنا هَمَّامٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا تَكْتُبُوا عَنِّي شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ مَنْ كَتَبَ عَنِّي شَيْئًا سِوَى الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، وَقَدْ تَقَدَّمَ أَخْبَارُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو فِي إِجَازَةِ الْكِتَابَةِ»
Al Mustadrak 437: Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Al Abbas bin Al Fadhl Al Asfathi memberitakan (kepada kami), Abu Al Walid menceritakan kepada kami, Hammam menceritakan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jangan menulis dariku selain Al Qur'an. Barangsiapa menulis dariku selain Al Qur'an maka dia sebaiknya menghapusnya.” Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Telah diuraikan juga hadits-hadits Abdullah bin Amr tentang bolehnya menulis (hadits)
المستدرك ٤٣٨: أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَ بِشْرُ بْنُ مُوسَى، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَالِمٍ الْمَفْلُوجُ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يُوسُفَ بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الْبَرَاءِ، قَالَ: «لَيْسَ كُلُّنَا سَمِعَ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَتْ لَنَا ضَيْعَةٌ وَأَشْغَالٌ، وَلَكِنَّ النَّاسَ كَانُوا لَا يَكْذِبُونَ يَوْمَئِذٍ، فَيُحَدِّثُ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ وَمُحَمَّدُ بْنُ سَالِمٍ وَابْنُهُ عَبْدُ اللَّهِ مُحْتَجٌّ بِهِمَا، فَأَمَّا صَحِيفَةُ إِبْرَاهِيمِ بْنَ يُوسُفَ بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ فَقَدْ أَخْرَجَهَا الْبُخَارِيُّ فِي الْجَامِعِ الصَّحِيحِ»
Al Mustadrak 438: Abu Bakar bin Ishaq mengabarkan kepada kami, Bisyr bin Musa memberitakan (kepada kami), Muhammad bin Salim Al Mafluj menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf bin Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari Al Bara', dia berkata, “Tidak semua dari kami mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, (karena) masing-masing dari kami ada yang memiliki pekerjaan dan kesibukan, akan tetapi saat itu orang-orang tidak berani berdusta, sehingga orang yang hadir (yang mendengarkan hadits) menceritakan kepada orang yang tidak hadir (yang tidak mendengarkan hadits).” Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Muhammad bin Salim dan putranya Abdullah adalah j periwayat yang dijadikan hujjah. Mengenai karya Ibrahim bin Yusuf j bin Abu Ishaq, Al Bukhari telah meriwayatkannya dalam kitab Al Jami ' Ash-Shahih.
المستدرك ٤٣٩: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ السَّكَنِ الْوَاسِطِيُّ، ثنا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرَيْدَةَ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ «إِذَا سُئِلَ عَنْ شَيْءٍ فَكَانَ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ بِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللَّهِ وَكَانَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ شَيْءٌ قَالَ بِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ شَيْءٌ قَالَ بِمَا قَالَ بِهِ أَبُو بَكْرِ وَعُمَرُ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لِأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ فِيهِ شَيْءٌ قَالَ بِرَأْيِهِ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَفِيهِ تَوْقِيفٌ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ»
Al Mustadrak 439: Ali bin Hamsyad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Isa bin As-Sakan Al Wasithi menceritakan kepada kami, Amr bin Aun menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Ubaidillah bin Abu Buraidah, dia berkata, "Mengenai Ibnu Abbas , apabila dia ditanya tentang sesuatu yang terdapat dalam kitab Allah, maka dia akan menjawabnya berdasarkan yang terdapat dalam kitab Allah. Jika tidak terdapat dalam kitab Allah tapi ada dari perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia menjawabnya berdasarkan yang terdapat dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tapi ada dalam perkataan Abu Bakar dan Umar, maka dia akan menjawabnya dengan perkataan keduanya. Jika tidak terdapat dalam perkataan Abu Bakar dan Umar; maka dia baru menjawabnya berdasarkan pendapatnya sendiri." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi statusnya mauquf, sehingga keduanya tidak meriwayatkannya
المستدرك ٤٤٠: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، ثنا جَرِيرٌ، عَنْ إِدْرِيسَ الْأَوْدِيِّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، رَفَعَ الْحَدِيثَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الْكَذِبَ لَا يَصْلُحُ مِنْهُ جِدٌّ وَلَا هَزْلٌ، وَلَا أَنْ يَعِدَ الرَّجُلُ ابْنَهُ ثُمَّ لَا يُنْجِزُ لَهُ، إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، إِنَّهُ يُقَالُ لِلصَّادِقِ: صَدَقَ وَبَرَّ، وَيُقَالُ لِلْكَاذِبِ: كَذَبَ وَفَجَرَ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صَدِيقًا أَوْ يَكْذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا «.» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَإِنَّمَا تَوَاتَرَتِ الرِّوَايَاتُ بِتَوْفِيقِ أَكْثَرِ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ، فَإِنْ صَحَّ سَنَدُهُ فَإِنَّهُ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِهِمَا "
Al Mustadrak 440: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, Utsman bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Jarir menceritakan kepada kami dari Idris Al Audi, dari Abu Ishaq, dari Abu Al Ahwash, dari Abdullah -dia meriwayatknnya secara marfu' kepada Nabi -, “Sesungguhnya dusta tidak layak (dilakukan), baik dalam keadaan serius maupun main-main Tidak boleh pula seseorang menjanjikan sesuatu kepada putranya lalu dia tidak memenuhinya Sesungguhnya jujur akan menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga Sedangkan dusta akan mengantarkan kepada kedurhakaan dan kedurhakaan akan mengantarkan ke neraka. Terhadap orang yang jujur akan dikatakan, 'Dia telah jujur dan berbuat baik', sedangkan terhadap pembohong akan dikatakan, 'Dia telah bohong dan berbuat durhaka'. Seseorang berbuat jujur hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur, atau berdusta hingga dia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Riwayat-riwayatnya mencapai derajat mutawatir karena ada kecocokan pada mayoritas redaksinya. Jika sanadnya sah maka dia sesuai syarat keduanya.