صحيح ابن حبان ٥٧١: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّغُولِيُّ كِتَابَةً، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرِ بْنِ الْحَكَمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنِي ثَابِتٌ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ مَرَّ رَجُلٌ، فقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا الرَّجُلَ، قَالَ: هَلْ أَعْلَمْتَهُ ذَاكَ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: قُمْ أَعْلِمْهُ، فَقَامَ إِلَيْهِ، فقَالَ: يَا هَذَا، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، قَالَ: أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 571: Muhammad bin Abdurrahman Ad-Daghuli mengabarkan kepada kami secara tertulis, ia berkata, Abdurrahman bin Bisyr bin Al Hakam menceritakan kepada kami, ia berkata, Ali bin Al Husain bin Waqid menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku menceritakan kepadaku, ia berkata, Tsabit menceritakan kepadaku, dari Anas bin Malik ia berkata, “Aku sedang duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki, kemudian seseorang dari suatu kaum berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai orang ini,” Beliau bertanya, "Apakah engkau telah mengabarkan hal itu kepadanya?” orang itu menjawab, “Belum,” Beliau bersabda, "Beritahulah kepadanya”maka orang tadi menuju kepada orang yang dicintainya dan berkata, “Demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu,” orang yang dicintai tersebut menjawab, “Semoga kamu dicintai oleh Dzat yang kamu mencintaiku karenaNya.” 359 [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٧٢: أَخْبَرَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ خَلَفٍ الدُّورِيُّ بِبَغْدَادَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، قَالَ: فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، فقَالَ لَهُ: هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لاَ، غَيْرَ أَنِّي أُحِبُّهُ فِي اللهِ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، إِنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلاَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ.
Shahih Ibnu Hibban 572: Al Haitsam bin Khalaf Ad-Dauri mengabarkan kepada kami di Baghdad, ia berkata, Abdul A’la bin Hammad menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Abu Rafi’, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di tempat lain, maka Allah mengutus malaikat menuju perjalanan orang tersebut, maka tatkala malaikat tadi sampai pada orang tersebut, ia bertanya: “Ke mana kamu akan pergi?” orang tersebut menjawab, “Aku akan mengunjungi saudaraku di desa ini,” maka malaikat tadi bertanya kembali, “Apakah ia mempunyai suatu nikmat yang kamu ingin menjaganya?”, orang tadi menjawab: “Tidak, aku (mengunjunginya) hanya karena aku mencintainya karena Allah,” malaikat tadi berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, sesungguhnya Allah Jalla Wa ‘Ala telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” 360
صحيح ابن حبان ٥٧٣: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَالِحٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ عِبَادًا لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ، يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ، قِيلَ: مَنْ هُمْ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِنُورِ اللهِ مِنْ غَيْرِ أَرْحَامٍ وَلاَ انْتِسَابٍ، وُجُوهُهُمْ نُورٌ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ، وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ، ثُمَّ قَرَأَ: {أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ}.
Shahih Ibnu Hibban 573: Ahmad bin Ah bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdurrahman bin Shalih Al Azdi menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, dari Umarah bin Al Qa’qa’ dari Abu Zur’ah, dari Abu Hmrairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang mereka itu bukan para nabi, namun para nabi dan para syuhada iri terhadap mereka”. Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka?, semoga kami mencintai mereka,” beliau menjawab, “Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena nur Allah, bukan karena hubungan keturunan juga bukan karena nasab, wajah- wajah mereka merupakan cahaya di atas mimbar-mimbar cahaya, mereka tidak merasa takut ketika manusia merasa takut, dan mereka tidak merasa sedih ketika manusia merasa sedih." kemudian beliau membaca firman Allah SWT, “Ketahuilah, sesungguhnya kekasih Allah itu tidak ada ketakutan pada mereka, juga tidak bersedih hati: (Qs. Yuunus [10]: 62) 361 [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٧٤: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سِنَانٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْمَرٍ، عَنْ أَبِي الْحُبَابِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي.
Shahih Ibnu Hibban 574: Umar bin Sa’id bin Sinan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Abu Bakar menceritakan kepada kami, dari Malik, dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ma’mar, dan Abu Al Hubbab, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah Tabarak wa Ta’ala berfirman, ‘Di manakah orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku?, pada han ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku, dimana tidak ada naungan selain naungan-Ku’.” 362 [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٧٥: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِدْرِيسَ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي حَازِمِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: دَخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ فَإِذَا فَتًى بَرَّاقُ الثَّنَايَا، وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ، إِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ، أَسْنَدُوهُ إِلَيْهِ، وَصَدَرُوا عَنْ رَأْيِهِ، فَسَأَلْتُ عَنْهُ، فَقِيلَ: هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ، هَجَّرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بِالتَّهْجِيرِ، وَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي، قَالَ: فَانْتَظَرْتُهُ حَتَّى قَضَى صَلاَتَهُ، ثُمَّ جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ وَقُلْتُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ، فقَالَ: آللَّهُ؟ قُلْتُ: آللَّهُ، فَأَخَذَ بِحَبْوَةِ رِدَائِي فَجَذَبَنِي إِلَيْهِ وَقَالَ: أَبْشِرْ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولَ: قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ، وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَبُو إِدْرِيسَ الْخَوْلاَنِيُّ اسْمُهُ عَائِذُ اللهِ بْنُ عَبْدِ اللهِ، كَانَ سَيِّدَ قُرَّاءِ أَهْلِ الشَّامِ فِي زَمَانِهِ، وَهُوَ الَّذِي أَنْكَرَ عَلَى مُعَاوِيَةَ مُحَارَبَتَهُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ حِينَ، قَالَ لَهُ: مَنْ أَنْتَ حَتَّى تُقَاتِلَ عَلِيًّا، وَتُنَازِعُهُ الْخِلاَفَةَ، وَلَسْتَ أَنْتَ مِثْلَهُ، لَسْتَ زَوْجَ فَاطِمَةَ وَلاَ بِأَبِي الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ وَلاَ بِابْنِ عَمِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَشْفَقَ مُعَاوِيَةُ أَنْ يُفْسِدَ قُلُوبَ قُرَّاءِ الشَّامِ، فقَالَ لَهُ: إِنَّمَا أَطْلُبُ دَمَ عُثْمَانَ، قَالَ: فَلَيْسَ عَلِيٌّ قَاتِلَهُ، قَالَ: لَكِنَّهُ يَمْنَعُ قَاتِلَهُ عَنْ أَنْ يُقْتَصَّ مِنْهُ، قَالَ: اصْبِرْ حَتَّى آتِيَهُ، فَأَسْتَخْبِرَهُ الْحَالَ، فَأَتَى عَلِيًّا وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، ثُمَّ، قَالَ لَهُ: مَنْ قَتَلَ عُثْمَانَ؟ قَالَ: اللَّهُ قَتَلَهُ وَأَنَا مَعَهُ، عَنَى: وَأَنَا مَعَهُ مَقْتُولٌ، وَقِيلَ: أَرَادَ اللَّهُ قَتْلَهُ، وَأَنَا حَارَبْتُهُ، فَجَمَعَ جَمَاعَةَ قُرَّاءِ الشَّامِ وَحَثَّهُمْ عَلَى الْقِتَالِ.
Shahih Ibnu Hibban 575: Al Husain bin Idris Al Anshari mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Abu Bakar menceritakan kepada kami, dari Malik, dari Abu Hazim bin Dinar, dari Abu Idris Al Khaulani, bahwasanya ia berkata, ketika aku memasuki masjid Damaskus di sana ada seorang pemuda Barraq Ats-Tsanaya dan orang-orang bersamanya, mereka sedang berselisih dalam satu permasalahan, orang-orang menyandarkan permasalahan tersebut kepadanya, dan mereka mengedepankan pendapatnya, maka aku bertanya tentang pemuda tadi, kemudian seseorang menjawab, “Dia adalah Muadz bin Jabal,” keesokan harinya ketika aku berjalan (menuju masjid) aku mendapatkan ia telah mendahuluiku berada di dalam masjid sedang melakukan shalat,” maka aku menunggunya hingga selesai shalat, kemudian aku mendatanginya dari arah depan, aku mengucapkan salam kepadanya dan aku berkata kepadanya, “Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah,” maka dia menjawab, “(Karena) Allah?”, aku menjawab: “Ya, karena Allah,” kemudian ia memegang kain selendangku dan menarikku seraya berkata: “Berbahagialah kamu, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Kecintaanku wajib diberikan kepada orang-orang yang saling mencintai dan saling mengunjungi karena-Ku”. Abu Hatim RA berkata, Abu Idris Al Khaulani namanya adalah A’idzullah bin Abdullah, dia merupakan pembesar ahli qira’ah dari Syam pada zamannya, dia juga yang mengingkari penyerangan Mu’awiyah terhadap Ali bin Abu Thalib ketika dikatakan kepadanya, siapakah kamu sehingga kamu membunuh Ali dan menentang kekuasaannya, padahal kamu tidak sebanding dengannya, kamu bukan suami Fatimah, bukan ayah dari Hasan dan Husain, dan bukan pula anak paman nabi S A W, sehingga Mu’awiyah ingin mengoyak hati- hati para ahli qira’ah penduduk Syam, ia berkata kepadanya (Al Khaulani), “Aku hanya ingin menuntut darah Utsman,” ia menjawab, “Bukan Ali yang harus kamu perangi”, ia berkata, “Namun ia tidak mau memerangi untuk menuntaskan masalah tersebut,” ia berkata, “Bersabarlah, aku akan mendatanginya dan mengabarkan tentang keadaan ini,” Maka ia mendatangi Ali dan mengucapkan salam kepadanya, kemudian berkata kepadanya, “Siapakah yang membunuh Utsman?” ia menjawab, “Allah yang mematikannya dan aku bersamanya,” yakni: aku juga akan mati bersamanya. Dan ada yang mengatakan, “Allah menginginkan kematiannya dan aku adalah orang yang memeranginya,” maka ia mengumpulkan kumpulan para ahli qira’ah Syam dan menganjurkan kepada mereka untuk berperang.” [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٧٦: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ صَالِحٍ الْيَشْكُرِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْسَلَ اللَّهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أَزُورُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، فقَالَ: هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لاَ، إِلاَّ أَنِّي أُحِبُّهُ فِي اللهِ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ.
Shahih Ibnu Hibban 576: Al Husain bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Yazid bin Shalih Al Yasykuri menceritakan kepada kami, Hamad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Abu Rafi’ dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Bahwa seorang laki-laki mengunjungi saudaranya di tempat lain, maka Allah mengutus malaikat menuju perjalanan orang tersebut, maka tatkala malaikat tadi sampai pada orang tersebut, ia bertanya, “Ke mana kamu akan pergi?” orang tersebut menjawab, “Aku akan mengunjungi saudaraku di desa ini,” maka malaikat tadi bertanya kembali, “Apakah ia mempunyai suatu nikmat yang kamu ingin menjaganya?” orang tadi menjawab, ‘Tidak, aku (mengunjunginya) hanya karena aku mencintainya karena Allah,” malaikat tadi berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, sesungguhnya Allah Wa telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” 364 [3:6]
صحيح ابن حبان ٥٧٧: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ أَبِي زُمَيْلٍ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمَلِيحِ الرَّقِّيُّ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي مَرْزُوقٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْخَوْلاَنِيِّ، قَالَ: قُلْتُ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِغَيْرِ دُنْيَا أَرْجُو أَنْ أُصِيبَهَا مِنْكَ، وَلاَ قَرَابَةَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ، قَالَ: فَلأَيِّ شَيْءٍ؟ قُلْتُ: لِلَّهِ، قَالَ: فَجَذَبَ حُبْوَتِي، ثُمَّ قَالَ: أَبْشِرْ إِنْ كُنْتَ صَادِقًا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: الْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، يَغْبِطُهُمْ بِمَكَانِهِمِ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ ثُمَّ، قَالَ: فَخَرَجْتُ فَأَتَيْتُ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ، فَحَدَّثْتُهُ بِحَدِيثِ مُعَاذٍ فقَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: حُقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَحَابِّينَ فِيَّ، وَحُقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَنَاصِحِينَ فِيَّ، وَحُقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ، وَحُقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ، وَهُمْ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالصِّدِّيقُونَ بِمَكَانِهِمْ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: أَبُو مُسْلِمٍ الْخَوْلاَنِيُّ اسْمُهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ ثَوْبٍ، يَمَانِيٌّ، تَابِعِيٌّ، مِنْ أَفَاضِلِهِمْ وَأَخْيَارِهِمْ، وَهُوَ الَّذِي قَالَ لَهُ الْعَنْسِيُّ: أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ؟ قَالَ: لاَ، قَالَ: أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَأَمَرَ بِنَارٍ عَظِيمَةٍ، فَأُجِّجَتْ وَخَوَّفَهُ أَنْ يَقْذِفَهُ فِيهَا إِنْ لَمْ يُوَاتِهِ عَلَى مُرَادِهِ، فَأَبَى عَلَيْهِ، فَقَذَفَهُ فِيهَا، فَلَمْ تَضُرَّهُ فَاسْتَعْظَمَ ذَلِكَ، وَأَمَرَ بِإخْرَاجِهِ مِنَ الْيَمَنِ، فَأُخْرِجَ فَقَصَدَ الْمَدِينَةَ، فَلَقِيَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَسَأَلَهُ مِنْ أَيْنَ أَقْبَلَ؟ فَأَخْبَرَهُ، فقَالَ لَهُ: مَا فَعَلَ الْفَتَى الَّذِي أُحْرِقَ؟ فقَالَ: لَمْ يَحْتَرِقْ، فَتَفَرَّسَ فِيهِ عُمَرُ أَنَّهُ هُوَ، فقَالَ: أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ بِاللَّهِ، أَنْتَ أَبُو مُسْلِمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ عُمَرُ حَتَّى ذَهَبَ بِهِ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَصَّ عَلَيْهِ الْقِصَّةَ، فَسُرَّا بِذَلِكَ، وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أُرَانَا فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ مَنْ أُحْرِقَ فَلَمْ يَحْتَرِقْ، مِثْلَ إِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَقِيلَ: إِنَّهُ كَانَ لَهُ امْرَأَةٌ صَبِيحَةُ الْوَجْهِ، فَأَفْسَدَتْهَا عَلَيْهِ جَارَةٌ لَهُ، فَدَعَا عَلَيْهَا، وَقَالَ: اللَّهُمَّ أَعْمِ مَنْ أَفْسَدَ عَلَيَّ امْرَأَتِي. فَبَيْنَمَا الْمَرْأَةُ تَتَعَشَّى مَعَ زَوْجِهَا إِذْ قَالَتِ: انْطَفَأَ السِّرَاجُ؟ قَالَ زَوْجُهَا: لاَ، فَقَالَتْ: فَقَدْ عَمِيتُ، لاَ أُبْصِرُ شَيْئًا، فَأُخْبِرَتْ بِدَعْوَةِ أَبِي مُسْلِمٍ عَلَيْهَا، فَأَتَتْهُ فَقَالَتْ: أَنَا قَدْ فَعَلْتُ بِامْرَأَتِكَ ذَلِكَ، وَأَنَا قَدْ غَرَّرْتُهَا وَقَدْ تُبْتُ، فَادْعُ اللَّهَ يَرُدُّ بَصَرِي إِلَيَّ، فَدَعَا اللَّهَ وَقَالَ: اللَّهُمَّ رُدَّ بَصَرَهَا، فَرَدَّهُ إِلَيْهَا.
Shahih Ibnu Hibban 577: Abu Ya'la mengabarkan kepada kami, Makhalad bin Abu Zumail menceritakan kepada kami, Abui Malih Ar-Raqi menceritakan kepada kami, dari Hubaib bin Abu Marzuq, dari Atha’ bin Abu Rabah, dari Abu Muslim Al Khaulani, berkata, aku berkata kepada Muadz bin Jabal, “Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu bukan karena dunia yang aku harap untuk mendapatkannya darimu dan bukan karena kedekatan antara diriku dan dirimu,” maka ia bertanya, “Lalu atas dasar apa kamu mencintaiku?” aku menjawab, “Aku mencintaimu karena Allah,” maka ia menarik selendangku, kemudian berkata, “Berbahagialah jika memang kamu benar, karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berada di bawah naungan Arsy pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, para nabi dan para syuhada iri terhadap kedudukan mereka.” (perawi) berkata, “Kemudian aku keluar, lalu mendatangi Ubadah bin Ash-Shamit dan aku menyampaikan kepadanya mengenai hadits dari Mu’adz, maka Ubadah bin Ash-Shamit berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dengan hadits qudsi, “Allah SWT berfirman, ‘Kecintaanku berhak diberikan kepada orang-orang yang saling mencintai karena- Ku, orang-orang yang saling menasihati karena-Ku, orang-orang yang saling mengunjungi karena-Ku, orang-orang yang saling memberi karena-Ku, dan mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya, para nabi dan orang-orang yang jujur iri dengan kedudukan mereka.365Abu Hatim berkata, “Abu Muslim Al Khaulani adalah Abdullah bin Tsuwab, seorang tabi’in dari Yaman, termasuk pembesar tabi'in, Al Ansi366 pernah bertanya kepadanya, "Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?”, ia menjawab, “Tidak”, ia (Al Ansi) bertanya kembali, “Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?”, ia menjawab, “Ya”, maka ia menyuruh untuk membuat api yang besar, maka api itupun dinyalakan dan menakut- nakutinya bahwa ia akan dilempar ke dalamnya apabila ia tidak mengikuti apa yang ia inginkan, namun ia (Al Khaulani) tetap enggan untuk menuruti apa yang Al Ansi inginkan, maka Al Ansi melemparnya kc dalam api yang telah dinyalakan tersebut (namun api tersebut tidak melukainya), maka api pun semakin membesar. Kemudian Al Ansi memerintahkan untuk mengeluarkannya dari Yaman, maka ia keluar menuju Madinah, lalu bertemu dengan Umar bin Khaththab, ia (Umar) bertanya kepadanya dari mana ia datang, maka ia pun memberitahunya. Maka dia pun bertanya, “Apa yang terjadi dengan seorang pemuda yang dibakar?” ia menjawab, “la tidak terbakar.” Maka umar berfirasat bahwa orang yang dibakar tersebut adalah dirinya (Al Khaulani), kemudian berkata, “Aku bersumpah demi Allah, bahwa kamu adalah Abu Muslim?”, ia menjawab, “Ya”, maka Umar mengajaknya untuk bertemu dengan Abu Bakar, dan menceritakan kisah Al Khaulani, maka iapun senang dengan kisah tersebut, dan Abu Bakar berkata: “Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah memperlihatkan kepada umat ini, seseorang yang dibakar namun ia tidak terbakar, sebagaimana Ibrahim shallallahu 'alaihi wa sallam.” 367 Dikatakan bahwa ia mempunyai seorang istri cantik, kemudian budaknya merusak wajahnya, maka Al Khaulani berdo’a, “Ya Allah, butakanlah orang yang telah merusak wajah istriku.” Maka ketika ia sedang makan malam bersama suaminya, ia berkata, “Lampu padam”, suaminya berkata, “Tidak,” maka ia berkata, “Aku telah buta, aku tidak bisa melihat sesuatupun,” maka iapun diberi tahu tentang do’a Abu Muslim atasnya, maka ia berkata, “Aku telah melakukan hal itu terhadap istrimu, aku telah menipunya, namun aku telah bertaubat, maka berdo’alah kepada Allah SWT agar Dia mengembalikan penglihatanku,” maka iapun berdo’a kepada Allah SWT, “Ya Allah SWT, kembalikanlah penglihatannya,” maka Allah SWT pun mengembalikan penglihatannya. [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٧٨: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا عَفَّانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ رَجُلاً قَامَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقَالَ: أَيْنَ أَبِي؟ قَالَ: فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ، فقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ.
Shahih Ibnu Hibban 578: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ishak bin Ibrahim menceritakan kepada kami, ia berkata, Affan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hamad bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas bin Malik, “Seseorang menghadap nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Di manakah ayahku?', beliau menjawab, “Ia berada di neraka”. Maka tatkala ia akan pulang beliau memanggilnya, kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya ayahmu dan ayahku berada di neraka.” 368 [1:4]
صحيح ابن حبان ٥٧٩: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلاَءِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ مَثَلُ الْعَطَّارِ، إِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْهُ، أَصَابَكَ رِيحُهُ، وَمَثَلُ الْجَلِيسِ السُّوءِ مَثَلُ الْقَيْنِ، إِنْ لَمْ يُحْرِقْكَ بِشَرَرِهِ، عَلِقَ بِكَ مِنْ رِيحِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 579: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdul Jabbar bin Al Ala’ menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Buraid bin Abdullah, dari kakeknya, dari Abu Musa, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan teman yang baik seperti penjual minyak wangi, apabila kamu tidak mendapatkannya, kamu akan mendapatkan wanginya, dan perumpamaan teman yang jelek seperti tukang besi, apabila dia tidak membakarmu dengan percikan apinya, kamu akan mendapatkan baunya”369
صحيح ابن حبان ٥٨٠: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا خَالِدٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ ثَالِثٍ.
Shahih Ibnu Hibban 580: Al Husain bin Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Wahb bin Baqiyah menceritakan kepada kami, ia berkata, Khalid mengabarkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Ishaq, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah dua orang saling berbisik tanpa (orang) yang keliga”370 [2:43]