المستدرك

Al-Mustadrak

Al-Mustadrak #461

المستدرك ٤٦١: مَا حَدَّثَنِيهِ أَبُو عَلِيٍّ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الْإِسْفَرَايِينِيُّ مِنْ أَصْلِ كِتَابِهِ، وَأَنَا سَأَلْتُهُ، ثنا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُبَشِّرٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا شُعَيْبُ بْنُ أَيُّوبَ، ثنا أَبُو أُسَامَةَ، ثنا الْوَلِيدُ بْنُ كَثِيرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، وَمُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْمَاءِ وَمَا يَنُوبُهُ مِنَ الدَّوَابِّ وَالسِّبَاعِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ» . «وَقَدْ صَحَّ وَثَبَتَ بِهَذِهِ الرِّوَايَةِ صِحَّةُ الْحَدِيثِ وَظَهَرَ أَنَّ أَبَا أُسَامَةَ سَاقَ الْحَدِيثَ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ كَثِيرٍ عَنْهُمَا جَمِيعًا، فَإِنَّ شُعَيْبَ بْنَ أَيُّوبَ الصَّرْيَفَيْنِيُّ ثِقَةٌ مَأْمُونٌ، وَكَذَلِكَ الطَّرِيقُ إِلَيْهِ، وَقَدْ تَابَعَ الْوَلِيدَ بْنَ كَثِيرٍ عَلَى رِوَايَتِهِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ يَسَارٍ الْقُرَشِيُّ»

Al Mustadrak 461: Hadits yang diceritakan kepadaku oleh Abu Ali Muhammad bin Ali Al Asfarayini dari kitab aslinya ketika aku menanyakan kepadanya, Ali bin Abdullah bin Mubasysyir Al Wasithi menceritakan kepada kami, Syu’aib bin Ayyub menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami, Al Walid bin Katsir menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair dan Muhammad bin Abbad bin Ja’far, dari Abdullah bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah pernah ditanya tentang air yang sering diminum oleh binatang melata dan binatang buas, lalu Nabi menjawab, “Apabila air mencapai dua qullah maka tidak akan membawa kotoran (tidak najis)” Berdasarkan riwayat ini maka hadits ini shahih. Jelaslah pula bahwa Abu Usamah meriwayatkan hadits ini dari Al Walid bin Katsir, dari keduanya (Muhammad bin Abbad bin Ja’far dan Muhammad bin Ja’far) sekaligus, karena Syu’aib bin Ayyub Ash-Shuraifini merupakan periwayat tsiqah ma'mun. Begitu pula dengan jalur periwayatan yang sampai kepadanya. Hadits Al Walid bin Katsir yang diriwayatkan dari Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair ini diperkuat oleh hadits riwayat Muhammad bin Ishaq bin Yasar Al Qurasyi.

Al-Mustadrak #462

المستدرك ٤٦٢: حَدَّثَنَاهُ أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدِ بْنِ خُلَّيٍ الْحِمْصِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ خَالِدٍ الْوَهْبِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، وَأَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحُسَيْنِ الْقَاضِي، بِمَرْوَ، ثنا الْحَارِثُ بْنُ أَبِي أُسَامَةَ، ثنا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيهِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُئِلَ عَنِ الْمَاءِ يَكُونُ بِأَرْضِ الْفَلَاةِ وَمَا يَنُوبُهُ مِنَ الدَّوَابِّ وَالسِّبَاعِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ الْمَاءُ قَدْرَ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ» . وَهَكَذَا رَوَاهُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ، وَزَائِدَةُ بْنُ قُدَامَةَ، وَحَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، وَيَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، وَسَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ أَخُو حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ، وَأَبُو مُعَاوِيَةَ، وَعَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَدْ حَدَّثَ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ. «وَعَبْدُ اللَّهِ جَمِيعًا بِصِحَّةِ مَا ذَكَرْتُهُ»

Al Mustadrak 462: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya’qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Khalid bin Khallai Al Himshi menceritakan kepada kami, Ahmad bin Khalid Al Wahabi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami. Abdullah bin Al Husain Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Marwa, Al Harits bin Abu Usamah menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq memberitakan (kepada kami) dari Muhammad bin Ja’far bin Az- Zubair, dari Abdullah bin Umar, dari ayahnya —yaitu Ibnu Umar—, dia berkata: Aku pernah mendengar Nabi ditanya tentang air yang berada di daerah padang pasir yang sering didatangi binatang melata dan binatang buas (untuk minum, membuang kotoran, dsb), lalu beliau menjawab, “Jika air itu seukuran dua qullah, maka tidak akan membawa kotoran (yaitu tidak najis)." Demikianlah yang diriwayatkan oleh Sufyan Ats-Tsauri, Zaidah bin Qudamah, Hammad bin Salamah, Ibrahim bin Sa’ad, Abdullah bin Al Mubarak, Yazid bin Zurai’, Sa’id bin Zaid (saudaranya Hammad bin Zaid), Abu Mu’awiyah dan Abdah bin Sulaiman. Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah dan Ubaidillah bin Abdullah. Semua riwayat Abdullah ini shahih sesuai yang aku sebutkan.

Al-Mustadrak #463

المستدرك ٤٦٣: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الْفَقِيهُ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَا: أَنْبَأَ الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ، وَهُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَا: ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ الْمُنْذِرِ بْنِ الزُّبَيْرِ، قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بُسْتَانًا فِيهِ مَقَرُ مَاءٍ فِيهِ جِلْدُ بَعِيرٍ مَيِّتٍ فَتَوَضَّأَ مِنْهُ فَقُلْتُ: أَتَتَوَضَّأُ مِنْهُ وَفِيهِ جِلْدُ بَعِيرٍ مَيِّتٍ؟ فَحَدَّثَنِي عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا لَمْ يُنَجِّسْهُ شَيْءٌ» . هَكَذَا حَدَّثَنَا، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ سُفْيَانَ، وَقَدْ رَوَاهُ عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، وَغَيْرُهُ مِنَ الْحُفَّاظِ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ وَلَمْ يَذْكُرُوا فِيهِ أَوْ ثَلَاثًا

Al Mustadrak 463: Abu Al Walid Al Faqih dan Abu Bakar bin Abdullah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al Hasan bin Sufyan memberitakan (kepada kami), Ibrahim bin Al Hajjaj dan Hudbah bin Khalid menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Ashim bin Al Mundzir bin Az-Zubair, dia berkata: Aku pernah masuk ke perkebunan bersama Ubaidillah bin Abdullah bin Umar, yang terdapat tempat air yang di dalamnya ada kulit unta yang telah mati. Dia lalu berwudhu dengan menggunakan air tersebut. Aku lantas bertanya, "Apakah engkau berwudhu dengan air tersebut, padahal di dalamnya ada kulit unta yang telah menjadi bangkai?" Dia lalu menyebutkan hadits dari ayahnya, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Apabila air mencapai dua qullah atau tiga qullah, maka tidak ada sesuatu pun yang membuatnya najis.” Demikianlah yang telah dituturkan kepada kami dari Al Hasan bin Sufyan. Affan bin Muslim dan para huffazh lainnya meriwayatkan dari Hammad bin Salamah tanpa menyebutkan dalam redaksinya "Atau tiga qullah."

Al-Mustadrak #464

المستدرك ٤٦٤: أَخْبَرَنَا دَعْلَجُ بْنُ أَحْمَدَ السِّجْزِيُّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا بَيَانٌ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءٍ، ثنا حَرْبُ بْنُ شَدَّادٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي عِيَاضٌ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ فَقُلْتُ: أَحَدُنَا يُصَلِّي فَلَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى، قَالَ: فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى، فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ وَإِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الشَّيْطَانُ فَقَالَ: إِنَّكَ أَحْدَثْتَ فَلْيَقُلْ كَذَبْتَ إِلَّا مَا وَجَدَ رِيحًا بِأَنْفِهِ أَوْ سَمِعَ صَوْتًا بِأُذُنِهِ «.» هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، فَإِنَّ عِيَاضًا هَذَا هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي سَرْحٍ، وَقَدِ احْتَجَّا جَمِيعًا بِهِ وَلَمْ يُخَرِّجَا هَذَا الْحَدِيثَ لِخِلَافٍ مِنْ أَبَانَ بْنِ يَزِيدَ الْعَطَّارِ فِيهِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، فَإِنَّهُ لَمْ يَحْفَظْهُ، فَقَالَ: عَنْ يَحْيَى، عَنْ هِلَالِ بْنِ عِيَاضٍ أَوْ عِيَاضِ بْنِ هِلَالٍ، وَهَذَا لَا يُعَلِّلُهُ الْإِجْمَاعُ، يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَلَى إِقَامَةِ هَذَا الْإِسْنَادِ عَنْهُ، وَمُتَابَعَةِ حَرْبِ بْنِ شَدَّادٍ فِيهِ «. كَذَلِكَ رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الدَّسْتُوَائِيُّ، وَعَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، وَمَعْمَرُ بْنُ رَاشِدٍ وَغَيْرُهُمْ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ. أَمَا حَدِيثُ هِشَامٍ

Al Mustadrak 464: Da’laj bin Ahmad As-Sajzi mengabarkan kepada kami, Ali bin Al Husain menceritakan kepada kami, Bayan menceritakan kepada kami, Abdullah bin Raja' menceritakan kepada kami, Harb bin Syaddad menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Katsir, Iyadh menceritakan kepadaku, dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri tentang salah seorang dari kami yang shalat tapi tidak mengetahui jumlah rakaat yang telah dilaksanakannya?" Dia menjawab, "Rasulullah pernah bersabda kepada kami, 'Apabila salah seorang dari kalian shalat dan tidak tahu jumlah rakaat shalat yang telah dilakukan maka dia hendaknya sujud dua kali dalam keadaan duduk dan apabila syetan mendatangi salah seorang dari kalian lalu berkata, "Kamu telah berhadats", maka dia hendaknya mengatakan, "Kamu bohong", kecuali jika dia mencium angin (kentut) dengan hidungnya atau mendengar suara dengan telinganya.” Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, karena Iyadh di sini adalah putra Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarh, yang digunakan oleh Al Bukhari dan Muslim sebagai hujjah. Tapi keduanya tidak meriwayatkannya karena adanya perselisihan pada Aban bin Yazid Ath-Aththar yang meriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir, karena dia tidak menghapalnya. Dia berkata, "Dari Yahya, dari Hilal bin Iyadh atau Iyadh bin Hilal." Tapi hal ini tidak menjadikan hadits ini ber-illat, karena ada ijmak dari Yahya bin Abi Katsir tentang kelurusan sanad ini. Selain itu, juga karena hadits ini memiliki syahid dari hadits Harb bin Syaddad. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Abu Abdillah Ad-Dastuwa'i, Ali bin Al Mubarak, Ma’mar bin Rasyid, dan periwayat-periwayat lainnya dari Yahya bin Abu Katsir. Hadits Hisyam adalah:

Al-Mustadrak #465

المستدرك ٤٦٥: فَحَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا أَبُو الْمُثَنَّى، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ الْمِنْهَالِ، ثنا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، ثنا هِشَامٌ، عَنْ يَحْيَى، عَنْ عِيَاضٍ، أَنَّهُ سَأَلَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ فَذَكَرَ بِنَحْوِهِ.» وَأَمَّا حَدِيثُ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ.

Al Mustadrak 465: Abu Bakar bin Ishaq menceritakannya kepada kami, Abu Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Minhal menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami, Hisyam menceritakan kepada kami dari Yahya, dari Iyadh, bahwa dia pernah bertanya kepada Abu Sa’id Al Khudri. Lalu dia menyebutkan redaksi yang semakna. Hadits Ali bin Al Mubarak adalah:

Al-Mustadrak #466

المستدرك ٤٦٦: فَأَخْبَرَنَاهُ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَمْدُونَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا سَلَمَةُ بْنُ جُنَادَةَ، ثنا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عِيَاضٍ، فَذَكَرَ بِنَحْوِهِ. وَأَمَّا حَدِيثُ مَعْمَرٍ

Al Mustadrak 466: Muhammad bin Ahmad bin Hamdun mengabarkannya kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Salamah bin Junadah menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai’ menceritakan kepada kami dari Ali bin Al Mubarak, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Iyadh. Selanjutnya dia menyebutkan redaksi hadits yang semakna. Hadits Ma’mar adalah:

Al-Mustadrak #467

المستدرك ٤٦٧: فَأَخْبَرَنَاهُ أَحْمَدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْقَطِيعِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَنْبَأَ مَعْمَرٌ، عَنْ يَحْيَى، عَنْ عِيَاضٍ، فَذَكَرَ بِنَحْوِهِ.» ، قَدِ اتَّفَقَ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَلَى إِخْرَاجِ أَحَادِيثَ مُتَفَرِّقَةٍ فِي الْمُسْنَدَيْنِ الصَّحِيحَيْنِ يُسْتَدَلُّ بِهَا عَلَى أَنَّ اللَّمْسَ مَا دُونَ الْجِمَاعِ مِنْهَا، حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ «فَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ» وَحَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ «لَعَلَّكَ مَسِسْتَ» وَحَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ «أَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ» وَقَدْ بَقِيَ عَلَيْهِمَا أَحَادِيثُ صَحِيحَةٌ فِي التَّفْسِيرِ وَغَيْرِهِ مِنْهَا "

Al Mustadrak 467: Ahmad bin Ja’far Al Qathi’i mengabarkannya kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, Ma’mar memberitakan (kepada kami) dari Yahya, dari Iyadh. Selanjutnya dia menyebutkan redaksi hadits yang semakna. Al Bukhari dan Muslim sepakat meriwayatkan hadits yang berbeda-beda dalam dua Musnad yang keduanya shahih, yang menyimpulkan bahwa menyentuh adalah bukan jima' (bersetubuh), diantaranya: Hadits Abu Hurairah, فَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ "Tangan zinanya adalah menyentuh." Hadits Ibnu Abbas, لَعَلَّكَ مَسِسْتَ "Barangkali kamu telah menyentuh." Hadits Ibnu Mas’ud, أَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ "Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)" Masih banyak lagi hadits-hadits shahih tentang penafsiran dan lain-lainnya, diantaranya:

Al-Mustadrak #468

المستدرك ٤٦٨: مَا حَدَّثَنَاهُ أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، وَأَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ التَّاجِرُ، قَالَا: ثنا السَّرِيُّ بْنُ خُزَيْمَةَ، ثنا الْعَقَبِيُّ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ، ثنا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: «مَا كَانَ يَوْمٌ أَوْ قَلَّ يَوْمٌ إِلَّا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطُوفُ عَلَيْنَا جَمِيعًا فَيُقَبِّلُ وَيَلْمِسُ مَا دُونَ الْوِقَاعِ، فَإِذَا جَاءَ إِلَى الَّتِي هِيَ يَوْمُهَا ثَبَتَ عِنْدَهَا»

Al Mustadrak 468: Abu Ja’far Muhammad bin Shalih bin Hani' dan Abu Abdirrahman Muhammad bin Abdullah At-Tajir menceritakannya kepada kami, keduanya berkata: As-Sari bin Khuzaimah menceritakan kepada kami, Al Aqabi menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Abu Az-Zinad menceritakan kepada kami, Hisyam bin Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Aisyah, dia berkata, “Tidak sehari pun atau kurang dari sehari pun kecuali Rasulullah menggilir semua istrinya, mencium dan menyentuh mereka selain jima' (bersetubuh). Apabila telah datang gilirannya (pada salah satu istrinya), maka beliau baru menetap di rumahnya."

Al-Mustadrak #469

المستدرك ٤٦٩: وَمِنْهَا مَا حَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَ الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَضْلِ الْأَسْفَاطِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ {أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ} [النساء: 43] قَالَ: «هُوَ مَا دُونَ الْجِمَاعِ وَفِيهِ الْوُضُوءُ»

Al Mustadrak 469: Diantaranya adalah hadits yang diceritakan kepada kami oleh Abu Bakar bin Ishaq, Al Abbas bin Al Fadhl Al Asfathi memberitakan (kepada kami), Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Al A’masy, dari Amr bin Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah, tentang firman Allah Azza wa Jalla, "Atau menyentuh perempuan” (Qs. An-Nisa [4]: 43) dia berkata, "Maksudnya adalah menyentuh yang selain jima', dan jika itu dilakukan maka harus berwudhu."

Al-Mustadrak #470

المستدرك ٤٧٠: وَمِنْهَا مَا أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَضْلِ بْنِ مُحَمَّدٍ، ثنا جَدِّي، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، قَالَ: «إِنَّ الْقُبْلَةَ مِنَ اللَّمْسِ فَتَوَضَّئُوا مِنْهَا»

Al Mustadrak 470: Diantaranya adalah hadits yang dikabarkan kepadaku oleh Ismail bin Muhammad bin Al Fadhl bin Muhammad, kakekku menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Hamzah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Abdullah, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, bahwa Umar bin Khaththab berkata, “Sesungguhnya mencium termasuk menyentuh, maka berwudhulah jika kalian melakukannya.”