صحيح ابن خزيمة ٣٦١: نا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، وَأَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ الرَّمَادِيُّ قَالَا: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: ح وَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ الْجَوْهَرِيُّ، نا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ تَسْنِيمٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلَاةَ وَلَيْسَ يُنَادِي بِهَا أَحَدٌ فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ، فَقَالَ بَعْضُهُمُ: اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ قَرْنًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ، فَقَالَ عُمَرُ: أَفَلَا تَبْعَثُونَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قُمْ يَا بِلَالُ، فَنَادِ بِالصَّلَاةِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 361: Al Hasan bin Muhammad dan Ahmad bin Manshur Al Ramadi mengabarkan kepada kami dan keduanya berkata, Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Juraij berkata, Ha', Abdullah bin Ishaq Al Jauhari menceritakan kepada kami, Abu Ashim mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Juraij, Ha’, Muhammad bin Al Hasan Tasnim menceritakan kepada kami, Muhammad bin Bakar mengabarkan kepada kami, Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami, Nafi’ mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Umat Islam ketika datang ke kota Madinah berkumpul hendak melaksanakan ibadah shalat, tetapi tidak seorangpun yang melakukan adzan. Mereka kemudian pada suatu hari membicarakan hal tersebut. Sebagian sahabat berkata, 'Mereka menggunakan lonceng seperti lonceng yang digunakan oleh orang Nasrani.' Sebagian sabahat lainnya berkata, Tidak! melainkan bel sebagaimana bel orang Yahudi.' Umar berkata, 'Apakah kalian tidak menunjuk seorang laki-laki untuk mengajak melakukan shalat.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Bangunlah wahai Bilal’” Lalu ia memanggil orang-orang untuk melaksanakan shalat.480
صحيح ابن خزيمة ٣٦٢: حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، نا أَبُو بَكْرٍ يَعْنِي الْحَنَفِيَّ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نَافِعٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ بِلَالًا كَانَ يَقُولُ أَوَّلَ مَا أَذَّنَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: قُلْ فِي أَثَرَهَا أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قُلْ كَمَا أَمَرَكَ عُمَرُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 362: Bundar menceritakan kepada kami, Abu Bakar menceritakan kepada kami —maksudnya adalah Al Hanafi— (45/1) Abdullah bin Nafi’ menceritakan kepada kami, dari ayahnya dari Ibnu Umar, sesungguhnya Bilal melantunkan kalimat adzan pertama kali; Asyahadu Anla Ilaha Illallah, Hayya Ala Shalah (Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah SWT. Marilah melaksanakan shalat) Umar berkata kepadanya, “Katakanlah! —di dalam haditsnya disebutkan—, Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ’Katakanlah sebagaimana yang diperintahkan oleh Umar kepadamu’.”
صحيح ابن خزيمة ٣٦٣: نا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأُمَوِيُّ، نا أَبِي، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا أَصْبَحْنَا أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِالرُّؤْيَا، فَقَالَ: «إِنَّ هَذِهِ الرُّؤْيَا حَقٌّ، فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَإِنَّهُ أَنْدَى - أَوْ أَمَدُّ صَوْتًا - مِنْكَ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا قِيلَ لَكَ فَيُنَادِي بِذَلِكَ» قَالَ: فَفَعَلْتُ فَلَمَّا سَمِعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ نِدَاءَ بِلَالٍ بِالصَّلَاةِ خَرَجَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ وَهُوَ يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ الَّذِي قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَلِلَّهِ الْحَمْدُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 363: Said bin Yahya bin Said Al Umawi mengabarkan kepada kami, Ayahku mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Ishaq mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits, dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid, dari ayahnya, ia berkata, “Ketika kami berada di pagi hari, kami datang menjumpai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku menceritakan kepada beliau mengenai mimpiku, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya mimpi ini benar adanya, maka lakukanlah adzan bersama Bilal, sesungguhnya Bilal memiliki suara yang lebih keras atau lebih indah darimu, lalu ajarkanlah apa yang dikatakan kepadamu, kemudian ia melakukan panggilan dengan kalimat tersebut'.” Ia berkata, “Aku lalu melakukannya. Ketika Umar bin Al Khaththab mendengar panggilan shalat dari Bilal, ia bergegas keluar menemui Rasulullah sambil menarik sorbannya dan berkata, 'Wahai Rasulullah! demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran aku telah bermimpi seperti yang muadzin kumandangkan.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Segala puji bagi Allah ‘481
صحيح ابن خزيمة ٣٦٤: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي خَبَرِ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قُمْ يَا بِلَالُ فَنَادِ بِالصَّلَاةِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 364: Abu Bakar bericata di dalam hadits Nafi', dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bangunlah wahai Bilal” lalu ia mengumandangkan adzan untuk shalat. 482
صحيح ابن خزيمة ٣٦٥: قَالَ أَبُو بَكْرٍ فِي خَبَرِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ إِنَّمَا يَجْتَمِعُ النَّاسُ إِلَيْهِ لِلصَّلَاةِ بِحِينِ مَوَاقِيتِهَا بِغَيْرِ دَعْوَةٍ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 365: Abu Bakar berkata: Dalam hadits Abdullah bin Zaid; Rasulullah saat tiba di kota Madinah, orang-orang telah berkumpul untuk melaksanakan shalat ketika waktu shalat hampir tiba tanpa ada adzan. 483
صحيح ابن خزيمة ٣٦٦: نا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ، نا عَبْدُ الْوَارِثِ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ، عَنْ أَيُّوبَ، ح وَحَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، نا عَبْدُ الْوَهَّابِ، نا أَبُو أَيُّوبَ، ح ثنا بُنْدَارٌ، ثنا عَبْدُ الْوَهَّابِ، نا خَالِدٌ، ح عَنْ مُحَمَّدٍ، غَيْرُ مُفَسَّرٍ وَحَدَّثَنَا أَبُو الْخَطَّابِ، نا بِشْرٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُفَضَّلِ، نا خَالِدٌ، ح وَحَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ، نا هِشَامٌ، عَنْ خَالِدٍ، ح وَحَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، نا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ، كِلَيْهِمَا، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: «أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ، الْأَذَانَ وَيُوتِرَ الْإِقَامَةِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 366: Basyar bin Hilal mengabarkan kepada kami, Abdul Warits —maksudnya Ibnu Said— mengabarkan kepada kami, dari Ayyub, Ha’, Bundar (menceritakan kepada kami), Abdul Wahab mengabarkan kepada kami, Abu Ayub mengabarkan kepada kami, Ha’, Bandar menceritakan kepada kami, Abdul Wahab menceritakan kepada kami, Khalid mengabarkan kepada kami, Ha’, dari Muhammad tanpa ada penafsiran. Abu Al Khaththab menceritakan kepada kami, Bisyr —maksudnya adalah Ibnul Mughaffal— mengabarkan kepada kami, Khalid mengabarkan kepada kami, Ha’, Ziyad bin Ayub menceritakan kepada kami, Hisyam menceritakan kepada kami dari Khalid, Ha’, Muslim Ibnu Junadah menceritakan kepada kami, Waqi' menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Khalid Al Hadzdza', keduanya dari Abu Qilabah dari Anas, ia berkata, “Bilal diperintahkan untuk menggenapkan kalimat Adzan dan mengganjilkan kalimat iqamah.” 484
صحيح ابن خزيمة ٣٦٧: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ، نا الْمُعْتَمِرُ قَالَ: سَمِعْتُ خَالِدًا يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّهُ «حَدَّثَ أَنَّهُمُ الْتَمَسُوا، شَيْئًا يُؤَذِّنُونَ بِهِ عِلْمًا لِلصَّلَاةِ قَالَ فَأُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَيُوتِرَ الْإِقَامَةَ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 367: Muhammad bin Abdul A'la Ash-Shan’ani mengabarkan kepada kami, Al Mu’tamir mengabarkan kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Khalid menceritakan hadits dari Abu Qilabah dari Anas, sesungguhnya ia pernah bercerita, dengannya “Sesungguhnya mereka berpegangan sesuatu, di mana dengannya mereka mengumandangkan adzan sebagai informasi waktu shalat. Ia berkata, “Kemudian Bilal diperintahkan menggenapkan kalimat adzan dan mengganjilkan kalimat iqamah.”485
صحيح ابن خزيمة ٣٦٨: نا بُنْدَارٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ، نا خَالِدٌ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: «لَمَّا كَثُرَ النَّاسُ ذَكَرُوا أَنْ يَعْلَمُوا وَقْتَ الصَّلَاةِ بِشَيْءٍ يَعْرِفُونَهُ، فَذَكَرُوا أَنْ يُنَوِّرُوا نَارًا أَوْ يَضْرِبُوا نَاقُوسًا، فَأُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَيُوتِرَ الْإِقَامَةَ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 368: Bundar mengabarkan kepada kami, Abd Al Wahab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, Khalid mengabarkan kepada kami dari Abu Qilabah dari Anas ia berkata, “Ketika masyarakat (muslim) sudah banyak, mereka mengemukakan agar ada informasi waktu shalat dengan sesuatu yang dapat mereka kenali, lalu mereka mengemukakan agar menyalakan api atau memukul lonceng. Kemudian Bilal diperintahkan untuk menggenapkan kalimat adzan dan mengganjilkan kalimat iqamah.” 486
صحيح ابن خزيمة ٣٦٩: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ، نا رَوْحُ بْنُ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَتِ الصَّلَاةُ إِذَا حَضَرَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَعَى رَجُلٌ فِي الطَّرِيقِ فَنَادَى: " الصَّلَاةُ الصَّلَاةُ الصَّلَاةُ، فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوِ اتَّخَذْنَا نَاقُوسًا؟ قَالَ: «ذَلِكَ لِلنَّصَارَى» قَالَ: فَلَوِ اتَّخَذْنَا بُوقًا قَالَ: «ذَلِكَ لِلْيَهُودِ» قَالَ: فَأُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَيُوتِرَ الْإِقَامَةَ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 369: Muhammad bin Yahya Al Qutha’i mengabarkan kepada kami, Rauh bin Atha' (45-ba’) mengabarkan kepada kami, Khalid Al Hadzdza' menceritakan kepada kami, dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik, ia berkata, “Apabila tiba waktu shalat di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka seorang laki-laki berlari di jalan lalu memanggil-manggil untuk shalat, shalat! shalat, hal tersebut membuat kesulitan bagi masyarakat. Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana seandainya kita menggunakan lonceng.’ Rasulullah menjawab, 'Itu adalah milik orang Nasrani’.Ia berkata, 'Bagaimana seandainya kita menggunakan terompet.’ Nabi menjawab,'Hal tersebut milik orang Yahudi.' Ia berkata, Kemudian Bilal diperintahkan menggenapkan kalimat adzan dan menganjilkan kalimat iqamah'." 487
صحيح ابن خزيمة ٣٧٠: وَأَخْبَرَنَا الْفَقِيهُ الْإِمَامُ أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ الْمُسْلِمِ، نا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَحْمَدَ، أنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو طَاهِرٍ، نا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، نا سَلَمَةُ يَعْنِي ابْنَ الْفَضْلِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَدِمَهَا إِنَّمَا يَجْتَمِعُ النَّاسُ إِلَيْهِ لِلصَّلَاةِ بِحِينِ مَوَاقِيتِهَا بِغَيْرِ دَعْوَةٍ، فَهَمَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَجْعَلَ بُوقًا كَبُوقِ الْيَهُودِ الَّذِي [ص:192] يَدْعُونَ بِهِ لِصَلَوَاتِهِمْ، ثُمَّ كَرِهَهُ، ثُمَّ أَمَرَ بِالنَّاقُوسِ فَنُحِتَ لَيَضْرِبَ بِهِ لِلْمُسْلِمِينَ إِلَى الصَّلَاةِ، فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ أُرِيَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ أَخُو الْحَارِثِ بْنِ الْخَزْرَجِ النِّدَاءَ، فَأَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ طَافَ بِي هَذِهِ اللَّيْلَةَ طَائِفٌ مَرَّ بِي رَجُلٌ عَلَيْهِ ثَوْبَانِ أَخْضَرَانِ يَحْمِلُ نَاقُوسًا فِي يَدِهِ، فَقُلْتُ: يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَبِيعُ هَذَا النَّاقُوسَ؟ فَقَالَ: وَمَا تَصْنَعُ بِهِ؟ قُلْتُ نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلَاةِ، فَقَالَ: أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى خَيْرٍ مِنْ ذَلِكَ؟ قُلْتُ: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: تَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، ثُمَّ اسْتَأْخَرَ غَيْرَ كَثِيرٍ، ثُمَّ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ، وَجَعَلَهَا وِتْرًا، إِلَّا قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَلَمَّا خَبَّرْتُهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَأَلْقِهَا عَلَيْهِ فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ، فَلَمَّا أَذَّنَ بِهَا بِلَالٌ سَمِعَ بِهَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ، وَهُوَ يَقُولُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ مَا رَأَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَلِلَّهِ الْحَمْدُ، فَذَاكَ أَثْبُتُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 370: Al Fakih Al Imam Abu Al Hasan Ali bin Muslim mengabarkan kepada kami, Abdu Al Aziz bin Ahmad mengabarkan kepada kami, Ismail bin Abdurrahman mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Thahir mengabarkan kepada kami, Abu Bakar mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Isa berkata, Salamah —maksudnya adalah Ibnu Fadl— mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika tiba di kota Madinah, orang-orang berkumpul untuk melaksanakan ibadah shalat saat waktu shalat hampir tiba tanpa ada kumandang adzan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkeinginan [menjadikan] terompet sebagai petandanya seperti orang-orang Yahudi yang mengundang untuk melaksanakan shalat dengan terompet mereka, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyukainya. Lalu beliau memerintahkan untuk menggunakan lonceng, kemudian dibuatkanlah lonceng, yaitu dengan dipukul sebagai tanda bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat. Di saat mereka dalam kondisi tersebut, aku melihat Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabih; saudara laki- laki dari Al Harits bin Al Hajraj, melakukan panggilan shalat, kemudian ia mendatangi Rasulullah lalu ia berkata, 'Wahai Rasulullah ada seorang laki-laki yang mengelilingiku pada malam ini,488 ia menggunakan baju hijau dan membawa lonceng di tangannya berpapasan denganku, aku bertanya kepadanya, 'Wahai hamba Allah, apakah engkau menjual lonceng ini?' Ia menjawab, 'Apa yang akan engkau lakukan dengannya?' Aku jawab, 'Akan kami gunakan untuk memanggil sebagai tanda pelaksanaan shalat.' Ia berkata, 'Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari hal tersebut!' Aku berkata, 'Apa itu?' Ia berkata, 'Engkau katakan; Allaahu akbar Allaahu akbar, Allahu Akbar Allaahu akbar, Asyahadu allaa ilaaha illallaah, Asyhadu allaa ilaaha Illallaah, Asyahadu anna Muhammadar- Rasuulullah, Asyhadu anna Muhammadar-Rasuulullah (55/1) Hayya alash-shalaah, Hayya alash-shalaah, Hayya alal falaah, Hayya alal falaah, Allaahu akbar, allaahu akbar la ilaha illallah.' Lalu tidak banyak orang yang terlambat, —karena ada tanda masuknya waktu shalat— beliau kemudian berkata seperti apa yang ia katakan, lantas beliau menjadikannya ganjil kecuali redaksi 'Qad qaamatish-shalaah, Qad qaamatish-shalah, Allaahu akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha Illallaah, ketika aku memberitahu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya itu mimpi yang hak, insya Allah. Lakukanlah bersama Bilal, kemudian ajarkanlah kalimat-kalimat tersebut kepadanya karena ia memiliki suara lebih keras dan lebih indah dari pada kamu." Ketika Bilal mengumandangkan adzan dengan redaksi tersebut, Umar bin Al Khaththab saat itu berada di kediamannya mendengar suara adzan Bilal, lalu ia keluar menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan menarik surbannya, kemudian ia berkata, “Wahai Nabiyullah demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran aku bermimpi sama dengan apa yang ia impikan.” Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Segala puji bagi Allah, hal itu lebih memperkuat.” 489