صحيح ابن خزيمة

Shahih Ibnu Khuzaimah

Shahih Ibnu Khuzaimah #1771

صحيح ابن خزيمة ١٧٧١: نا أَبُو مُوسَى، نا أَبُو عَامِرٍ، نا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنِ السَّائِبِ وَهُوَ ابْنُ يَزِيدَ قَالَ: «كَانَ النِّدَاءُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ فِي الْقُرْآنِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ , وَإِذَا قَامَتِ الصَّلَاةُ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ , حَتَّى كَانَ عُثْمَانُ , فَكَثُرَ النَّاسُ , فَأَمَرَ بِالنِّدَاءِ الثَّالِثِ عَلَى الزَّوْرَاءِ , فَثَبَتَ حَتَّى السَّاعَةِ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي قَوْلِهِ وَإِذَا قَامَتِ الصَّلَاةُ: يُرِيدُ النِّدَاءَ الثَّانِيَ الْإِقَامَةَ , وَالْأَذَانُ وَالْإِقَامَةُ يُقَالُ لَهُمَا: أَذَانَانِ , أَلَمْ تَسْمَعِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ» ؟ وَإِنَّمَا أَرَادَ: بَيْنَ كُلِّ أَذَانٍ وَإِقَامَةٍ. وَالْعَرَبُ قَدْ تُسَمِّي الشَّيْئَيْنِ بِاسْمِ الْوَاحِدِ إِذَا قَرَنَتْ بَيْنَهُمَا , قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ} [النساء: 11] ، وَقَالَ: {وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ} [النساء: 11] وَإِنَّمَا هُمَا أَبٌ وَأُمٌّ , فَسَمَّاهُمَا اللَّهُ أَبَوَيْنِ , وَمِنْ هَذَا الْجِنْسِ خَبَرُ عَائِشَةَ: كَانَ طَعَامُنَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَسْوَدَيْنِ: التَّمْرَ وَالْمَاءَ. وَإِنَّمَا السَّوَادُ لِلتَّمْرِ خَاصَّةً دُونَ الْمَاءِ , فَسَمَّتْهُمَا عَائِشَةُ: الْأَسْوَدَيْنِ , لَمَّا قَرَنَتْ بَيْنَهُمَا , وَمِنْ هَذَا الْجِنْسِ قِيلَ: سُنَّةُ الْعُمَرَيْنِ , وَإِنَّمَا أُرِيدَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ , لَا كَمَا تَوَهَّمَ مَنْ ظَنَّ أَنَّهُ أُرِيدَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ , وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ , وَالدَّلِيلُ عَلَى أَنَّهُ أَرَادَ بِقَوْلِهِ: وَإِذَا قَامَتِ الصَّلَاةُ: النِّدَاءَ الثَّانِيَ الْمُسَمَّى إِقَامَةً

Shahih Ibnu Khuzaimah 1771: Abu Musa memberitakan kepada kami, Abu Amir memberitakan kepada kami, Ibnu Abu Zi’b memberitakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Saib bin Yazid yang telah berkata, "pada mulanya panggilan adzan pada hari jum’at yang disebutkan Allah dalam Al Qur'an itu dikumandangkan manakala imam keluar (untuk Berkhutbah). Demikianlah adzan shalat jum’at itu dikumandangkan pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar bin Khathab, kemudian, pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, ketika kaum muslimin bertambah banyak, maka khalifah Utsman bin Affan memerintahkan panggilan ketiga dari dalam masjid dan kini tetap berlaku sampai sekarang. Abu Bakar memberi komentar tentang sabda Nabi yang berbunyi, "Apabila adzan shalat telah dikumandangkan", yang dimaksudkan adalah panggilan kedua yaitu iqamat. Dengan demikian, adzan dan iqamat itu disebut juga dengan istilah "adzanaani" (dua adzan). Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Antara dua adzan itulah shalat (didirikan)". Selain itu, orang arab sering menamakan dua hal dengan menggunakan satu nama yang dikaitkan antara keduanya. Allah telah berfirman, "Bagian setiap orang dari kedua orangtuanya itu adalah seperenam. " Dan juga dalam ayat yang lainnya, t(kedua orangtuanya memperoleh warisan. Sedangkan bagian untuk ibunya adalah sepertiga. " Yang dimaksud dengan kedua orangtua itu adalah bapak dan ibu, maka Allah cukup menyebutkannya dengan "abawaini", yang artinya adalah kedua orangtua. Di antara contoh yang lainnya adalah hadits Aisyah yang berbunyi, "pada saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, maka makanan kami adalah aswadaini, yaitu kurma dan air." Sebenarnya yang dimaksud dengan as-Sawaad itu adalah khusus untuk buah kurma tanpa air. Akan tetapi, Aisyah sengaja menyebutnya aswadaini, karena ia mengaitkan keduanya. Contoh lainnya yang sama adalah sunnah Umaraini. Yang dimaksud dengan Umaraini dalam lafadz ini adalah Abu Bakar dan Umar, dan bukannya Umar bin Khathab dan Umar bin Abdul Aziz. Hal ini menunjukkan bahwasanya maksud hadits Rasulullah yang berbunyi, "apabila adzan shalat telah dikumandangkan", adalah panggilan yang kedua yaitu iqamat.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1772

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٢: أَنَّ سَلْمَ بْنَ جُنَادَةَ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: «كَانَ الْأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَأَبِي بَكْرٍ , وَعُمَرَ أَذَانَيْنِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ , حَتَّى كَانَ زَمَنُ عُثْمَانَ , فَكَثُرَ النَّاسُ , فَأَمَرَ بِالْأَذَانِ الْأَوَّلِ بِالزَّوْرَاءِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1772: Salm bin Junadah dan Waki’ pernah menceritakan sebuah hadits kepada kami yang didengarnya dari Ibnu Abu Zi’b, dari Az-Zuhri, dari Saib bin Yazid yang telah berkata, "dahulu adzan shalat jum’at pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar itu dua kali. Kemudian pada masa Utsman bin Affan dan kaum muslimin sudah mulai banyak, maka khalifah Utsman bin Affan memeriniahkan adzan sekali lagi dari dalam masjid.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1773

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ شَوْكَرِ بْنِ رَافِعٍ الْبَغْدَادِيُّ، نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي يَحْيَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَمَسَّ مِنْ طِيبٍ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ , وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ , ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ , فَيَرْكَعُ إِنْ بَدَا لَهُ , وَلَمْ يُؤْذِ أَحَدًا , ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتَّى يُصَلِّيَ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: هَذَا مِنَ الْجِنْسِ الَّذِي أَقُولُ: إِنَّ الْإِنْصَاتَ عِنْدَ الْعَرَبِ قَدْ يَكُونُ الْإِنْصَاتُ عَنْ مُكَالَمَةِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا دُونَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ , وَدُونَ ذِكْرِ اللَّهِ وَالدُّعَاءِ , كَخَبَرِ أَبِي هُرَيْرَةَ: كَانُوا يَتَكَلَّمُونَ فِي الصَّلَاةِ فَنَزَلَتْ: {وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا} [الأعراف: 204] ، فَإِنَّمَا زُجِرُوا فِي الْآيَةِ عَنْ مُكَالَمَةِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا , وَأُمِرُوا بِالْإِنْصَاتِ عِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ: الْإِنْصَاتِ عَنْ كَلَامِ النَّاسِ لَا عَنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّكْبِيرِ وَالذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ , إِذِ الْعِلْمُ مُحِيطٌ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُرِدْ بِقَوْلِهِ: «ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَتَّى يُصَلِّيَ» أَنْ يُنْصِتَ شَاهِدُ الْجُمُعَةِ فَلَا يُكَبِّرَ مُفْتَتِحًا لِصَلَاةِ الْجُمُعَةِ , وَلَا يُكَبِّرَ لِلرُّكُوعِ , وَلَا يُسَبِّحَ فِي الرُّكُوعِ , وَلَا يَقُولَ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ رَفْعِ الرَّأْسِ مِنَ الرُّكُوعِ , وَلَا يُكَبِّرَ عِنْدَ الْإِهْوَاءِ إِلَى السُّجُودِ , وَلَا يُسَبِّحَ فِي السُّجُودِ , وَلَا يَتَشَهَّدَ فِي الْقُعُودِ , وَهَذَا لَا يَتَوَهَّمُهُ مَنْ يَعْرِفُ أَحْكَامَ اللَّهِ وَدِينَهُ , فَالْعِلْمُ مُحِيطٌ أَنَّ مَعْنَى الْإِنْصَاتِ فِي هَذَا الْخَبَرِ: عَنْ مُكَالَمَةِ النَّاسِ , وَعَنْ كَلَامِ النَّاسِ , لَا عَمَّا أُمِرَ الْمُصَلِّي مِنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ وَالتَّسْبِيحِ وَالذِّكْرِ الَّذِي أُمِرَ بِهِ فِي الصَّلَاةِ , فَهَكَذَا مَعْنَى خَبَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - إِنْ ثَبَتَ -: «وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا» : أَيْ: أَنْصِتُوا عَنْ كَلَامِ النَّاسِ. وَقَدْ بَيَّنْتُ مَعْنَى الْإِنْصَاتِ وَعَلَى كَمْ مَعْنًى يَنْصَرِفُ هَذَا اللَّفْظُ فِي الْمَسْأَلَةِ الَّتِي أَمْلَيْتُهَا فِي الْقِرَاءَةِ خَلْفَ الْإِمَامِ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1773: Muhammad bin Syaukar bin Rafi' Al Baghdadi, Ya’kub bin Ibrahim memberitakan kepada kami,bapakku menceritakan kepada kami, dari Ibnu Ishak, Muhammad bin Ibrahim At-Taimi memberitakan kepada ku, dari Imran bin Abu Yahya, dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik, dari Abu Ayyub Al Anshari yang berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa mandi pada hari jum’at, lalu memakai minyak wangi, dan mengenakan pakaian yang terbaik, kemudian ia pergi ke masjid serta melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid, ia tidak mengganggu jama’ah lain, dan mendengarkan apabila imam (khatib) keluar (untuk berkhutbah) hingga shalat jum ’at dilaksanakan, maka hal itu akan menjadi penghapus dosa antara hari jum'at ini dan hari jum’at selanjutnya'." Abu Bakar berkata, "Ungkapan ini termasuk dari jenis yang aku maksudkan bahwa mendengarkan itu menurut orang arab adalah mendengarkan pembicaraan yang satu dengan yang lainnya tanpa membaca Al Qur'an, berzikir, ataupun berdoa. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, 'Dulu kaum muslimin selalu berbicara dalam shalat hingga turun ayat yang berbunyi: "Apabila Al Qur'an itu dibacakan, maka dengarkanlah dengan baik". 'Dalam ayat ini jelas bahwasanya mereka dilarang untuk berbicara antara satu dengan yang lain dan diperintahkan untuk mendengarkan bacaan Al Qur'an, bertasbih, bertakbir, dan berdoa. Karena diketahui bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bermaksud dengan sabdanya kemudian ia diam dan mendengarkan apabila imam keluar (untuk berkhutbah) hingga shalat dilaksanakan', itu agar orang yang hadir dalam shalat jum’at itu diam dan tidak bertakbir ketika iftitah (membuka) shalat, atau ketika ruku, atau tidak bertasbih ketika ruku, tidak membaca 'rabbana walakalhamd' setelah mengangkat kepala dari ruku, tidak bertakbir ketika akan sujud, tidak bertasbih ketika sujud, dan tidak membaca doa tasyahud saat duduk. Dan telah diketahui pula bahwa arti inshaat (diam dan mendengarkan) dalam hadits ini adalah tidak berbicara dengan orang lain dan bukan tidak boleh untuk bertakbir, membaca doa, bertasbih, dan berzikir yang diperintahkan dalam shalat. Demikianlah arti hadits Nabi Muhammad — jika benar— Apabila dibacakan ayat Al Qur'an, maka dengarkanlah', yaitu tidak berbicara dengan orang lain. Selain itu, kami telah menerangkan pula arti kata Al Inshaat dan macam-macamnya dalam bab Al Qiraa'ah khalfal Imam.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1774

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٤: نا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا عِيسَى يَعْنِي ابْنَ يُونُسَ، عَنِ الْمُبَارَكِ وَهُوَ ابْنُ فَضَالَةَ , عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يُسْنِدُ ظَهْرَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ خَشَبٍ أَوْ جِذْعٍ أَوْ نَخْلَةٍ - شَكَّ الْمُبَارَكُ - فَلَمَّا كَثُرَ النَّاسُ قَالَ: «ابْنُوا لِي مِنْبَرًا» , فَبَنَوْا لَهُ الْمِنْبَرَ , فَتَحَوَّلَ إِلَيْهِ , حَنَّتِ الْخَشَبَةُ حَنِينَ الْوَالِهِ , فَمَا زَالَتْ حَتَّى نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ , فَأَتَاهَا , فَاحْتَضَنَهَا , فَسَكَنَتْ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " الْوَالِهُ: يُرِيدُ بِهَا الْمَرْأَةَ إِذَا مَاتَ لَهَا وَلَدٌ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1774: Ali bin Khasyram memberitakan kepada kami, Isa bin Yunus memberitakan kepada kami, Mubarak yaitu Ibnu Fadhalah memberitakan kepada kami, dari Hasan, dari Anas bin Malik yang berkata, "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri untuk khutbah jum’at sambil menyandarkan punggungnya ke tiang penyangga yang terbuat dari —Mubarak ragu— kayu atau batang kurma. Ketika kaum muslimin semakin banyak, maka beliau berkata, 'Buatkanlah mimbar untuk tempatku berkhutbah' kemudian para sahabat bergotong royong membuat mimbar. Lalu Rasulullah pindah tempat (dari tiang penyangga) ke mimbar tersebut. Ternyata kayu tiang penyangga tersebut merasa rindu dan kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya Rasulullah turun dari atas mimbar untuk menemui tiang tersebut dan memeluknya. Tak lama kemudian, tiang kayu tersebut kembali diam." Abu Bakar berkata, "yang dimaksud dengan 'Al Waalih’ adalah seorang perempuan yang ditinggal mati oleh anaknya."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1775

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٥: نا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، ثنا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ، نا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ، نا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ، ثنا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَيُسْنِدُ ظَهْرَهُ إِلَى جِذْعٍ مَنْصُوبٍ فِي الْمَسْجِدِ فَيَخْطُبُ , فَجَاءَ رُومِيٌّ فَقَالَ: أَلَا نَصْنَعُ لَكَ شَيْئًا تَقْعُدُ وَكَأَنَّكَ قَائِمٌ؟ فَصَنَعَ لَهُ مِنْبَرًا لَهُ دَرَجَتَانِ , وَيَقْعُدُ عَلَى الثَّالِثَةِ , فَلَمَّا قَعَدَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ خَارَ الْجِذْعُ خُوَارَ الثَّوْرِ حَتَّى ارْتَجَّ الْمَسْجِدُ بِخُوَارِهِ حُزْنًا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَنَزَلَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ , فَالْتَزَمَهُ وَهُوَ يَخُورُ , فَلَمَّا الْتَزَمَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَكَتَ , ثُمَّ قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ , لَوْ لَمْ أَلْتَزِمْهُ مَا زَالَ هَكَذَا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ حُزْنًا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» , فَأَمَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدُفِنَ - يَعْنِي الْجِذْعَ -. وَفِي خَبَرِ جَابِرٍ: فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ هَذَا بَكَى لِمَا فَقَدَ مِنَ الذِّكْرِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1775: Muhammad bin Basyar memberitakan kepada kami, Umar bin Yunus memberitakan kepada kami, Ikrimah bin Ammar memberitakan kepada kami, Ishak bin Abu Thalhah memberitakan kepada kami, Anas bin Malik menceritakan kepada kami, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu berdiri untuk berkhutbah pada hari jum’at sambil menyandarkan punggungnya ke sebuah batang pohon yang dipasang di dalam masjid. Tak lama kemudian datang seorang sahabat yang berasal dari Romawi dan berkata, 'Wahai Rasulullah, bolehkah kami membuatkan sesuatu untuk tempat anda, namum demikian sepertinya anda sedang berdiri?’ akhirnya sahabat tersebut membuatkan untuk Rasulullah sebuah mimbar yang mempunyai dua tingkat dan Rasulullah dapat duduk di tingkat ketiga. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mulai duduk di atas mimbar tersebut, tiba-tiba batang pohon itu bersuara seperti banteng, hingga masjid terguncang dengan suaranya karena merasa sedih atas kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah turun dari atas mimbar dan langsung memeluknya. Ketika dipeluk oleh Rasulullah, maka batang pohon tersebut mulai mereda. Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Demi Allah, jika tadi aku tidak memeluknya, maka batang pohon ini akan terus menguak sampai hari kiamat, karena merasa sedih kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.’ kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mengubur batang pohon tersebut." Dalam hadits Jabir disebutkan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Sesungguhnya batang pohon ini menangis karena telah merasa kehilangan zikrullah."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1776

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٦: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ تَمَّامٍ الْمِصْرِيُّ، نا يُوسُفُ بْنُ عَدِيٍّ، نا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطَّائِفِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ خَالِدٍ وَهُوَ الْعَدْوَانِيُّ , عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَبْصَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ قَائِمٌ عَلَى قَوْسٍ أَوْ عَصًا حِينَ أَتَاهُمْ , قَالَ: فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ» , فَوَعَيْتُهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا مُشْرِكٌ , ثُمَّ قَرَأْتُهَا فِي الْإِسْلَامِ , فَدَعَتْنِي ثَقِيفُ ? فَقَالُوا: مَا سَمِعْتَ مِنَ هَذَا الرَّجُلِ , فَقَرَأْتُهَا عَلَيْهِمْ , فَقَالَ مَنْ مَعَهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ: نَحْنُ أَعْلَمُ بِصَاحِبِنَا , لَوْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّهُ كَمَا يَقُولُ حَقٌّ لَتَابَعْنَاهُ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1776: Muhammad bin Amr bin Tamam Al Misr memberitakan kepada kami, Yusuf bin Addi memberitakan kepada kami, Marwan bin Mu’awiyah memberitakan kepada kami, dari Abdullah bin Abdurrahman Ath-Thaifi, dari Abdurrahman bin Khalid yaitu Al 'Adwani, dari Bapaknya bahwa Dia pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berdiri di atas busur atau tongkat ketika ia menemui mereka. Setelah itu, aku mendengar Rasulullah membaca وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ (Demi langit dan yang datang pada malam hari) yang pernah aku ketahui pada masa jahiliyah —saat itu aku masih musyrik— dan kini aku mulai membacanya saat aku telah masuk Islam. Kemudian aku diundang oleh Bani Tsaqif. Lalu mereka bertanya kepadaku: "Apa yang telah kamu dengar dari laki-laki itu (yaitu Nabi Muhammad)?" Maka aku pun membacakan surat Ath-Thariq kepada mereka. Salah seorang dari suku Quraisy yang saat itu sedang bersama mereka berkata: "Sebenarnya kami lebih tahu tentang sahabat kami. Seandainya kami mengetahui bahwa laki-laki itu seperti apa yang diceritakannya, maka pasti kami akan mengikuti ajarannya."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1777

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٧: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ: اخْتَلَفُوا فِي مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ هُوَ؟ فَأَرْسَلُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ , فَقَالَ: «مَا بَقِيَ مِنَ النَّاسِ أَحَدٌ أَعْلَمَ بِهِ مِنِّي , هُوَ مِنْ أَثْلِ الْغَابَةِ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «الْأَثْلُ هُوَ الطَّرْفَاءُ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1777: Abdul Jabbar bin Al 'Ala memberitakan kepada kami, Sufyan memberitakan kepada kami, dari Abu Hazim yang telah berkata, "Para sahabat berbeda pendapat tentang mimbar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Dari kayu apa ia terbuat?’ akhirnya mereka pergi menemui Sahal bin Sa’ad (untuk bertanya kepadanya). Lalu Sahal bin Sa’ad berkata, 'Tidak ada seorang sahabat pun yang masih hidup yang lebih mengetahui hal itu daripada aku. Sesungguhnya mimbar tersebut terbuat dari batang pohon tamarisk. Abu Bakar berkata, "Tamarisk adalah nama sebuah pohon yang berbatang kecil."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1778

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٨: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، نا الْوَلِيدُ، نا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا اسْتَوَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ لِلنَّاسِ: «اجْلِسُوا» , فَسَمِعَهُ ابْنُ مَسْعُودٍ وَهُوَ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ فَجَلَسَ , فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَعَالَ يَا ابْنَ مَسْعُودٍ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1778: Muhammad bin Yahya memberitakan kepada kami, Hisyam bin Ammar memberitakan kepada kami, Al Walid memberitakan kepada kami, Ibnu Juraij memberitakan kepada kami, dari Atha bin Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang telah berkata: Ketika telah berdiri tegak di atas mimbar, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berseru kepada para jama’ah: "Duduklah!" Kemudian Ibnu Mas’ud yang sedang berada di dekat pintu masjid mendengar dan akhirnya langsung duduk. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Kemarilah wahai lbnu Mas'ud."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1779

صحيح ابن خزيمة ١٧٧٩: نا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، ثنا أَبُو بَحْرٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُثْمَانَ الْبَكْرَاوِيُّ، نا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، ثنا نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ خُطْبَتَيْنِ , يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " سَمِعْتُ بُنْدَارًا يَقُولُ: كَانَ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ يُجِلُّ هَذَا الشَّيْخَ يَعْنِي الْبَكْرَاوِيَّ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1779: Yahya bin Hakim memberitakan kepada kami, Abu Bakar Abdurrahman bin Utsman Al Bakrawi menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Umar memberitakan kepada kami, Nafi’ menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Umar yang telah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan khutbah jum’at itu dua kali dan beliau duduk antara keduanya." Abu Bakar berkata: Aku pernah mendengar Bundar berkata: "Yahya bin Said sangat memuliakan Syeikh ini, yaitu Al Bakrawi."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1780

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٠: نا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ هَيَّاجٍ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْهَمْدَانِيُّ، نا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَالِكِ بْنِ الْحَارِثِ الْأَرْحَبِيُّ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ الْمَلَكِ بْنِ أَبْجَرَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ وَاصِلِ بْنِ حَيَّانَ قَالَ: قَالَ أَبُو وَائِلٍ: خَطَبَنَا عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ , فَأَبْلَغَ وَأَوْجَزَ , فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا لَهُ: يَا أَبَا الْيَقْظَانِ , لَقَدْ أَبَلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ , فَلَوْ كُنْتُ نَفَّسْتَ قَالَ: إِنَّنِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ , وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ , فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَأَقْصِرُوا الْخُطْبَةَ , فَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا» . نا بِهِ رَجَاءُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْعُذْرِيُّ أَبُو الْحَسَنِ , ثنا الْعَلَاءُ بْنُ عُصَيْمٍ الْجُعْفِيُّ , ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبْجَرَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ , وَلَمْ يَقُلْ: «فَلَوْ كُنْتَ نَفَّسْتَ» ?

Shahih Ibnu Khuzaimah 1780: Muhammad bin Umar bin Hayyaj Abu Abdullah Al Hamdani memberitakan kepada kami, Yahya bin Abdurrahman bin Malik bin Harits Al Arhabi memberitakan kepada kami, Abdurrahman bin Abdul Malik bin Abjar memberitakan kepada kami, dari bapaknya, dari Washil bin Hayyan, "Abu Wail pernah berkata, "Suatu ketika, Ammai bin Yasir berkhutbah di hadapan kami, ternyata ia menyampaikan khutbah dengan singkat, ketika ia turun dari mimbar, kami bertanya kepadanya, 'Hai Abu Yaqzan, anda telah menyampaikan khutbah dengan amat singkat. Alangkah baiknya jika anda memberi semangat (kepada kami)!’ lalu Ammar bin Yasir menjawab, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Lamanya shalat jum’at seseorang dan singkat khutbahnya itu merupakan tanda pernahamannya (terhadap ilmu agama). Oleh karena itu, perpanjanglah shalat dan singkatkanlah khutbah. Karena sebenarnya dalam penjelasan itu ada daya tarik" Raja’ bin Muhammad Al 'Udzri Abu Hasan memberitakan kepada kami, Al 'Ala bin Ashim Al Ju’fi memberitakan kepada kami, Abdurrahman bin Abdul Malik bin Abjar memberitakan kepada kami dengan sanad yang sama. Akan tetapi ia tidak menyebutkan dalam haditsnya itu, "Alangkah baiknya jika memberi semangat kepada kami."