صحيح ابن حبان

Shahih Ibnu Hibban

Shahih Ibnu Hibban #611

صحيح ابن حبان ٦١١: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ‏:‏ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ، فقَالَ‏:‏ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ لاَ فَقَتَلَهُ وَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ، فقَالَ‏:‏ أَنَّهُ قَتَلَ مِئَةً، فَهَلْ لَهُ تَوْبَةٌ‏؟‏قَالَ‏:‏ نَعَمْ، مَنْ يَحُولُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ‏؟‏ ائْتِ أَرْضَ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا نَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدِ اللَّهَ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ الطَّرِيقَ، أَتَاهُ الْمَوْتُ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ، وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ‏:‏ جَاءَنَا تَائِبًا مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ، وَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ‏:‏ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ، فَأَتَاهُ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ، فقَالَ‏:‏ قِيسُوا مَا بَيْنَ الأَرْضَيْنِ‏:‏ أَيُّهُمَا كَانَ أَقْرَبَ، فَهِيَ لَهُ، فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ، فَقَبَضَتْهُ بِهَا مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 611: Abu Ya’la mengabarkan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Mu’adz bin Hisyam menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku menceritakan kepadaku, dari Qatadah, dari Abu Ash- Shiddiq, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seorang lelaki dari umat terdahulu membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian ia mencari penduduk bumi yang paling alim, lalu ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, kemudian ia pun mendatanginya dan mengatakan bahwa ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, apakah ada kesempatan baginya untuk bertobat? Sang pendeta menjawab, ‘Tidak ada. Seketika pendeta tersebut dibunuh hingga jumlah orang yang dibunuhnya genap seratus. Kemudian ia mencari lagi penduduk bumi yang paling alim, lalu ditunjukkan kepadanya salah seorang ulama, seraya ia menceritakan bahwa ia telah membunuh seratus orang, apakah ada kesempatan baginya untuk bertobat? Sang ulama menjawab, ‘Ya masih ada. ’ Dan siapakah yang dapat menghalanginya untuk bertobat? Pergilah kamu ke desa fulan dan desa fulan, karena di sana banyak orang-orang yang beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke desamu, karena di sana tempat yang buruk. Orang tersebut berangkat. Ketika sampai di tengah jalan, kematian menjemputnya. Malaikat rahmat dengan Malaikat azab bertengkar mengenai orang itu Malaikat rahmat berkata, 'la telah datang bertobat kepada Allah dengan sepenuh hatinya,‘ Dan malaikat adzab berkata, dia belum berbuat kebaikan sama sekalL' Maka datanglah seorang malaikat yang menyerupai manusia, mereka menjadikannya sebagai penengah di antara mereka berdua. la berkata 'Ukur saja jarak antara dua desa, desa yang lebih dekat kepadanya, maka berarti ia bagian dari sana.’ Mereka mengukurnya dan mereka mendapatinya lebih dekat kepada desa yang penuh dengan kebaikan yang hendak ditujunya’ maka malaikat rahmat pun membawa orang tersebut.”405 [0:00]

Shahih Ibnu Hibban #612

صحيح ابن حبان ٦١٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ نَاجِيَةَ عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْتَامٍ، حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ خَيْثَمَةَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ‏:‏ قِيلَ لَهُ‏:‏ أَنْتَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ النَّدَمُ تَوْبَةٌ‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 612: Ibnu Najiyah Abdul Hamid bin Muhammad bin Mustam mengabarkan kepada kami, Makhlad bin Yazid Al Harrani menceritakan kepada kami, Malik bin Mighwal menceritakan kepada kami, dari Manshur, dari Khaitsamah, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, Dikatakan kepadanya, "Apakah kamu mendengar sabda Rasulullah SAW: Penyesalan adalah taubat?, la menjawab, “Ya.” 406 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #613

صحيح ابن حبان ٦١٣: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا مَحْفُوظُ بْنُ أَبِي تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ صَالِحٍ السَّهْمِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ حُمَيْدًا الطَّوِيلَ، يَقُولُ‏:‏ قُلْتُ لأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ‏:‏ أَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ النَّدَمُ تَوْبَةٌ‏؟‏ قَالَ‏:‏ نَعَمْ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 613: Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada kami, Mahfuzh bin Abu Tsaubah menceritakan kepada kami, Utsman bin ShaJih As-Sahami menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Ayyub, ia berkata, aku mendengar Hamid Ath-Thawil berkata: Akn berkata kepada Anas bin Malik, Apakah Rasulullah bersabda, “Penyesalan itu adalah taubat?”. Ia menjawab, “Ya” 407 [1:2]

Shahih Ibnu Hibban #614

صحيح ابن حبان ٦١٤: أَخْبَرَنَا أَبُو عَرُوبَةَ، أَخْبَرَنَا الْمُسَيَّبُ بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ خَيْثَمَةَ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ النَّدَمُ تَوْبَةٌ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 614: Abu Arubah mengabarkan kepada kami, Al Musayyab bin Wadhih mengabarkan kepada kami, Yusuf bin Asbath menceritakan kepada kami, dari Malik bin Mighwal, dari Manshur, dari Khaitsamah, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Penyesalan itu adalah taubat.” 408 [ 1:2]

Shahih Ibnu Hibban #615

صحيح ابن حبان ٦١٥: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ النَّاجِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ إِنْسَانًا، ثُمَّ خَرَجَ يَسْأَلُ، فَأَتَى رَاهِبًا فَسَأَلَهُ‏:‏ هَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ‏؟‏ قَالَ‏:‏ لاَ، فَقَتَلَهُ، وَجَعَلَ يَسْأَلُ، فقَالَ لَهُ رَجُلٌ‏:‏ ائْتِ قَرْيَةَ كَذَا وَكَذَا، فَأَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَمَاتَ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى هَذِهِ‏:‏ تَقَرَّبِي وَإِلَى هَذِهِ تَبَاعَدِي، فَوُجِدَ أَقْرَبَ إِلَى هَذِهِ بِشِبْرٍ فَغُفِرَ لَهُ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 615: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Basyar mengabarkan kepada kami, Ibnu Abu Adi mengabarkan kepada kami, dari Qatadah, dari Abu Ash-Shiddiq An-Naji. Dan Abu Sa'id Al Khudri, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada seorang lelaki dari bani Israil yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian ia keluar untuk bertanya, maka ia datang kepada seorang pendeta dan bertanya kepadanya, “Apakah ada kesempatan baginya untuk bertobat?” Sang pendeta menjawab, ‘Tidak ada, ' Seketika pendeta tersebut dibunuh hingga jumlah orang yang dibunuhnya genap seratus. Maka seorang laki-laki berkata kepadanya, “Pergilah kamu ke desa ini dan itu.” Kemudian kematian menjemputnya. Maka malaikat rahmat dengan malaikat azab bertengkar mengenai orang itu. Maka Allah SWT menurunkan wahyu atas hal ini, Mendekatlah kepadaku (jika lebih dekat), dan yang ini menjauhlah (jika lebih jauh), dan ternyata jarak orang ini dengan tempat yang akan di tuju lebih dekat satu jengkal, maka ia pun diampuni”409 [3: 6]

Shahih Ibnu Hibban #616

صحيح ابن حبان ٦١٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْجُنَيْدِ بِبُسْتَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ الْخُزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْوَلِيدِ، عَنْ أَبِي سُلَيْمَانَ اللَّيْثِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ، وَمَثَلُ الإِيمَانِ كَمَثَلِ الْفَرَسِ فِي آخِيَّتِهِ يَجُولُ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى آخِيَّتِهِ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَسْهُو ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى الإِيمَانِ، فَأَطْعِمُوا طَعَامَكُمُ الأَتْقِيَاءَ، وَوَلُّوا مَعْرُوفَكُمُ الْمُؤْمِنِينَ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 616: Muhammad bin Abdullah bin Al Junaid di Busta mengabarkan kepada kami, Abdul Warits bin Abdullah menceritakan kepada kami, dari Abdullah, Sa'id bin Abu Ayyub Al Khuza'i mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Al Walid menceritakan kepada kami, dari Abu Sulaiman Al-Laitsi, dari Abu Sa'id Al Khudri, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Perumpamaan seorang mukmin dengan keimanan -yang dimilikinya- seperti seekor kuda dengan tali pengikatnya. ia akan lari —berputar-putar lalu kembali ke tempat tali pengikatnya. Sesungguhnya seorang mukmin akan lalai kemudian kembali kepada keimanannya. Maka berikanlah makanan kalian kepada orang-orang yang bertakwa dan sampaikanlah kebaikan kalian kepada orang-orang mukmin.”410 [3:28]

Shahih Ibnu Hibban #617

صحيح ابن حبان ٦١٧: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ الْقَيْسِيُّ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ اللَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَسْتَيْقِظُ عَلَى بَعِيرِهِ أَضَلَّهُ بِأَرْضٍ فَلاَةٍ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 617: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hudbah bin Khalid Al Qaisi menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammam bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata, Qatadah menceritakan kepada kami. Dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh Allah lebih senang dengan taubat salah seorang dari kalian yang menemukan untanya yang hilang di padang sahara.” [3:67]

Shahih Ibnu Hibban #618

صحيح ابن حبان ٦١٨: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ يُوسُفَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَانٍ الْقَطَّانُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ مِنْ رَجُلٍ بِأَرْضٍ دَوِّيَّةٍ مَهْلَكَةٍ، وَمَعَهُ رَاحِلَتُهُ عَلَيْهَا زَادُهُ وَطَعَامُهُ وَمَا يُصْلِحُهُ، فَأَضَلَّهَا، فَخَرَجَ فِي طَلَبِهَا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْمَوْتُ، قَالَ‏:‏ أَرْجِعُ إِلَى مَكَانِي فَأَمُوتُ فِيهِ، فَرَجَعَ إِلَى مَكَانِهِ الَّذِي أَضَلَّهَا فِيهِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ غَلَبَتْهُ عَيْنُهُ، فَاسْتَيْقَظَ، فَإِذَا رَاحِلَتُهُ عِنْدَ رَأْسِهِ عَلَيْهَا زَادُهُ وَمَا يُصْلِحُهُ، فَاللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ مِنْ هَذَا الرَّجُلِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 618: Muhammad bin Umar bin Yusuf mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Sinan Al Qaththan menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al A’masy menceritakan kepada kami, dari Ibrahim At-Taimi, dari Al Harits bin Suwaid, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT lebih senang dengan taubat salah seorang dari kalian yang berada di daerah padang pasir yang mencekam, ia bersama dengan tunggangannya yang membawa perbekalan, makanan dan kebutuhan lainnya, lalu hewan tunggangannya itu hilang, maka ia mencarinya hingga jika ia meneruskannya maka ia akan menghadapi kematian, ia berkata, "Aku akan kembali ke tempatku dan mati di sana, maka ia pun kembali ke tempatnya -pertama kali- ia tersesat, maka ia pun tertidur pulas, ketika ia bangun, tiba-tiba tunggangannya itu berada di sisinya dengan membawa perbekalan dan kebutuhannya, maka sesungguhnya Allah lebih senang dengan taubat salah seorang dari kalian daripada senangnya seorang laki-laki ini" 411 [3: 67]

Shahih Ibnu Hibban #619

صحيح ابن حبان ٦١٩: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَحْمُودِ بْنِ عَدِيٍّ بِنَسَا، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِيِّ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ‏:‏ يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلاَ تَظَّالَمُوا، يَا عِبَادِي، إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا الَّذِي أَغْفِرُ الذُّنُوبَ وَلاَ أُبَالِي فَذَكَرَهُ بِطُولِهِ وَقَالَ فِي آخِرِهِ‏:‏ وَكَانَ أَبُو إِدْرِيسَ إِذَا حَدَّثَ بِهَذَا الْحَدِيثِ جَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 619: Muhammad bin Mahmud bin Adi di Nasa mengabarkan kepada kami, ia berkata, Humaid bin Zanjawaih menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Mushir menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami dari Rabi'ah bin Yazid, dari Abu Idris Al Khaulani, dari Abu Dzar, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Allah SWT, Dia berfirman: "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan Kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku juga mengharamkannya atas kalian, Maka janganlah kalian saling menzhalimi, wahai Hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan (dosa) pada waktu malam dan siang hari,dan Aku-lah yang akan mengampuni dosa dan tidak menghiraukannya.” Dia menyebutkan dengan hadits yang amat panjang. Dan pada akhir hadits ia mengatakan, “Abu Idris jika menceritakan hadits ini, dia duduk di atas kedua lututnya.” 412 [3: 68]

Shahih Ibnu Hibban #620

صحيح ابن حبان ٦٢٠: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سُوَيْدٍ النَّخَعِيِّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ‏:‏ دَخَلْتُ أَنَا وَعُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ، عَلَى عَائِشَةَ فَقَالَتْ لِعُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ‏:‏ قَدْ آنَ لَكَ أَنْ تَزُورَنَا، فقَالَ‏:‏ أَقُولُ يَا أُمَّهْ كَمَا قَالَ الأَوَّلُ‏:‏ زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا، قَالَ‏:‏ فَقَالَتْ‏:‏ دَعُونَا مِنْ رَطَانَتِكُمْ هَذِهِ، قَالَ ابْنُ عُمَيْرٍ‏:‏ أَخْبِرِينَا بِأَعْجَبِ شَيْءٍ رَأَيْتِهِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ فَسَكَتَتْ ثُمَّ قَالَتْ‏:‏ لَمَّا كَانَ لَيْلَةٌ مِنَ اللَّيَالِي، قَالَ‏:‏ يَا عَائِشَةُ ذَرِينِي أَتَعَبَّدُ اللَّيْلَةَ لِرَبِّي قُلْتُ‏:‏ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ قُرْبَكَ، وَأُحِبُّ مَا سَرَّكَ، قَالَتْ‏:‏ فَقَامَ فَتَطَهَّرَ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، قَالَتْ‏:‏ فَلَمْ يَزَلْ يَبْكِي حَتَّى بَلَّ حِجْرَهُ، قَالَتْ‏:‏ ثُمَّ بَكَى فَلَمْ يَزَلْ يَبْكِي حَتَّى بَلَّ لِحْيَتَهُ، قَالَتْ‏:‏ ثُمَّ بَكَى فَلَمْ يَزَلْ يَبْكِي حَتَّى بَلَّ الأَرْضَ، فَجَاءَ بِلاَلٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلاَةِ، فَلَمَّا رَآهُ يَبْكِي، قَالَ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ تَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ‏؟‏ قَالَ‏:‏ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا، لَقَدْ نَزَلَتْ عَلَيَّ اللَّيْلَةَ آيَةٌ، وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا ‏{‏إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ‏}‏ الآيَةَ كُلَّهَا‏.‏

Shahih Ibnu Hibban 620: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, Utsman bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Yahya bin Zakariyya menceritakan kepada kami, dari Ibrahim bin Suwaid An-Nakha'i, Abdul Malik bin Abu Sulaiman menceritakan kepada kami, dari Atha’, ia berkata, “Aku dan Ubaid bin Umair datang kepada Aisyah, kemudian Aisyah berkata kepada Ubaid bin Umair, “Sungguh kamu telah bersikap baik dengan datang mengunjungi kami.’” Lalu Ubaid berkata, “Aku akan katakan wahai ibu sebagaimana orang dulu pemah katakan: “Jarang berkunjunglah, maka cinta akan bertambah.” Atha' berkata, Aisyah lalu berkata, "Tinggalkan kami dari bahasa asing kalian itu.” Ibnu Umair berkata, “Berilah kami Khabar tentang perkara yang paling menakjubkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Atha' berkata, “Aisyah terdiam, tidak lama kemudian berkata, ‘Pada suatu malam, beliau bersabda, ‘Wahai Aisyah, izinkanlah aku agar malam ini aku dapat beribadah kepada Tuhanku.” Aku (Aisyah) lalu berkata, Sesungguhnya aku lebih senang berada di dekatmu, dan aku sangat senang dapat membahagiakanmu," Ia (Aisyah) lalu berkata, “Kemudian beliau bangun dan bersuci, setelah itu melaksanakan ' shalat." Aisyah berkata, “Malam itu, beliau terus menerus menangis hingga pahanya basah, kemudian beliau terus menerus menangis hingga jenggotnya basah, kemudian beliau terus menerus menangis hingga tanah menjadi basah. Hingga kemudian Bilal mengumandangkan adzan. Ketika Bilal melihat beliau menangis, ia bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mengapa engkau menangis seperti itu padahal engkau adalah orang yang dosanya telah diampuni oleh Allah SWT baik dosa yang telah lalu maupun dosa yang akan datang?" Beliau menjawab, “(Jika aku meninggalkan tahajjud) aku Tidaklah menjadl hamba yang bersyukur. Sungguh telah turun satu ayat pada malam Int, yang menjadl celaka bagi orang yang membacanya namun tidak berfikir tentangnya. (Ayat Itu adalah), "Sesungguhnya dalam penclptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.“ (Qs. Aali ‘Imran [3]:190) 413 [5:47]