صحيح ابن خزيمة

Shahih Ibnu Khuzaimah

Shahih Ibnu Khuzaimah #1781

صحيح ابن خزيمة ١٧٨١: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي خَبَرِ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ: «كَانَتْ خُطْبَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَصْدًا» .

Shahih Ibnu Khuzaimah 1781: Abu Bakar telah berkata: Dalam hadits Jabir bin Samrah disebutkan: "Sesungguhnya khutbah jum’at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itu singkat."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1782

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٢: وَفِي خَبَرِ الْحَكَمِ بْنِ حَزَنٍ ? عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَحَمِدَ اللَّهَ , وَأَثْنَى عَلَيْهِ كَلِمَاتٍ طَيِّبَاتٍ خَفِيفَاتٍ مُبَارَكَاتٍ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1782: Selanjutnya dalam hadits Hakam bin Huzn dari Nabi Muhammad bahwasanya Rasulullah memuji Allah dengan beberapa kalimat yang indah dan singkat.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1783

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٣: نا الْحُسَيْنُ بْنُ عِيسَى الْبِسْطَامِيُّ، نا أَنَسٌ يَعْنِي ابْنَ عِيَاضٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، ح، وَحَدَّثَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، أنا سُفْيَانُ، عَنْ جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ , يَحْمَدُ اللَّهَ , وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ , ثُمَّ يَقُولُ: «مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ , إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ , وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ , وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا , وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ , وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ , وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ» , ثُمَّ يَقُولُ: «بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ» , وَكَانَ إِذَا ذَكَرَ السَّاعَةَ احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ , وَعَلَا صَوْتُهُ , وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ كَأَنَّهُ نَذِيرُ جَيْشٍ: «صَبَّحَتْكُمُ السَّاعَةُ وَمَسَّتْكُمْ» , ثُمَّ يَقُولُ: «مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ , وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ أَوْ عَلَيَّ , وَأَنَا وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ» . «هَذَا لَفْظُ حَدِيثِ ابْنِ الْمُبَارَكِ. وَلَفْظُ أَنَسِ بْنِ عِيَاضٍ مُخَالِفٌ لِهَذَا اللَّفْظِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1783: Husain bin Isa Al Busthami telah memberitakan sebuah hadits kepada kami, Anas bin Iyadh memberitakan kepada kami, dari Ja’lar bin Muhammad, Ha, Atabah bin Abdullah memberitakan kepada kami, Abdullah bin Mubarak memberitakan kepada kami, Sufyan memberitakan kepada kami, dari Ja’far, dari bapaknya, dari Jabir bin Abdullah bahwasanya ia berkata, ''Apabila sedang menyampaikan khutbah jum’at, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan memulainya dengan membaca tahmid (memuji Allah ) dengan bacaan: 'Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah , maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Sebaliknya, barangsiapa disesatkan oleh Allah , maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Al Qur'an dan petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Nabi Muhammad. Kemudian perkara yang paling buruk adalah sesuatu yang tidak dikenal, baik itu dalam Al Qur'an atau hadits Nabi dan segala sesuatu yang tidak dikenal, baik itu dalam Al Qur'an atau hadits Nabi, adalah bid'ah. Lalu setiap bid'ah itu pasti menyesatkan. Dan setiap yang menyesatkan itu tempatnya adalah di neraka." Kemudian Rasulullah melanjutkan ucapannya, "Aku diutus (untuk menyiarkan ajaran Islam) dan jarak hari kiamat itu seperti dua jari ini" Apabila menyebut hari kiamat, maka kedua pipi Rasulullah akan memerah, suaranya akan bertambah tinggi, dan amarahnya akan memuncak. Sepertinya Rasulullah itu adalah seorang yang memberi peringatan kepada para tentara dengan ucapan, 'Waspadalah, sesungguhnya hari kiamat telah semakin dekat' setelah itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa meninggalkan harta benda, maka ketahuilah bahwa harta benda tersebut akan menjadi milik keluarganya. Sebaliknya, barangsiapa meninggalkan hutang maka aku yang mengurusnya, aku adalah orang yang mengurus perkara orang-orang mukmin." Ini adalah hadits lafadz Ibnu Mubarak. Sementara lafadz Anas bin Iyadh itu sendiri berbeda dengan lafadz ini.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1784

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٤: نا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، نا شُعْبَةُ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مَعْنٍ، عَنِ ابْنَةِ الْحَارِثَةِ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَتْ: «مَا حَفِظْتُ ق إِلَّا مِنْ فِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , يُقْرَأُ بِهَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ , وَكَانَ تَنُّورُنَا وَتَنُّورُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاحِدًا» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «ابْنَةُ الْحَارِثَةِ هَذِهِ هِيَ أُمُّ هِشَامٍ بِنْتُ حَارِثَةَ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1784: Muhammad bin Basyar memberitakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far memberitakan kepada kami, Syu’bah memberitakan kepada kami, dari Khubaib bin Abdurrahman, dari Abdullah bin Muhammad bin Ma’n, dari anak perempuan Haritsah bin Nu’man yang telah berkata, "Sesungguhnya aku tidak akan dapat menghapal surat "qaaf' kecuali dari mulut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang selalu membacanya dalam setiap khutbah jum’at. Sepertinya pencerahan kami dan pencerahan Rasulullah itu sama." Abu Bakar telah berkata, "nama anak perempuan Haritsah bin Nu’man itu adalah Ummu Hisyam binti haritsah."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1785

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٥: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا جَرِيرٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أُمِّ هِشَامِ بِنْتِ حَارِثَةَ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَتْ: «قَرَأْتُ ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ مِنْ فِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , كَانَ يَقْرَؤُهَا كُلَّ جُمُعَةٍ عَلَى الْمِنْبَرِ إِذَا خَطَبَ النَّاسَ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ هَذَا هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدِ بْنِ زُرَارَةَ , نَسَبَهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1785: Yusuf bin Musa memberitakan kepada kami, Jarir memberitakan kepada kami, dari Muhammad bin Abu Bakar dari Yahya bin Abdullah, dari Ummu Hisyam binti Haritsah bin Nu’man yang telah berkata, "aku dapat menghapal surat qaaf wal qur'anil majid dari mulut Rasulullah yang senantiasa membacanya setiap khutbah jum’at di atas mimbar." Abu Bakar berkata, "Yahya bin Abdullah adalah anak Abdurrahman bin Sa’ad bin Zirarah, keturunannya adalah Ibrahim bin Sa’ad."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1786

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٦: أنا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ، نا إِسْمَاعِيلُ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ، نا شَرِيكٌ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ , عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ نَحْوَ بَابِ الْقَضَاءِ , وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ عَلَى الْمِنْبَرِ يَخْطُبُ , فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا , ثُمَّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتِ الْأَمْوَالُ , وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ , فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يُغِيثَنَا قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ , ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ أَغِثْنَا , اللَّهُمَّ أَغِثْنَا , اللَّهُمَّ أَغِثْنَا» , قَالَ أَنَسٌ: وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزْعَةٍ , وَلَا مَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ , فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ , فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ - يَعْنِي السَّمَاءَ - انْتَشَرَتْ , ثُمَّ أَمْطَرَتْ , قَالَ أَنَسٌ: فَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سَبْعًا , قَالَ: ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكِ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ , فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , هَلَكَتِ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتِ السُّبُلُ , فَادْعُ اللَّهُ أَنْ يُمْسِكَهَا عَنَّا قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ , ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا , وَلَا عَلَيْنَا , اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ , وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ» , قَالَ: فَأَقْلَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ. قَالَ شَرِيكٌ: فَسَأَلْتُ أَنَسًا: أَهُوَ الرَّجُلُ الْأَوَّلُ؟ فَقَالَ: لَا أَدْرِي. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " السَّلْعُ: جَبَلٌ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1786: Ali bin Hujr As-Saidi memberitakan kepada kami, Ismail bin Ja'far memberitakan kepada kami, Syarik bin Abdullah bin Abu Namir memberitakan kepada kami dari Anas bahwasanya pada suatu ketika di hari jum’at ada seorang laki-laki yang masuk ke dalam masjid melalui pintu yang menuju ke arah Daarul Qadhay kebetulan saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berdiri di atas mimbar untuk menyampaikan khutbah jum'at kepada kaum muslimin. Lalu laki-laki tersebut menghadap Rasulullah sambil berdiri seraya berkata, "Wahai Rasulullah, harta benda kami telah musnah dan harapan kami telah sirna. Maka, mohonkanlah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami yang sedang dilanda kekeringan!" Mendengar permohonan orang tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam langsung mengangkat kedua tangannya seraya berseru, ''ya Allah ya Tuhan kami', tolonglah kami! Ya Allah ya Tuhan kami, tolonglah kami! Ya Allah ya Tuhan kami, tolonglah kami!" Anas berkata, "Demi Allah, saat itu kami tidak melihat awan tebal. Kemudian tidak ada satu rumah pun antara kami dan bukit. Akan tetapi, tiba-tiba, awan menjadi tebal —seperti tameng— telah muncul dari balik bukit. Ketika berada di tengah langit, maka awan tersebut mulai berpencar dan menurunkan hujan yang deras. Demi Allah, mulai hari itu hingga tujuh hari berikutnya, kami tidak pernah lagi melihat matahari (karena hujan turun terus menerus)." Pada hari jum’at berikutnya, laki-laki tersebut datang lagi dan masuk ke dalam masjid melalui pintu yang sama. Kemudian ia menghadap kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang saat itu sedang berkhutbah sambil berkata, "Wahai Rasulullah, harta benda kami kini telah musnah dan harapan kami pun telah sirna (akibat hujan yang turun terus menerus). Oleh karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar menghentikan curah hujan yang dapat membahayakan jiwa kami!" Mendengar permohonan laki-laki itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali mengangkat kedua tangannya dan berdoa, "Ya Allah ya Tuhan kami, curahkanlah air hujan tersebut ke arah sekitar kami akan tetapi hujan tersebut tidak membahayakan kami! Ya Allah ya Tuhan kami, curahkanlah air hujan itu di atas gunung-gunung, bukit-bukit, jurang-jurang, dan tempat pertanian kami! " Tak lama kemudian hujan berhenti dan kami pun pulang dari masjid dengan berjalan kaki di bawah terik sinar matahari." Syarik berkata, "Aku pernah bertanya kepada Anas, 'Apakah orang yang memohon untuk dihentikan hujan itu adalah orang pertama yang sama?’ Anas menjawab, "Aku tidak tahu." Abu Bakar berkata, "As-Sila’ itu adalah gunung.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1787

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٧: نا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، نا إِسْمَاعِيلُ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ، ثنا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ، وَحَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى , وَعَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ الدِّرْهَمِيُّ قَالَا: ثنا خَالِدٌ وَهُوَ ابْنُ الْحَارِثِ , ثنا حُمَيْدٌ قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ: هَلْ كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ؟ قَالَ: قِيلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , قَحَطَ الْمَطَرُ , وَأَجْدَبَتِ الْأَرْضُ , وَهَلَكَ الْمَالُ , قَالَ: فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبْطَيْهِ , فَاسْتَسْقَى وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ سَحَابَةً , قَالَ: فَمَا قَضَيْنَا الصَّلَاةَ حَتَّى إِنَّ الشَّابَّ الْقَرِيبَ الْمَنْزِلِ لَيُهِمُّهُ الرُّجُوعُ إِلَى أَهْلِهِ مِنْ شِدَّةِ الْمَطَرِ , فَدَامَتْ جُمُعَةً , فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ , تَهَدَّمَتِ الْبُيُوتُ , وَاحْتُبِسَتِ الرُّكْبَانُ , فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ بِيَدِهِ: «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا , وَلَا عَلَيْنَا» , فَكُشِطَتْ عَنِ الْمَدِينَةِ. " هَذَا لَفْظُ حَدِيثِ خَالِدِ بْنِ الْحَارِثِ، غَيْرَ أَنَّ أَبَا مُوسَى قَالَ: قَحَطَ الْمَطَرُ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1787: Ali bin Hujr memberitakan kepada kami, Ismail bin Ja’far, Hamid menceritakan kepada kami, dari Anas, Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna dan Ali bin Husain Ad-Dirhami menceritakan kepada kami, Lalu keduanya berkata, "Khalid bin Harits menceritakan kepada kami, Hamid menceritakan kepada kami dan berkata, "Suatu ketika, Anas ditanya, 'Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya (ketika berdoa dalam khutbah jum’at)?’ Anas menjawab, "Pada hari jum’at itu seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah, tolonglah kami! Hujan tidak pernah turun, tanah mulai mengering, dan harta benda kami telah habis (karena musim paceklik yang panjang)'." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya hingga aku dapat melihat kedua ketiak beliau yang putih dan setelah itu beliau memohon hujan turun. Tak lama kemudian, kami melihat awan hitam yang membawa hujan telah muncul. Anas berkata, "Usai melaksanakan shalat jum’at, hujan belum berhenti. Dan bahkan orang yang rumahnya dekat dengan masjid tidak dapat kembali ke rumah karena derasnya hujan yang turun. Kemudian beberapa orang sahabat berseru, 'wahai Rasulullah, rumah-rumah kami nyaris hancur (karena hujan yang deras) dan orang-orang tidak dapat mengendarai kendaraannya.’ mendengar seruan para sahabat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum seraya mengangkat kedua tangannya dan berdoa, 'Ya Allah ya Tuhan kami, turunkanlah hujan di sekitar kami dan janganlah engkau jadikan hujan itu dapat membahayakan kami!’ tak lama kemudian awan hitam mulai bergeser dari kota Madinah. Ini adalah hadits lafadz Khalid bin Harits, hanya saja Abu Musa juga berkata, "Hujan tidak kunjung turun."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1788

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٨: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي خَبَرِ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ: «فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1788: Abu Bakar berkata, "Dalam hadits Hamid dari Anas, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah tersenyum (dalam berkhuthbah)."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1789

صحيح ابن خزيمة ١٧٨٩: نا بِشْرُ بْنُ مُعَاذٍ، نا يَزِيدُ، يَعْنِي ابْنَ زُرَيْعٍ، ثنا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ أَوْ عِنْدَ شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلَّا فِي الِاسْتِسْقَاءِ؛ فَإِنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ» .

Shahih Ibnu Khuzaimah 1789: Bisyr bin Mu’adz memberitakan kepada kami, Yazid bin Zurai’ memberitakan kepada kami, Said memberitakan kepada kami, dari Qatadah, dari Anas yang telah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya dalam berdoa kecuali pada saat memohon turun hujan. Pada saat memohon turun hujan, maka Rasulullah mengangkat kedua tangannya hingga terlihat kedua ketiaknya yang putih."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1790

صحيح ابن خزيمة ١٧٩٠: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي خَبَرِ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ , عَنْ أَنَسٍ قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ، قَدْ أَمْلَيْتُهُ قَبْلُ فِي خَبَرِ قَتَادَةَ , عَنْ أَنَسٍ: لَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلَّا فِي الِاسْتِسْقَاءِ، يُرِيدُ إِلَّا عِنْدَ مَسْأَلَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَسْقِيَهُمْ , وَعِنْدَ مَسْأَلَتِهِ بِحَبْسِ الْمَطَرِ عَنْهُمْ , وَقَدْ أَوْقَعَ اسْمَ الِاسْتِسْقَاءِ عَلَى الْمَعْنَيَيْنِ جَمِيعًا , أَحَدُهُمَا: مَسْأَلَتُهُ أَنْ يَسْقِيَهُمْ. وَالْمَعْنَى الثَّانِي: أَنْ يَحْبِسَ الْمَطَرُ عَنْهُمْ , وَالدَّلِيلُ عَلَى صِحَّةِ مَا تَأَوَّلْتُ أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَدْ أَخْبَرَ فِي خَبَرِ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْهُ , أَنَّهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الْخُطْبَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ حِينَ سَأَلَ اللَّهَ أَنْ يُغِيثَهُمْ , وَكَذَلِكَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ قَالَ: «اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا» , فَهَذِهِ اللَّفْظَةُ أَيْضًا اسْتِسْقَاءٌ إِلَّا أَنَّهُ سَأَلَ اللَّهَ أَنْ يَحْبِسَ الْمَطَرُ عَنِ الْمَنَازِلِ وَالْبُيُوتِ , وَتَكُونَ السُّقْيَا عَلَى الْجِبَالِ وَالْآكَامِ وَالْأَوْدِيَةِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1790: Abu Bakar telah berkata, "Disebutkan dalam hadits Syarik bin Abdullah, dari Anas bahwasanya ia berkata, 'Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya’, maka hadits ini telah aku diktekan sebelumnya pada hadits Qatadah dari Anas, 'Rasulullah tidak mengangkat kedua tangannya, ketika berdoa, kecuali pada saat memohon turun hujan’, maksudnya yaitu ketika beliau memohon kepada Allah untuk diturunkan dan dihentikan hujan. Sebenarnya, arti kata Al Istisqa itu mempunyai dua arti: memohon turun hujan dan memohon hujan berhenti. Dalilnya adalah bahwasanya Anas bin Malik telah menceritakan dalam hadits Syarik bin Abdullah bahwasanya Rasulullah mengangkat kedua tangannya pada saat berkhutbah jum’at di atas mimbar untuk meminta turun hujan. Begitu pula Rasulullah mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, 'Ya Allah ya 'Tuhan kami, turunkanlah hujan di sekitar kami dan bukan hujan yang membahayakan kami’. Ini pun juga disebut Al Istisqa, hanya saja beliau memohon kepada Allah agar hujan dialihkan dari perkampungan ke gunung, bukit, lembah, jurang, dan, tanah pertanian'.