صحيح ابن خزيمة

Shahih Ibnu Khuzaimah

Shahih Ibnu Khuzaimah #1201

صحيح ابن خزيمة ١٢٠١: نا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدَ، ح وَثنا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، ثنا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدَ، عَنْ هِنْدَ، عَنْ سَالِمٍ أَبِي النَّضْرِ، عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «خَيْرُ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ» . وَقَالَ بُنْدَارٌ: «أَفْضَلُ صَلَاتِكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1201: Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Abdullah bin Sa’id bin Abu Hind menceritakan kepada kami, (Ha') Salam bin Junadah menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Sa’id bin Abu Hind, dari Hind, dari Salim bin An-Nadhr, dari Busr bin Sa’id, dari Zaid bin Tsabit, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sebaik-baik shalat seseorang yaitu (shalat sunah yang dilakukan) di rumahnya kecuali shalat wajib." Bundar berkata, "Sebaik-baiknya shalat kamu adalah di rumahmu kecuali shalat wajib."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1202

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٢: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ الْقَيْسِيُّ، ثنا عَفَّانُ، ثنا وُهَيْبٌ، نا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ قَالَ: سَمِعْتُ سَالِمًا أَبَا النَّضْرِ يُحَدِّثُ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ؛ فَإِنَّ أَفْضَلَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1202: Muhammad bin Ma’mar Al Qaisi menceritakan kepada kami, Affan menceritakan kepada kami, Wuhaib menceritakan kepada kami, Musa bin Uqbah menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Salim Abu An-Nadhr menceritakan hadits dari Busr bin Sa’id, dari Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah wahai sekalian manusia di rumahmu, karena shalat seseorang yang paling utama adalah (shalat yang dilakukan) di rumahnya kecuali shalat wajib."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1203

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٣: ثنا بُنْدَارٌ، نا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «اجْعَلُوا مِنْ صَلَاتِكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ، وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1203: Bundar menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami. Ubaidullah menceritakan kepada kami. Nafi’ mengabarkan kepada kami dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Lakukanlah sebagian shalat kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah menjadikan rumah seperti kuburan."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1204

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٤: ثنا أَبُو مُوسَى، نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنِ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيبًا مِنْ صَلَاتِهِ؛ فَإِنَّ اللَّهَ جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلَاتِهِ خَيْرًا» رَوَى هَذَا الْخَبَرَ أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، وَأَبُو مُعَاوِيَةَ، وَعَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، وَغَيْرُهُمْ عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، لَمْ يَذْكُرُوا أَبَا سَعِيدٍ، ثَنَاهُ أَبُو كُرَيْبٍ، نا أَبُو خَالِدٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، ح وَثنا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، نا أَبُو مُعَاوِيَةَ، ح وَثنا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ، نا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَعَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَا: ثنا الْأَعْمَشُ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1204: Abu Musa menceritakan kepada kami, Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Al A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dari Abu Sa’id Al Khudri, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda "Apabila salah seorang di antara kamu selesai shalat di masjid, maka ia sebaiknya menjadikan untuk rumahnya bagian dari shalatnya. karena sesungguhnya Allah akan menimbulkan kebaikan di dalam rumahnya lantaran shalatnya." Yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu Khalid Al Ahmar dan Abu Mu’awiyah dan Abdah bin Sulaiman serta lainnya, dari Al A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, namun mereka tidak menyebutkan Abu Sa’id Abu Kuraib juga menceritakan hadits tersebut kepada kami. Abu Khalid menceritakan kepada kami dari Al A’masy, (Ha') Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami,. Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami, (Ha') Ziyad bin Ayub menceritakan kepada kami. Abu Mu’awiyah dan Abdah bin Sulaiman menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al A’masy menceritakan kepada kami.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1205

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٥: ثنا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْمُغِيرَةِ الْمِصْرِيُّ، ثنا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ فَرُّوخَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَكْرِمُوا بُيُوتَكُمْ بِبَعْضِ صَلَاتِكُمْ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1205: Ali bin Abdurrahman bin Al Mughirah Al Mishri menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Maryam menceritakan kepada kami, Ibnu Farrukh mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Atha', dari Anas bin Malik, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Hormatilah rumahmu dengan (melakukan) sebagian shalatmu di dalamnya'."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1206

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٦: ثنا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، وَمُوسَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَسْرُوقِيُّ قَالَا: ثنا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ، وَقَالَ الدَّوْرَقِيُّ: قَالَ: ثنا أَبُو حَيَّانَ، ح وَثنا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ بِشْرٍ، ثنا أَبُو حَيَّانَ، نا أَبُو زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ: «يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ عِنْدَكَ مَنْفَعَةً فِي الْإِسْلَامِ، فَإِنِّي قَدْ سَمِعْتُ اللَّيْلَةَ خَشْفَ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ» ، فَقَالَ: مَا عَمِلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي الْإِسْلَامِ عِنْدِي عَمَلًا أَرْجَى مَنْفَعَةً مِنْ أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا تَامًّا قَطُّ فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطَّهُورِ لِرَبِّي مَا كَتَبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1206: Ya’qub bin Ibrahim Ad-Dauraqi dan Musa bin Abdurrahman Al Masruqi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Abu Hayyan. Ad-Dauraqi berkata: Ia terkata: Abu Hayyan menceritakan kepada kami. (Ha') Abdah bin Abdullah Al Khuza’i menceritakan kepada kami. Muhammad —yaitu Ibnu Bisyir- mengabarkan kepada kami. Abu Hayyan menceritakan kepada kami. Abu Zur’ah menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah, ia berkata. "Nabi pernah berkata kepada Bilal ketika shalat fajar, 'Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku amal perbuatan yang paling memberikan keuntungan menurutmu di dalam Islam, karena sesungguhnya aku mendengar pada malam ini bunyi kedua sendalmu di hadapanku di surga.' Bilal menjawab, 'Wahai Rasulullah, setiap kali aku mengerjakan amal perbuatan apapun yang menurutku sangat memberikan keberuntungan di dalam Islam pasti aku berwudhu dengan sempurna di malam dan siang hari lalu aku shalat dengan wudhu tersebut untuk Tuhanku yang telah mewajibkan agar aku mengerjakannya'."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1207

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٧: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ، أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَدَعَا بِلَالًا، فَقَالَ: «يَا بِلَالُ بِمَ سَبَقْتَنِي إِلَى الْجَنَّةِ، إِنِّي دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِي» ، فَقَالَ بِلَالٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَذْنَبْتُ قَطُّ إِلَّا صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ، وَمَا أَصَابَنِي حَدَثٌ قَطُّ إِلَّا تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بِهَذَا»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1207: Ya’qub bin Ibrahim Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, Ali bin Al Hasan bin Syaqiq menceritakan kepada kami, Al Husain bin Waqid mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Buraidah menceritakan kepada kami dari ayahnya, ia berkata: Pada suatu harib Rasulullah memanggil Bilal di pagi hari, beliau bertanya. "Wahai Bilal, dengan apa kamu mendahuluiku ke surga? Sesungguhnya semalam aku masuk ke surga lalu mendengar suara hentakan sendalmu di depanku." Bilal menjawab. "Wahai Rasulullah, setiap kali aku berbuat dosa maka aku shalat dua rakaat dan setiap aku berhadats maka aku pasti berwudhu setelahnya." Mendengar itu, Rasulullah berkata, "Dengan itu!"

Shahih Ibnu Khuzaimah #1208

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، ثنا مُحَمَّدٌ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ، نا شُعْبَةُ، عَنْ يَعْلَى وَهُوَ ابْنُ عَطَاءٍ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيًّا الْأَزْدِيَّ، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ يُحَدِّثُ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى» . ثنا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ عَلِيٍّ الْأَزْدِيِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِمِثْلِهِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1208: Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Muhammad dan Abdurrahman menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Ya’la -yaitu Ibnu Atha.— bahwa ia mendengar Ali Al Azdi mendengar Ibnu Umar menceritakan hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau tersabda, "Shalat di malam dan siang hari (dilakukan) dua rakaat dua rakaat." Muhammad bin Al Walid menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja.far menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Ya’la bin Atha', dari Ali Al Azdi. dari Ibnu Umar. dari Nabi dengan redaksi yang sama.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1209

صحيح ابن خزيمة ١٢٠٩: ثنا بُنْدَارٌ، ثنا مُحَمَّدٌ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ قَالَ: سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ ضَمْرَةَ قَالَ: سَأَلْتُ عَلِيًّا عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " فَفِي هَذَا الْخَبَرِ خَبَرِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَدْ صَلَّى مِنَ النَّهَارِ رَكْعَتَيْنِ مَرَّتَيْنِ، فَأَمَّا ذِكْرُ الْأَرْبَعِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَالْأَرْبَعِ قَبْلَ الْعَصْرِ، فَهَذِهِ مِنَ الْأَلْفَاظِ الْمُجْمَلَةِ الَّتِي دَلَّتْ عَلَيْهِ الْأَخْبَارُ الْمُفَسِّرَةُ، فَدَلَّ خَبَرُ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلَاةُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى» ، أَنَّ كُلَّ مَا صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّهَارِ مِنَ التَّطَوُّعِ، فَإِنَّمَا صَلَّاهُنَّ مَثْنَى مَثْنَى عَلَى مَا خَبَّرَ أَنَّهَا صَلَاةُ النَّهَارِ وَاللَّيْلِ جَمِيعًا، وَلَوْ ثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ صَلَّى مِنَ النَّهَارِ أَرْبَعًا بِتَسْلِيمٍ كَانَ هَذَا عِنْدَنَا مِنَ الِاخْتِلَافِ الْمُبَاحِ، فَكَانَ الْمَرْءُ مُخَيَّرًا بَيْنَ أَنْ يُصَلِّيَ أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ بِالنَّهَارِ، وَبَيْنَ أَنْ يُسَلِّمَ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ. وَقَوْلُهُ فِي خَبَرِ عَلِيٍّ: وَيَفْصِلُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ بِالتَّسْلِيمِ عَلَى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، فَهَذِهِ اللَّفْظَةُ تَحْتَمِلُ مَعْنَيَيْنِ، أَحَدُهُمَا أَنَّهُ كَانَ يَفْصِلُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ بِتَشَهُّدٍ، إِذْ فِي التَّشَهُّدِ التَّسْلِيمُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَهَذَا مَعْنًى يَبْعُدُ، وَالثَّانِي أَنَّهُ كَانَ يَفْصِلُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ بِالتَّسْلِيمِ الَّذِي هُوَ فَصْلٌ بَيْنَ هَاتَيْنِ الرَّكْعَتَيْنِ، وَبَيْنَ مَا بَعْدَهُمَا مِنَ الصَّلَاةِ، وَهَذَا هُوَ الْمَفْهُومُ فِي الْمُخَاطَبَةِ؛ لِأَنَّ الْعُلَمَاءَ لَا يُطْلِقُونَ اسْمَ الْفَصْلِ بِالتَّشَهُّدِ مِنْ غَيْرِ سَلَامٍ يَفْصِلُ بَيْنَ الرَّكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ مَا بَعْدَهُمَا، وَمُحَالٌ مِنْ جِهَةِ الْفِقْهِ أَنْ يُقَالَ: يُصَلِّي الظُّهْرَ أَرْبَعًا، يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِسَلَامٍ، أَوِ الْعَصْرَ أَرْبَعًا يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِسَلَامٍ، أَوِ الْمَغْرِبَ ثَلَاثًا يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا بِسَلَامٍ، أَوِ الْعِشَاءَ أَرْبَعًا يَفْصِلُ [ص:220] بَيْنَهُمَا بِسَلَامٍ، وَإِنَّمَا يَجِبُ أَنْ يُصَلِّيَ الْمَرْءُ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْعِشَاءَ، كُلُّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ أَرْبَعَةً مَوْصُولَةً لَا مَفْصُولَةً، وَكَذَلِكَ الْمَغْرِبَ يَجِبُ أَنْ يُصَلِّيَ ثَلَاثًا مَوْصُولَةً لَا مَفْصُولَةً، وَيَجِبُ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ الْوَصْلِ وَبَيْنَ الْفَصْلِ، وَالْعُلَمَاءُ مِنْ جِهَةِ الْفِقْهِ لَا يَعْلَمُونَ الْفَصْلَ بِالتَّشَهُّدِ مِنْ غَيْرِ تَسْلِيمٍ يَكُونُ بِهِ خَارِجًا مِنَ الصَّلَاةِ، ثُمَّ يُبْتَدَأُ فِيمَا بَعْدَهَا، وَلَوْ كَانَ التَّشَهُّدُ يَكُونُ فَصْلًا بَيْنَ الرَّكْعَتَيْنِ وَبَيْنَ مَا بَعْدُ، لَجَازَ لِمُصَلٍّ إِذَا تَشَهَّدَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ، يَجُوزُ أَنْ يَتَطَوَّعَ بَعْدَهَا، أَنْ يَقُومَ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَيَبْتَدِأ فِي التَّطَوُّعِ عَلَى الْعَمْدِ، وَكَذَاكَ كَانَ يَجُوزُ لَهُ أن يَتَطَوَّعُ مِنَ اللَّيْلِ بِعَشْرِ رَكَعَاتٍ وَأَكْثَرَ بِتَسْلِيمَةٍ وَاحِدَةٍ يَتَشَهَّدُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، لَوْ كَانَ التَّشَهُّدُ فَصْلًا بَيْنَ مَا مَضَى وَبَيْنَ مَا بَعْدُ مِنَ الصَّلَاةِ، وَهَذَا خِلَافُ مَذْهَبِ مُخَالِفِينَا مِنَ الْعِرَاقِيِّينَ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 1209: Bundar menceritakan kepada kami, Muhammad menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishak, ia berkata: Aku mendengar Ashim bin Dhamrah berkata, "Aku pernah bertanya kepada Ali tentang shalatnya Rasulullah kemudian dia menyebutkan redaksi hadits ini. Abu Bakar berkata, "Di dalam periwayatan hadits ini yakni hadits Ali bin Abu Thalib telah disebutkan sebeltimnya bahwa beliau shalat di siang hari dua rakaat sebanyak dua kali. Sedangkan lafazh yang menyebutkan empat rakaat sebelum Zhuhur dan empat rakaat sebelum Ashar adalah lafazh mujmal (global) yang perlu dijelaskan dengan hadits lain. Hadits riwayat Ibnu Umar dari Nabi menunjukkan bahwa shalat di malam hari dan di siang hari dua rakaat dua rakaat, yaitu menyatakan bahwa semua shalat sunah yang dilakukan oleh Nabi di siang hari adalah dua rakaat dua rakaat sebagaimana yang menjadi ketentuan bagi shalat di siang hari dan di malam hari secara keseluruhan. Apabila memang terbukti dari Nabi bahwa beliau shalat di siang hari empat rakaat dengan satu kali salam maka menurut kami, ini termasuk perbedaan pendapat yang diperbolehkan. Oleh'karena itu, seseorang diperbolehkan memilih antara shalat empat rakaat di siang hari dengan satu kali salam atau dengan mengucapkan salam pada setiap dua rakaat. Sedangkan perkataanya tentang hadits riwayat Ali, "Dan beliau memisahkan antara tiap-tiap dua rakaat dengan mengucap salam kepada malaikat yang mulia dan orang yang mengikuti mereka dari kaum mukminin," adalah lafazh hadits yang mengandung dua pengertian, yaitu: Pertama, beliau memisahkan antara tiap-tiap dua rakaat dengan tasyahhud sebab di dalam tasyahhud terdapat ucapan salam kepada para malaikat dan orang yang mengikuti mereka dari kaum muslimin. Ini adalah pengertian yang sangat jauh menyimpang. Kedua, beliau memisahkan antara tiap-tiap dua rakaat dengan salam yang menjadi pemisah antara kedua rakaat dan antara shalat yang sesudahnya. Ini adalah pengertian yang sebenarnya dari lafazh tersebut. Karena para ulama tidak menyebutkan pemisahan dengan tasyahhud tanpa ucapan salam adalah sebagai pemisah antara dua rakaat dan antara shalat yang sesudahnya, serta tidak mungkin menurut ilmu fikih untuk mengatakan bahwa beliau shalat Zhuhur empat rakaat yang dipisahkan antara keduanya dengan salam, atau shalat Ashar empat rakaat yang dipisahkan antara keduanya dengan salam, atau shalat Maghrib tiga rakaat yang dipisahkan antara keduanya dengan salam, atau shalat Isya yang dipisahkan antara keduanya dengan salam. Akan tetapi yang wajib adalah mengerjakan shalat Zhuhur, Ashar dan Isya yang setiap shalat tersebut dikerjakan empat rakaat secara bersambung bukan secara terputus. Begitu pula shalat Maghrib yang harus dikerjakan tiga rakaat secara bersambung bukan secara terputus. Ia juga wajib membedakan antara bersambung dan terputus. Para ulama fikih tidak mengartikan pemutusan dengan tasyahhud tanpa mengucapkan salam menjadikan seseorang keluar dari shalat lalu memulai kembali dengan shalat berikutnya. Apabila tasyahhud itu menjadi pemisah antara dua rakaat dan yang berikutnya؛ maka seseorang tentunya diperbolehkan mengerjakan shalat apabila ia melakukan tasyahhud pada setiap shalat untuk mengerjakan shalat sunah setelahnya dengan berdiri kembali tanpa harus mengucap salam lalu memulai kembali shalat sunah dengan disengaja. Lebih jauh, seseorang juga boleh melakukan shalat sepuluh rakaat atau lebih dengan satu salam. Cukup bertasyahhud pada setiap dua rakaat jika tasyahhud adalah pemisah antara yang telah dikerjakan dan yang akan dikerjakan. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat mazhab yang bersebrangan dengan kami dari penduduk Irak."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1210

صحيح ابن خزيمة ١٢١٠: وَقَدْ رَوَى شُعْبَةُ بْنُ الْحَجَّاجِ، عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ أَبِي أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَافِعِ بْنِ الْعَمْيَاءِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ أَبِي وَدَاعَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الصَّلَاةُ مَثْنَى مَثْنَى، وَتَشَهَّدْ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، وَتَبَاءَسْ، وَتَمَسْكَنْ، وَتَقَنَّعْ يَدَيْكَ، وَتَقُولُ: اللَّهُمَّ، اللَّهُمَّ، فَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ فَهُوَ خِدَاجٌ " حَدَّثَنَاهُ عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا عِيسَى، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1210: Syu’bah bin Al Hajjaj menceritakan kepada kami dari Abdu Rabbihi bin Sa’id, dari Anas bin Abu Anas, dari Abdullah bin Nafi’ ,bin Al Amya', dari Abdullah bin Al Harits bin Naufel, dari Al Muththalib bin Abu Wada'ah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalat adalah dua rakaat dua rakaat dan tasyahhud pada setiap dua rakaat, kemudian merendahlah, merataplah sambil mengangkat kedua tanganmu, lalu ucapkanlah. 'Ya Allah, ya Allah., maka barangsiapa yang tidak melakukannya niscaya dirinya adalah orang yang kekurangan’." Ali bin Kasram juga menceritakan kepada kami hadits tersebut, Isa mengabarkan kepada kami dari Syu’bah, dari Abdu Rabbih bin Sa'id.