صحيح ابن خزيمة

Shahih Ibnu Khuzaimah

Shahih Ibnu Khuzaimah #1021

صحيح ابن خزيمة ١٠٢١: وَفِي خَبَرِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ وَمُعَاوِيَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ شَكِّ فِي صَلَاتِهِ، فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ» . خَرَّجْتُ هَذِهِ الْأَخْبَارَ بِأَسَانِيدِهَا فِي كِتَابِ «الْكَبِيرُ» ، وَهَذِهِ اللَّفْظَةُ مُخْتَصَرَةٌ غَيْرُ مُتَقَصَّاةٍ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1021: Di Dalam hadits Abdullah bin Ja’far dan Mu’awiyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa merasa ragu di dalam shalatnya maka ia hendaknya sujud dua kali ketika masih dalam keadaan duduk.” Aku telah meriwayatkan hadits ini di dalam kitab Al Kabir, dan lafazh ini adalah lafazh yang ringkas dan tidak terperinci.

Shahih Ibnu Khuzaimah #1022

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٢: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ الْأَشَجُّ قَالَا: ثنا أَبُو خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلْيُلْغِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى الْيَقِينِ، فَإِنِ اسْتَيْقَنَ التَّمَامَ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، فَإِنْ كَانَتْ صَلَاتُهُ تَامَّةً كَانَتِ الرَّكْعَةُ نَافِلَةً وَالسَّجْدَتَانِ، وَإِنْ كَانَتْ نَاقِصَةً كَانَتِ الرَّكْعَةُ تَمَامًا لِصَلَاتِهِ وَالسَّجْدَتَانِ تُرْغِمَانِ أَنْفَ الشَّيْطَانِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1022: Muhammad bin Al Ala' bin Kuraib dan Abdullah bin Sa’id Al Asyaj, keduanya berkata: Abu Khalid menceritakan kepada kami dari Ibnu ‘Ajalan, dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Abu sa’id Al Khudri, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu merasa ragu di dalam shalatnya maka ia hendaknya menghilangkan keraguan tersebut dan berpedoman pada keyakinannya, dan setelah ia merasa yakin sempurna ia hendaknya sujud dua keli. Jika shalatnya telah sempurna niscaya satu rakaat dan kedua sujud tersebut sebagai amalan Sunnah dan jika shalatnya kurang niscaya satu rakaat tersebut itu penyempurna shalatnya serta kedua sujudnya adalah menghinakan syetan'."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1023

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، نا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ الْمَدَنِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ أَسْلَمَ، ح وَثنا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، ثنا شُعَيْبٌ يَعْنِي ابْنَ اللَّيْثِ، ثنا اللَّيْثُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، ح وَثنا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، ثنا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الْمَاجِشُونُ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ، ثنا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، ح وَثنا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي هِشَامٌ وَهُوَ ابْنُ سَعْدٍ، أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَسْلَمَ حَدَّثَهُمْ، وَهَذَا، حَدِيثُ الرَّبِيعِ، وَهُوَ أَحْسَنُهُمْ سِيَاقًا لِلْحَدِيثِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى وَاحِدَةً أَمِ اثْنَتَيْنِ أَمْ ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيُتَمِّمْ مَا شَكَّ فِيهِ، ثُمَّ يَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِنْ كَانَتْ صَلَاتُهُ نَاقِصَةً فَقَدْ أَتَمَّهَا، وَالسَّجْدَتَانِ تَرْغِيمٌ لِلشَّيْطَانِ، وَإِنْ كَانَ أَتَمَّ صَلَاتَهُ فَالرَّكْعَةُ وَالسَّجْدَتَانِ لَهُ نَافِلَةٌ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1023: Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Yahya bin Muhammad bin Qais Al Madani menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Zaid bin Aslam (Ha') Ar-Rabi’ bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Syu’aib -yaitu Ibnu Al-Laits- menceritakan kepada kami, Al-Laits menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ajian, dari Zaid bin Aslam (Ha') Ya’qub bin Ibrahim Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Al Majisun Abdul Aziz bin Abdullah bin Abu Salamah mengabarkan kepada kami, Zaid bin Aslam menceritakan kepada kami (Ha') Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Hisyam -yaitu Ibnu Sa’ad- mengabarkan kepada  kami, bahwa Zaid hin Aslam meriwayatkan kepada mereka, ini adalah hadits riwayat Ar-Rabi’ yang paling baik lafazh haditsnya, dari Atha bin Yasar, dari Abu Sa’id Al Khudri, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu merasa ragu di dalam shalatnya dan tidak mengetahui berapa rakaat yang telah ia lakukan, apakah satu, dua, tiga, ataukah empat rakaat, maka ia hendaknya menyempurnakan yang diragukannya, kemudian sujud dua kali ketika dalam keadaan duduk. Apabila shalatnya kurang berarti ia telah menyempurnakannya dan kedua sujud tersebut sebagai penghinaan bagi syetan dan apabila shalatnya telah sempurna berarti satu rakaat dan kedua sujudnya dinilai sebagai amalan sunah baginya.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #1024

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٤: ثنا بِهِ الرَّبِيعُ مَرَّةً أُخْرَى مِنْ كِتَابِهِ، وَقَالَ: «فَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ مِنْ قَبْلِ السَّلَامِ» . وَقَالَ أَبُو مُوسَى، وَالدَّوْرَقِيُّ، وَيُونُسُ: إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَا يَدْرِي ثَلَاثًا صَلَّى أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيُصَلِّ رَكْعَةً، وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ السَّلَامِ، ثُمَّ بَاقِي حَدِيثِهِمْ مِثْلُ حَدِيثِ الرَّبِيعِ. قَالَ لَنَا أَبُو بَكْرٍ: فِي هَذَا الْخَبَرِ عِنْدِي دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ صَاحِبَ الْمَالِ إِذَا كَانَ مَالُهُ غَائِبًا عَنْهُ، فَأَخْرَجَ زَكَاتَهُ وَأَوْصَلَهَا إِلَى أَهْلِ سُهْمَانَ الصَّدَقَةِ، نَاوِيًا إِنْ كَانَ مَالُهُ سَالِمًا فَهِيَ زَكَاتُهُ، وَإِنْ كَانَ مَالُهُ مُسْتَهْلَكًا فَهُوَ تَطَوُّعٌ، ثُمَّ بَانَ عِنْدَهُ وَصَحَّ أَنَّ مَالَهُ كَانَ سَالِمًا، أَنَّ مَالَهُ الَّذِي أَوْصَلَهُ إِلَى أَهْلِ سُهْمَانَ الصَّدَقَةِ كَانَ جَائِزًا عَنْهُ فِي الصَّدَقَةِ الْمَفْرُوضَةِ فِي مَالِهِ الْغَائِبِ، إِذِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَجَازَ عَنِ الْمُصَلِّي هَذِهِ الرَّكْعَةَ الَّتِي صَلَّاهَا بِإِحْدَى اثْنَتَيْنِ، إِنْ كَانَتْ صَلَاتُهُ الَّتِي صَلَّاهَا ثَلَاثًا، فَهَذِهِ الرَّكْعَةُ رَابِعَةُ الَّتِي هِيَ فَرْضٌ عَلَيْهِ، وَإِنْ كَانَتْ صَلَاتُهُ تَامَّةً فَهَذِهِ الرَّكْعَةُ نَافِلَةٌ، فَقَدْ أَجْزَتْ عَنْهُ هَذِهِ الرَّكْعَةُ مِنَ الْفَرِيضَةِ، وَهُوَ إِنَّمَا صَلَّاهَا عَلَى أَنَّهَا فَرِيضَةٌ أَوْ نَافِلَةٌ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1024: Ar-Rabi’ meriwayatkannya kepada kami untuk kedua kalinya dari kitabnya, ia berkata, ‘Ia hendaknya berpedoman pada apa yang diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam." Abu Musa Ad-Dauraqi dan Yunus berkata, “Apabila salah seorang di antara kamu merasa ragu di dalam shalatnya dan tidak mengetahui apakah tiga rakaat atau empat rakaat, maka ia hendaknya shalat satu rakaat lalu sujud dua kali sebelum salam." Redaksi selanjutnya sama seperti hadits Ar-Rabi’. Abu Bakar berkata kepada kami, “Abu Bakar berkata, "Menurutku, dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa apabila pemilik harta memiliki harta yang tidak ada bersama dirinya, kemudian ia mengeluarkan zakatnya dan memberikannya kepada orang-orang yang berhak mendapatkan zakat, dengan niat jika harta tersebut kembali dimilikinya maka itu adalah zakatnya dan jika hartanya lenyap maka itu dianggap sebagai sedekah. Setelah itu terbukti bahwa hartanya selamat dan kembali lagi maka dengan demikian uang yang telah diserahkannya sebagai zakat kepada orang- orang yang berhak menerimanya sah. Karena Nabi pernah memberikan izin bagi orang yang telah shalat untuk memilih antara dua pilihan, jika shalat yang telah dilakukannya sebanyak tiga rakaat, maka rakaat selanjutnya adalah rakaat keempat yang merupakan bagian wajib baginya. Namun jika shalat yang telah dilakukannya sempurna (jumlah rakaatnya tidak kurang) maka rakaat yang dilakukan melebihi jumlah yang telah ditentukan dianggap sebagai tambahan (nafilah). Hal ini sah-sah saja apabila terjadi dalam sebuah perintah wajib dan itu dilakukan dengan anggapan bahwa hal itu adalah sebuah kewajiban atau sunah."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1025

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٥: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، حَدَّثَنِي أَخِي، ح وَثنا مُحَمَّدٌ، أَيْضًا ثنا أَيُّوبُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ وَهُوَ ابْنُ زَيْدٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى، ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَةً يُحْسِنُ رُكُوعَهَا وَسُجُودَهَا، وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ» قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى: وَجَدْتُ هَذَا الْخَبَرَ فِي مَوْضِعٍ آخَرَ فِي كِتَابَ أَيُّوبُ مَوْقُوفًا. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ هُوَ ابْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَخُو عَاصِمٍ وَوَاقِدٍ، وَهُوَ أَكْبَرُهُمْ. قَالَ: سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ سَعِيدٍ الدَّارِمِيَّ يَقُولُ: عَاصِمٌ، وَعُمَرُ، وَزِيدٌ، وَوَاقِدٌ، وَأَبُو بَكْرٍ، وَفَرْقَدٌ، هَؤُلَاءِ كُلُّهُمْ إِخْوَةٌ، وَعَاصِمٌ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قَالَ لَنَا الدَّارِمِيُّ هَذَا فِي عَقِبِ خَبَرِهِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1025: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Ismail bin Uwais menceritakan kepada kami, saudaramu menceritakan kepadaku (Ha') Muhammad juga menceritakan kepada kami, Ayub bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Uwais menceritakan kepadaku dari Sulaiman bin Bilal, dari Umar bin Muhammad -yaitu Ibnu Zaid- dari Salim bin Abdullah, dari Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat dan ia tidak mengetahui berapa rakaat yang telah dikerjakannya, tiga atau empat rakaat, maka ia hendaknya shalat satu rakaat dengan menyempurnakan ruku dan sujudnya kemudian sujud dengan dua sujud. ” Muhammad bin Yahya berkata, “Aku mendapatkan hadits ini di judul yang lain dari kitab Ayub secara mauquf” Abu Bakar berkata, “Umar bin Muhammad adalah Ibnu Zaid bin Abdullah bin Umar bin Khaththab saudara laki-laki dari Ashim dan Waqid, ia adalah anak yang paling besar di antara mereka.” Ia berkata, “Aku mendengar Ahmad bin Sa’id Ad-Darimi berkata, “Ashim, Umar, Zaid, Abu Bakar, dan Farqad adalah bersaudara. Sedangkan Ashim adalah Ibnu Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar bin Khaththab.” Abu Bakar berkata, “Ad-Darimi mengatakan hal ini kepada kami setelah selesai meriwayatkan haditsnya.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #1026

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٦: وَالَّذِي حَدَّثَنَاهُ قَالَ: ثنا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورِ بْنِ حَيَّانَ، أَخْبَرَنَا عَاصِمٌ الْعُمَرِيُّ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ: بَيْنَا الْحَجَّاجُ يَخْطُبُ وَابْنُ عُمَرَ شَاهِدٌ وَمَعَهُ ابْنَانِ لَهُ، أَحَدُهُمَا عَنْ يَمِينِهِ، وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، إِذْ قَالَ الْحَجَّاجُ: ابْنُ الزُّبَيْرِ نَكَّسَ كِتَابَ اللَّهِ نَكَّسَ اللَّهُ قَلْبَهُ قَالَ: وَابْنُ عُمَرَ مُسْتَقْبِلُهُ، فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: إِنَّ ذَاكَ لَيْسَ بِيَدِكَ وَلَا بِيَدِهِ، قَالَ: فَسَكَتَ الْحَجَّاجُ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا وَكُلَّ مُسْلِمٍ وَإِيَّاكَ أَيُّهَا الشَّيْخُ أَنْ تَعْقِلَ، فَجَعَلَ ابْنُ عُمَرَ يَضْحَكُ، فَحَكَاهُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ حَبِيبٍ قَالَ: ثُمَّ وَثَبَ فَأَجْلَسَهُ ابْنَاهُ، فَقَالَ: دَعُونِي فَإِنِّي تَرَكْتُ الَّتِي فِيهَا الْفَضْلُ أَنْ أَقُولَ لَهُ: كَذَبْتَ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1026: Orang yang meriwayatkan kepada kami, berkata: Ishak bin Manshur bin Hayyan menceritakan kepada kami, Ashim Al Umari mengabarkan kepada kami dari Habib bin Tsabit, ia berkata: Ketika Al Hajjaj berkhutbah dan Ibnu Umar menyaksikan bersama kedua anaknya yang mana salah satunya di sisi kanannya sedangkan yang lain di sisi kirinya, tiba-tiba Al Hajjaj berkata, “Ibnu Zubair telah membalikkan Kitab Allah maka Allah membalikkan hatinya.” Perawi berkata, “Ketika Ibnu Umar berada di hadapannya, maka ia berkata, ‘Sesungguhnya hal itu bukan di tanganmu dan juga bukan di tangannya’.” Perawi berkata, “Al Hajjaj kemudian terdiam lalu berkata, ‘Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kepada kita dan semua kaum muslimin, maka kamu selayaknya berpikir wahai syaikh.” Ibnu Umar lantas tertawa. Diriwayatkan dari Ashim, dari Habib, ia berkata: Kemudian ia melompat berdiri dan kedua anaknya mendudukkannya lalu berkata, “Lepaskan aku, sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu yang sangat berharga agar dapat mengatakan kepadanya, ‘bahwa aku telah berbohong’.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #1027

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٧: ثنا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، وَزِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ قَالَا: ثنا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، ح وَثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ، أَخْبَرَنَا فُضَيْلٌ يَعْنِي ابْنَ عِيَاضٍ، عَنْ مَنْصُورٍ، ح وَثنا أَبُو مُوسَى، وَيَعْقُوبُ الدَّوْرَقِيُّ قَالَا: ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الصَّمَدِ أَبُو عَبْدِ الصَّمَدِ، ثنا مَنْصُورٌ، ح وَثنا أَبُو مُوسَى، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ مَنْصُورٍ، ح وَثنا أَبُو مُوسَى، أَيْضًا ثنا أَبُو دَاوُدَ، أَيْضًا نَحْوَهُ عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزَادَ فِي الصَّلَاةِ أَوْ نَقَصَ مِنْهَا، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ؟ قَالَ: «مَا ذَاكَ؟» فَذَكَرْنَا لَهُ الَّذِي صَنَعَ، فَثَنَى رِجْلَهُ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَيْنَا، فَقَالَ: «إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ أَنْبَأْتُكُمْ، وَلَكِنِّي بَشَرٌ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي، وَأَيُّكُمْ مَا شَكَّ فِي صَلَاتِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحْرَى ذَلِكَ لِلصَّوَابِ، فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُسَلِّمْ، وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ» هَذَا حَدِيثُ أَبِي مُوسَى عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ. قَالَ أَبُو مُوسَى: قَالَ ابْنُ مَهْدِيٍّ: فَسَأَلْتُ سُفْيَانَ عَنْهُ، فَقَالَ: قَدْ سَمِعَتْهُ مِنْ مَنْصُورٍ، وَلَا أَحْفَظُهُ. وَلَمْ يَذْكُرْ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ فِي حَدِيثِهِ: التَّحَرِّي، وَقَالَ: «فَأَيُّكُمْ سَهَا فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى فَلْيُسَلِّمْ، ثُمَّ لِيَسْجُدْ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي هَذَا الْخَبَرِ إِذَا بَنَى عَلَى التَّحَرِّي سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ بَعْدَ السَّلَامِ، وَهَكَذَا أَقُولُ وَإِذَا بَنَى عَلَى الْأَقَلِّ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ قَبْلَ السَّلَامِ، عَلَى خَبَرِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، وَلَا يَجُوزُ عَلَى أَصْلِي دَفْعُ أَحَدِ الْخَبَرَيْنِ بِالْآخَرِ، بَلْ يَجِبُ اسْتِعْمَالُ كُلِّ خَبَرٍ فِي مَوْضِعِهِ. وَالتَّحَرِّي هُوَ أَنْ يَكُونَ قَلْبُ الْمُصَلِّي إِلَى أَحَدِ الْعَدَدَيْنِ أَمْيَلَ، وَالْبِنَاءُ عَلَى الْأَقَلِّ مَسْأَلَةٌ غَيْرُ مَسْأَلَةِ التَّحَرِّي، فَيَجِبُ اسْتِعْمَالُ كِلَا الْخَبَرَيْنِ فِيمَا رُوِيَ فِيهِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1027: Yusuf bin Musa dan Ziyad bin Ayub menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur (Ha') Ahmad bin Abdah menceritakan kepada kami, Fadhl —yaitu Ibnu Iyadh— mengabarkan kepada kami dari Manshur, Abu Musa dan Ya’qub Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abdul Aziz bin Abdushshamad Abu Abdushshamad menceritakan kepada kami, Manshur menceritakan kepada kami (Ha') Abu Musa menceritakan kepada kami, Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Za'idah, dari Manshur (Ha') Abu Musa juga menceritakan kepada kami, Abu Daud meriwayatkan yang serupa dengannya, dari Za'idah, dari Manshur, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Rasulullah pernah shalat mengimami kami, kemudian beliau shalat melebihi atau kurang dari rakaat yang ditentukan. Beliau lalu menghadap kami dengan wajahnya dan kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah terjadi perubahan pada shalat?’ Beliau bertanya, 'Apa itu?' Kami lantas memberitahukan beliau apa yang dikerjakannya, kemudian beliau melipat kakinya dan menghadap kiblat, lalu sujud dua kali lantas berpaling menghadap kami, beliau berkata, ‘Apabila terjadi sesuatu di dalam shalat maka aku pasti memberitahukan hal itu kepadamu; akan tetapi aku juga manusia yang lupa sebagaimana halnya kamu, apabila aku lupa maka ingatkanlah diriku dan siapa saja di antara kamu merasa ragu di dalam shalatnya maka ia hendaknya menentukan pilihan yang benar, lalu menyempurnakannya kemudian sujud dua kali'.” Ini adalah hadits Abu Musa dari Abdurrahman. Abu Musa berkata: Ibnu Mahdi berkata, “Aku kemudian menanyakan hal itu kepada Sufyan dan ia menjawab, ‘Aku telah mendengarnya dari Manshur, akan tetapi aku tidak menghafalnya’.” Ahmad bin Abdah di dalam haditsnya tidak menyebutkan kata “At-Taharri” dan ia berkata, “Maka siapa saja di antara kamu yang lupa di dalam shalatnya dan tidak mengetahui berapa rakaat yang telah dilakukan, maka ia hendaknya memberi salam dan kemudian sujud sahwi dua kali." Abu Bakar berkata, “Hadits ini menjelaskan bahwa apabila seseorang yang shalat telah menentukan pilihan maka ia hendaknya sujud sahwi dua kali setelah salam, dan seperti itulah aku berpendapat. Apabila ia telah berpedoman pada rakaat yang jumlahnya lebih sedikit maka ia hendaknya sujud sahwi dua kali sebelum salam berdasarkan keterangan hadits Abu Sa’id Al Khudri. Menurutku, menggabungkan salah satu haditsnya dengan yang lainnya tidak diperbolehkan. Akan tetapi yang wajib dilakukan adalah menggunakan setiap hadits tersebut pada tempatnya. Sedangkan kata At-Taharri berarti kecenderungan hati seseorang yang sedang shalat kepada salah satu dari dua bilangan rakaat shalat dan berpedoman terhadap rakaat yang jumlahnya lebih sedikit adalah perkara yang bukan termasuk dari makna At-Taharri. Oleh karena itu, sudah semestinya kedua hadits tersebut digunakan sesuai dengan maksud periwayatannya."

Shahih Ibnu Khuzaimah #1028

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٨: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، ثنا سُفْيَانُ قَالَ: حَفِظْتُهُ عَنِ الزُّهْرِيِّ، أَخْبَرَنِي الْأَعْرَجُ، عَنِ ابْنِ بُحَيْنَةَ، ح وَثنا الْمَخْزُومِيُّ، نا سُفْيَانُ، ح وَثنا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، وَيَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، ح وَثنا عَبْدُ الْجَبَّارِ، ثنا سُفْيَانُ قَالَ: سَمِعْتُهُ. . . يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ، عَنِ ابْنِ بُحَيْنَةَ، وَهَذَا حَدِيثُ عَبْدِ الْجَبَّارِ حَدِيثُ الزُّهْرِيِّ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً نَظُنُّ أَنَّهَا الْعَصْرَ فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّانِيَةِ قَامَ وَلَمْ يَجْلِسْ، فَلَمَّا كَانَ قَبْلَ التَّسْلِيمِ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ، وَهُوَ جَالِسٌ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1028: Abdul Jabbar bin Al Ala menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku telah menghafalnya dari Az-Zuhri, Al A’raj mengabarkan kepadaku dari Ibnu Buhainah (Ha') Al Makhzumi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami (Ha') Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri dan Yahya bin Sa’id (Ha') Abdul Jabbar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, aku telah mendengarnya dari Yahya bin Sa’id, dari Abdurrahman Al A’raj, dari Ibnu Buhainah, dan ini adalah hadits Abdul Jabbar —Hadits Az- Zuhri— ia berkata, “Rasulullah pernah shalat mengimami kami dan kami mengira bahwa shalat tersebut adalah shalat Ashar. Maka tatkala rakaat kedua beliau berdiri tanpa duduk tahiyyat (pertama), lalu sebelum salam beliau sujud dengan dua kali sujud sahwi dalam keadaan duduk.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #1029

صحيح ابن خزيمة ١٠٢٩: نا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، ثنا عَمِّي، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، وَهُوَ ابْنُ عُثْمَانَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُحَيْنَةَ، أَنَّهُ قَالَ: «صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً مِنَ الصَّلَوَاتِ، فَقَامَ مِنَ اثْنَتَيْنِ فَسُبِّحَ بِهِ، فَمَضَى حَتَّى فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا التَّسْلِيمُ، فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 1029: Ahmad bin Abdurrahman menceritakan kepada kami, pamanku menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Hazim mengabarkan kepadaku dari Abu Dhahhak -yaitu Ibnu Utsman- dari Al A’raj, dari Abdullah bin Buhainah, ia berkata, Rasulullah pernah mengerjakan shalat di antara shalat-shalatnya, kemudian setelah rakaat kedua beliau berdiri tanpa tahiyyat (awal). Beliau kemudian diingatkan dengan ucapan tasbih. Akan tetapi beliau tetap meneruskan shalatnya sampai selesai kecuali salam. Beliau lalu sujud dua kali ketika saat dalam keadaan duduk sebelum mengucapkan salam.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #1030

صحيح ابن خزيمة ١٠٣٠: نا الْفَضْلُ بْنُ يَعْقُوبَ الْجَزَرِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، ح وَثنا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ، عَنِ ابْنِ بُحَيْنَةَ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ الْحَدِيثَ. وَقَالَ يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ فِي حَدِيثِهِ: فَسَبَّحْنَا بِهِ، فَلَمَّا اعْتَدَلَ مَضَى وَلَمْ يَرْجِعْ قَالَ الْفَضْلُ: فَسَبَّحُوا بِهِ، فَمَضَى وَلَمْ يَرْجِعْ

Shahih Ibnu Khuzaimah 1030: Al Fadhl bin Ya’qub Al Jazari menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abu Adi menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa’ad (Ha') Yahya bin Hakim menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Hurmuz, dari Ibnu Buhainah, ia berkata, “Rasulullah pernah shalat mengimami kami ...” Ia lalu menyebutkan haditsnya. Yahya bin Al Hakim mengatakan di dalam haditsnya, “Kami kemudian mengingatkan beliau dengan ucapan tasbih. Maka ketika sudah berdiri tegak, beliau meneruskan shalatnya dan tidak kembali duduk.” Al Fadhl berkata, “Maka para sahabat mengingatkan beliau dengan ucapan tasbih, namun beliau tetap meneruskan shalatnya dan tidak kembali duduk tahiyyat.”