صحيح ابن حبان ١٢١: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِيُّ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَوْفًا، يَقُولُ: سَمِعْتُ قَسَامَةَ هُوَ ابْنُ زُهَيْرٍ، يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَثَلُ مَنْ أُعْطِيَ الْقُرْآنَ وَالإِيمَانَ كَمَثَلِ أُتْرُجَّةٍ طَيِّبِ الطَّعْمِ، طَيِّبِ الرِّيحِ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يُعْطَ الْقُرْآنَ، وَلَمْ يُعْطَ الإِيمَانَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ مُرَّةِ الطَّعْمِ، لاَ رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ مَنْ أُعْطِيَ الإِيمَانَ، وَلَمْ يُعْطَ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ طَيِّبَةِ الطَّعْمِ، وَلاَ رِيحَ لَهَا، وَمَثَلُ مَنْ أُعْطِيَ الْقُرْآنَ وَلَمْ يُعْطَ الإِيمَانَ، كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ مُرَّةِ الطَّعْمِ، طَيِّبَةِ الرِّيحِ.
Shahih Ibnu Hibban 121: Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami, Abbas bin Walid An-Narsi menceritakan kepada kami, Mu’tamir bin Sulaiman menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Auf, berkata: Aku mendengar Qasamah, yaitu Ibnu Zuhair, menceritakan dari Abu Musa, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Perumpamaan orang yang diberikan Al Qur'an dan keimanan itu laksana buah citrun (sejenis limau); enak rasanya dan wangi baunya. Perumpamaan orang yang tidak diberikan Al Qur'an dan tidak diberikan keimanan adalah seperti Hanzhalah (sejenis labu); pahit rasanya dan tidak ada baunya. Perumpamaan orang yang diberikan keimanan dan tidak diberikan Al Qur'an itu seperti kurma; manis rasanya, tetapi tidak ada baunya. Dan perumpamaan orang yang diberikan Al Qur'an dan tidak diberikan keimanan adalah seperti Raihanah (kemangi); pahit rasanya, tetapi harum baunya.” [1:2]
صحيح ابن حبان ١٢٢: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْخُزَاعِيِّ، قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَبْشِرُوا وَأَبْشِرُوا، أَلَيْسَ تَشْهَدُونَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ؟ قَالُوا: نَعَمْ، قَالَ: فَإِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ سَبَبٌ طَرَفُهُ بِيَدِ اللهِ، وَطَرَفُهُ بِأَيْدِيكُمْ، فَتَمَسَّكُوا بِهِ، فَإِنَّكُمْ لَنْ تَضِلُّوا، وَلَنْ تَهْلِكُوا بَعْدَهُ أَبَدًا.
Shahih Ibnu Hibban 122: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar menceritakan kepada kami, dari Abdul Hamid bin Ja’far, dari Sa’id bin Abu Sa’id Al Maqburi, dari Abu Syuraih AJ Khuza’i, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar mendatangi kami, lalu bersabda, “Bergembiralah kalian, bergembiralah kalian. Bukankah kalian bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa aku Utusan Allah? Mereka menjawab, “Benar. Beliau berkata, "Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah 'sebab’, ujungnya di 'tangan* Allah dan ujungnya yang lain di tangan kalian. Maka berpeganglah kuat-kuat, kalian tidak akan tersesat dan tidak akan binasa setelahnya, selama-lamanya. [1:2]
صحيح ابن حبان ١٢٣: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ مَسْرُوقٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ حَيَّانَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَيْهِ فَقُلْنَا لَهُ: لَقَدْ رَأَيْتَ خَيْرًا، صَحِبْتَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ، فَقَالَ: نَعَمْ، وَإِنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَنَا، فَقَالَ: إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ كِتَابَ اللهِ، هُوَ حَبْلُ اللهِ، مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى، وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى الضَّلاَلَةِ.
Shahih Ibnu Hibban 123: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Affan menceritakan kepada k»mi, Hasan bm Ibrahim menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Masruq dari Yazid bin Hayyan, dari Zaid bin Arqam, dia berkata: Kami pernah mengunjunginya (Ali) dan kami berkata kepadanya, “Engkau telah melihat kebaikan, engkau telah berteman dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan engkau pun shalat di belakang beliau.” Ali bin Abi Thalib menjawab, “Ya, dan sesungguhnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah seraya bersabda; 'Sesungguhnya aku meninggalkan kitab Allah kepada kalian, itulah tali Allah, Siapa yang mengikutinya ia berada di atas petunjuk dan Siapa yang meninggalkannya maka ia berada di atas kesesalan.” [1:2]
صحيح ابن حبان ١٢٤: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي مَعْشَرٍ بِحَرَّانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الأَجْلَحِ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: الْقُرْآنُ مُشَفَّعٌ، وَمَا حِلٌ مُصَدَّقٌ، مَنْ جَعَلَهُ إِمَامَهُ قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ سَاقَهُ إِلَى النَّارِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: هَذَا خَبَرٌ يُوهِمُ لَفْظُهُ مَنْ جَهِلَ صِنَاعَةَ الْعِلْمِ أَنَّ الْقُرْآنَ مَجْعُولٌ مَرْبُوبٌ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ، لَكِنَّ لَفْظَهُ مِمَّا نَقُولُ فِي كُتُبِنَا: إِنَّ الْعَرَبَ فِي لُغَتِهَا تُطْلِقُ اسْمَ الشَّيْءِ عَلَى سَبَبِهِ، كَمَا تُطْلِقُ اسْمَ السَّبَبِ عَلَى الشَّيْءِ، فَلَمَّا كَانَ الْعَمَلُ بِالْقُرْآنِ قَادَ صَاحِبَهُ إِلَى الْجَنَّةِ أُطْلِقَ اسْمُ ذَلِكَ الشَّيْءِ الَّذِي هُوَ الْعَمَلُ بِالْقُرْآنِ عَلَى سَبَبِهِ الَّذِي هُوَ الْقُرْآنُ، لاَ أَنَّ الْقُرْآنَ يَكُونُ مَخْلُوقًا.
Shahih Ibnu Hibban 124: Husain bin Muhammad bin Abu Ma’syar mengabarkan kepada kami di Harran, Muhammad bin Al Ala‘ bin Kuraib menceritakan kepada kami, Abdullah bin AJ Ajlah menceritakan kepada kami dari Al A’masy, daii Abu Sufyan, dan Jabir, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Al Qur’an itu pemberi syafa’at dan pembela yang dipercaya. Siapa yang menjadikannya sebagai pemimpin maka ia akan menuntunnya ke surga, dan Siapa yang meletakkan di balik punggungnya maka ia akan menuntunnya ke neraka.” [1:2] Abu Hatim berkata, “Tekstual khabar ini bagi yang tidak memiliki pengetahuan tentangnya akan dipahami secara keliru karena dikira bahwa Al Qur'an itu dijadikan dan dipelihara, padahal tidak demikian. Tekstual khabar ini sebagaimana yang kami sebutkan dalam berbagai kitab kami, orang-orang Arah dalam bahasanya biasa menyebut nama sesuatu dengan sebabnya dan juga menyebut nama sebab dengan sesuatu. Manakala mengamalkan Al Qur'an dapat menuntun ke surga maka nama hal itu adalah mengamalkan Al Qur'an disebut dengan sebabnya yaitu Al Qur'an, bukan Al Qur'an itu makhluk."
صحيح ابن حبان ١٢٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَوْنٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ الْعَدَنِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً، فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ.
Shahih Ibnu Hibban 125: Muhammad bin Ahmad bin Abu Aun mengabarkan kepada kami, Ibnu Abi Umar Al Adani menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri dan Saltm dari ayahnya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ''Tidak boleh hasad kecuali dalam dua (hal); orang yang diberi Al Qur’an oleh Allah, lalu dia mengamalkannya di malam dan di siang hari, orang yang diberi harta oleh Allah, lalu dia menginfakkannya siang dan malam." [1:2]
صحيح ابن حبان ١٢٦: أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ حَسَدَ إِلاَّ عَلَى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ هَذَا الْكِتَابَ، فَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالاً فَتَصَدَّقَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ.
Shahih Ibnu Hibban 126: Ibnu Qutaibah mengabarkan kepada kami, Harmalah menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, Yunus mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, Salim bin Abdullah mengabarkan kepada kami dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, boleh hasad kecuali atas dua (hal); orang yang diberi kitab ini oleh Allah, lalu dia mengamalkannya di malam dan di siang hari, orang yang diberi harta oleh Allah, lalu dia menginfakkannya siang dan malam [1:2]
صحيح ابن حبان ١٢٧: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْمُعَلِّمُ، أَنَّ يَحْيَى بْنَ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، أَنَّهُ سَأَلَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ عَنِ الرَّجُلِ إِذَا جَامَعَ وَلَمْ يُنْزِلْ؟ فَقَالَ: لَيْسَ عَلَيْهِ شَيْءٌ، ثُمَّ قَالَ عُثْمَانُ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَسَأَلْتُ بَعْدَ ذَلِكَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، وَالزُّبَيْرَ بْنَ الْعَوَّامِ، وَطَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللهِ، وَأُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ، فَقَالُوا مِثْلَ ذَلِكَ. قَالَ أَبُو سَلَمَةَ: وَحَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ: أَنَّهُ سَأَلَ أَبَا أَيُّوبَ الأَنْصَارِيَّ، فَقَالَ مِثْلَ ذَلِكَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Shahih Ibnu Hibban 127: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, dia beikata: Abdusshamad bin Abdul Warits menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar ayahku beikata, “Husain Al Mu’allim menceritakan kepada kami sesungguhnya Yahya bin Abu Katsir berkata kepadanya dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Atha' bin Yasar dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa ia pernah bertanya kepada Utsman bin Aflan tentang seseorang yang berhubungan badan tapi tidak mengeluarkan air mani. Lalu Utsman menjawab, ‘Tidak wajib apa pun.* Selanjutnya Utsman bin Affan berkata, * Aku mendengarnya dari Rasulullah S AW. ’ Zaid bin Khalid Al Juhany berkata, ‘Kemudian aku bertanya kepada Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Ubai bin Ka’ab setelah itu. Mereka juga memberikan jawaban yang sama. Abu Salamah berkata, “Urwah bin Zubair menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari, ia memberi jawaban yang sama bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.” [3:57]
صحيح ابن حبان ١٢٨: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيدَ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَرْوَانَ الرَّقِّيُّ، حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 128: Husain bin Abdullah bin Yazid Al Qaththan mengabarkan kepada kami, Musa bin Marwan Ar-Raqi menceritakan kepada kami, Mubassyir bin Isma’il menceritakan kepada kami dari Al Auza’i, dari Az- Zuhri, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda; “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi" [3:35]
صحيح ابن حبان ١٢٩: أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْبُخَارِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ أَرَادَ بِهِ: عَلَى الْفِطْرَةِ الَّتِي فَطَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهَا جَلَّ وَعَلاَ يَوْمَ أَخْرَجَهُمْ مِنْ صُلْبِ آدَمَ، لِقَوْلِهِ جَلَّ وَعَلاَ: {فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ} يَقُولُ: لاَ تَبْدِيلَ لِتِلْكَ الْخِلْقَةِ الَّتِي خَلَقَهُمْ لَهَا، إِمَّا لِجَنَّةٍ، وَإِمَّا لِنَارٍ، حَيْثُ أَخْرَجَهُمْ مِنْ صُلْبِ آدَمَ، فَقَالَ: هَؤُلاَءِ لِلْجَنَّةِ، وَهَؤُلاَءِ لِلنَّارِ. أَلاَ تَرَى أَنَّ غُلاَمَ الْخَضِرِ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: طَبَعَهُ اللَّهُ يَوْمَ طَبَعَهُ كَافِرًا وَهُوَ بَيْنَ أَبَوَيْنِ مُؤْمِنَيْنِ، فَأَعْلَمَ اللَّهُ ذَلِكَ عَبْدَهُ الْخَضِرَ وَلَمْ يُعْلِمْ ذَلِكَ كَلِيمَهُ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَلَى مَا ذَكَرْنَا فِي غَيْرِ مَوْضِعٍ مِنْ كُتُبِنَا.
Shahih Ibnu Hibban 129: Umar bin Muhammad Al Hamdani mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Isma’il Al Bukhari menceritakan kepada kami, Yahya bin Bukair menceritakan kepada kami, AJ-Laits bin Sa’ad menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa’ id, dari Suhail bin Abu Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” [3:35] Abu Hatim berkata: Sabda Rasulullah S AW, “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah," maksudnya adalah fitrah yang telah diciptakan Allah SWT saat dikeluarkan dari tulang rusuk Adam berdasarkan firman Allah SWT; “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah."(Qs. Ar-Ruum [30]: 30) Tidak ada perubahan pada ciptaan di mana dengan ciptaan itulah manusia diciptakan, diciptaan untuk surga atau neraka pada saat dikeluarkan dari tulang rusuk Adam, Allah SWT berfirman; “ Mereka itu untuk surga dan mereka itu untuk neraka." Bukankah anak yang dibunuh oleh Khidhir sebagaimana sabda Rasulullah S AW, “ Diciptakan sebagai orang kafir pada saat diciptakan. ” Padahal anak tersebut berada dilingkungan kedua orang tua mukmin. Allah SWT memberitahukan hal itu kepada hamba-Nya, Khidhir, tapi tidak diberitahukan kepada Musa AS sebagaimana yang telah kami sebutkan di berbagai tempat dalam kitab-kitab kami.
صحيح ابن حبان ١٣٠: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تَنْتِجُونَ إِبِلَكُمْ هَذِهِ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ: {فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ}. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ مِمَّا نَقُولُ فِي كُتُبِنَا: إِنَّ الْعَرَبَ تُضِيفُ الْفِعْلَ إِلَى الآمِرِ، كَمَا تُضِيفُهُ إِلَى الْفَاعِلِ، فَأَطْلَقَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَ التَّهَوُّدِ وَالتَّنَصُّرِ وَالتَّمَجُّسِ عَلَى مَنْ أَمَرَ وَلَدَهُ بِشَيْءٍ مِنْهَا بِلَفْظِ الْفِعْلِ، لاَ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ هُمُ الَّذِينَ يُهَوِّدُونَ أَوْلاَدَهُمْ أَوْ يُنَصِّرُونَهُمْ أَوْ يُمَجِّسُونَهُمْ، دُونَ قَضَاءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي سَابِقِ عِلْمِهِ فِي عَبِيدِهِ، عَلَى حَسَبِ مَا ذَكَرْنَاهُ فِي غَيْرِ مَوْضِعٍ مِنْ كُتُبِنَا. وَهَذَا كَقَوْلِ ابْنِ عُمَرَ: إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلَقَ رَأْسَهُ فِي حَجَّتِهِ، يُرِيدُ بِهِ أَنَّ الْحَالِقَ فَعَلَ ذَلِكَ بِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ نَفْسَهُ، وَهَذَا كَقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ حِينَ يَخْرُجُ أَحَدُكُمْ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى الصَّلاَةِ فَخُطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً، يُرِيدُ: أَنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِذَلِكَ، لاَ أَنَّ الْخُطْوَةَ تَحُطُّ الْخَطِيئَةَ، أَوْ تَرْفَعُ الدَّرَجَةَ. وَهَذَا كَقَوْلِ النَّاسِ: الأَمِيرُ ضَرَبَ فُلاَنًا أَلْفَ سَوْطٍ، يُرِيدُونَ: أَنَّهُ أَمَرَ بِذَلِكَ لاَ أَنَّهُ فَعَلَ بِنَفْسِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 130: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Abdunazzaq mengabarkan kepada kami, Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri dari Sa’id bin Al Musayyab, dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi. Nasrani dan Majusi sebagaimana kalian menghasilkan unta kalian, apakah kalian merasa ada yang hidungnya terpotong ? “ Kemudian Abu Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian mau, ‘Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah ‘.” (Qs. Ar-Ruum [30]: 30) [3:35] Abu Hatim berkata: Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Dan kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusise bagaimana yang kami sebutkan di berbagai kitab kami, orang-orang Arab biasa menyandarkan suatu perbuatan kepada orang yang memerintah dan juga kepada orang yang mengerjakan perbuatan tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyandarkan nama perbuatan menjadikan anak sebagai orang Yahudi, Nasrani dan Majusi pada orang yang memerintah anaknya dengan sesuatu dengan kata kerja, bukan karena orang-orang musyrik sebagai pihak yang menjadikan anak-anak mereka sebagai orang yahudi, nasrani atau pun majusi tanpa takdir Allah SWT pada ilmu-Nya yang terdahulu tentang hamba-hamba-Nya sebagaimana yang telah sering kami singgung diberbagai tempat dalam kitab-kitab kami. Hal ini seperti perkataan Ibnu Umar, “Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencukur rambut beliau ketika hajji.” Maksudnya tukang cukurlah yang melakukan hal itu bukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri. Sama seperti sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Sejak salah satu dari kalian keluar rumah menuju shalat maka kedua langkahnya, salah satunya menghapus kesalahan dan lainnya mengangkat derajat,” maksudnya Allah SWT yang memerintahkan hal itu, bukan karena langkah itu sendiri yang bisa menghapus kesalahan dan meningkatkan derajat. Hal ini seperti perkataan orang-orang, “Pemimpin mencambuk si fulan seribu kali,” maksudnya si pemimpin yang memerintahkan hal itu, bukan dia sendiri yang melakukannya.