صحيح ابن حبان ٥٢١: أَخْبَرَنَا بَكْرُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيدٍ الطَّاحِيُّ الْعَابِدُ، بِالْبَصْرَةِ، حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ نَصْرٍ، أَخْبَرَنَا أَبِي، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ قُرَّةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ قُرَّةَ بْنِ مُوسَى الْهُجَيْمِيِّ، عَنْ سُلَيْمِ بْنِ جَابِرٍ الْهُجَيْمِيِّ، قَالَ: انْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ مُحْتَبٌ فِي بُرْدَةٍ لَهُ، وَإِنَّ هُدْبَهَا لَعَلَى قَدَمَيْهِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَوْصِنِي، قَالَ: عَلَيْكَ بِاتِّقَاءِ اللهِ، وَلاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَقِي، وَتُكَلِّمَ أَخَاكَ، وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِطٌ، وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ، فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَلاَ يُحِبُّهَا اللَّهُ، وَإِنِ امْرُؤٌ عَيَّرَكَ بِشَيْءٍ يَعْلَمُهُ فِيكَ، فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِشَيْءٍ تَعْلَمُهُ مِنْهُ، دَعْهُ يَكُونُ وَبَالُهُ عَلَيْهِ، وَأَجْرُهُ لَكَ، وَلاَ تَسُبَّنَّ شَيْئًا، قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ دَابَّةً وَلاَ إِنْسَانًا.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكَ بِاتِّقَاءِ اللهِ أَمْرٌ فُرِضَ عَلَى الْمُخَاطَبِينَ كُلِّهِمْ أَنْ يَتَّقُوا اللَّهَ فِي كُلِّ الأَحْوَالِ، وإفْرَاغُ الْمَرْءِ الدَّلْوَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي مِنْ إِنَائِهِ، وَبَسْطُهُ وَجْهَهُ عِنْدَ مُكَالَمَةِ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ فِعْلاَنِ قُصِدَ بِالأَمْرِ بِهِمَا النَّدْبُ وَالإِرْشَادُ قَصْدًا لِطَلَبِ الثَّوَابِ.
Shahih Ibnu Hibban 521: Bakar bin Ahmad bin Sa’id Ath-Thahi Al Abid di Bashrah mengabarkan kepada kami, Nashr bin Ali bin Nashr menceritakan kepada kami, ayahku mengabarkan kepada kami, dari Syu’bah, dari Quwwah bin Khalid, dari Qurrah bin Musa Al Hujaimiy, [dari Salim bin Jabir Al Hujaimi] 296, ia berkata: Aku datang menjumpai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau saat itu sedang memakai kainnya, dan rumbai kainnya berada di atas kedua mata kakinya. Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Nasihatilah aku! Beliau bersabda, “Tetaplah dalam ketakwaan kepada Allah SWT, dan sungguh janganlah sedikitpun kamu meremehkan perbuatan baik, sekalipun (itu berupa) kamu mengosongkan timbamu (untuk kamu isikan) pada wadah untuk di minum. Dan (saat) kamu berbicara kepada saudaramu, (tunjukkanlah) dengan menampakkan wajah yang berseri-seri. Dan takutlah kamu terhadap mengulurkan kain (hingga menyentuh tanah), karena sesungguhnya hal itu merupakan kecongkakan, dan Allah SWT tidak menyukai kecongkakan. Dan jika ada seseorang yang memakimu dengan sesuatu yang ia ketahui pada (keburukan) dirimu, maka janganlah kamu (balas) memakinya dengan sesuatu yang kamu ketahui dari (keburukan) dirinya, tinggalkanlah itu, dan akibatnya biarlah ia yang menanggungnya, sedangkan pahalanya kamu yang akan mendapatkannya, dan sungguh janganlah kamu mencela sesuatu.” Ia lalu berkata, Mulai hari itu, aku tidak pernah lagi mencela binatang maupun mencela manusia.” 297 Abu Hatim RA berkata: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Tetaplah dalam ketakwaan kepada Allah SWT.” Adalah perintah yang wajib atas semua orang berupa ketakwaan kepada Allah SWT di semua keadaan. Adapun mengosongkan timba untuk diisikan pada wadah untuk diminum orang, dan menampakkan wajah yang berseri-seri saat berbicara dengan seseorang, adalah dua perbuatan yang perintahnya dimaksudkan sebagai kesunahan dan petunjuk untuk memperoleh pahala.” [1:9]
صحيح ابن حبان ٥٢٢: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا سَلاَمُ بْنُ مِسْكِينٍ، عَنْ عَقِيلِ بْنِ طَلْحَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو جُرَيٍّ الْهُجَيْمِيُّ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّا قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ فَعَلِّمْنَا شَيْئًا يَنْفَعُنَا اللَّهُ بِهِ، فقَالَ: لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي، وَلَوْ أَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ، وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِطٌ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ، فَإِنَّهُ مِنَ الْمَخِيلَةِ، وَلاَ يُحِبُّهَا اللَّهُ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ، فَلاَ تَشْتُمْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ، فَإِنَّ أَجْرَهُ لَكَ، وَوَبَالَهُ عَلَى مَنْ قَالَهُ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: الأَمْرُ بِتَرْكِ اسْتِحْقَارِ الْمَعْرُوفِ أَمْرٌ قُصِدَ بِهِ الإِرْشَادُ وَالزَّجْرُ عَنْ إِسْبَالِ الإِزَارِ زَجْرُ حَتْمٍ لِعِلَّةٍ مَعْلُومَةٍ وَهِيَ الْخُيَلاَءُ، فَمَتَى عُدِمَتِ الْخُيَلاَءُ، لَمْ يَكُنْ بِإسْبَالِ الإِزَارِ بَأْسٌ وَالزَّجْرُ عَنِ الشَّتِيمَةِ إِذَا شُوتِمَ الْمَرْءُ، زَجْرٌ عَنْهُ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ، وَقَبْلَهُ، وَبَعْدَهُ، وَإِنْ لَمْ يُشْتَمْ.
Shahih Ibnu Hibban 522: Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Khaitsamah menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata: Salam bin Miskin mengabarkan kepada kami, dari Aqil bin Thalhah, ia berkata: Ahmad Abu Juray Al Hujaimy menceritakan kepadaku, ia berkata: Aku datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya kami berasal dari penduduk desa, maka ajarkan kami sesuatu yang dapat bermanfaat bagi kami di sisi Allah SWT Beliau kemudian bersabda, “Sungguh janganlah sedikitpun kamu meremehkan perbuatan baik, sekalipun (itu berupa) kamu mengosongkan timbamu (untuk kamu isikan) pada wadah untuk di minum. Dan (saat) kamu berbicara kepada saudaramu, (tunjukkanlah) dengan menampakkan wajah yang berseri-seri. Dan takutlah kamu terhadap mengulurkan kain (hingga menyentuh tanah), karena sesungguhnya hal itu merupakan kecongkakan, dan Allah SWT tidak menyukai kecongkakan. Dan jika ada seseorang yang memakimu dengan sesuatu yang ia ketahui pada (keburukan) dirimu, maka janganlah kamu (balas) memakinya dengan sesuatu yang kamu ketahui dari (keburukan) dirinya. Maka sesungguhnya pahalanya kamu yang mendapatkannya, dan akibatnya atas orang yang mengatakan (memaki) mu.” 298 Abu Hatim berkata: Perintah meninggalkan meremehkan perbuatan baik adalah perintah yang dimaksudkan sebagai petunjuk (irsyaad). Dan larangan mengulurkan kain adalah larangan yang telah diketahui sebabnya, yaitu suatu bentuk kecongkakan. Saat kecongkakan tidak ada, maka tidak ada pula keburukan dari perbuatan mengulurkan kain299. Dan larangan dari memaki, apabila seseorang dicaci maki, maka pada saat itu juga ia dilarang untuk balas memaki. [2:17]
صحيح ابن حبان ٥٢٣: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْخَطِيبُ، بِالأَهْوَازِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ هَوْذَةَ بْنِ خَلِيفَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ رُسْتُمَ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ، فَإِذَا صَنَعْتَ مَرَقَةً، فَأَكْثِرْ مَاءَهَا، وَاغْرِفْ لِجِيرَانِكَ مِنْهَا.
Shahih Ibnu Hibban 523: Muhammad bin Ya’qub Al Khathib di Al Ahwaz mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdul Malik bin Haudzah bin Khalifah menceritakan kepada kami, ia berkata, Usman bin Umar menceritakan kepada kami, ia berkata, Shalih bin Rustum menceritakan kepada kami, dari Abu Imran Al Jauni, dari Abdullah bin Ash-Shamit, dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, janganlah kamu meremehkan perbuatan baik, sekalipun itu berupa menampakkan wajah berseri-seri saat bertemu dengan saudaramu Apabila kamu membuat sayur, maka perbanyaklah kuah sayurnya, dan sendokkanlah sebagiannya kepada tetanggamu. ”300 [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٢٤: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ مَوْهَبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ حَرْمَلَةَ بْنِ عِمْرَانَ التُّجِيبِيِّ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيَّ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ، أَرَادَ سَفَرًا، فقَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ أَوْصِنِي، قَالَ: اعْبُدِ اللَّهَ لاَ تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، قَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ زِدْنِي، قَالَ: إِذَا أَسَأْتَ، فَأَحْسِنْ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ زِدْنِي، قَالَ: اسْتَقِمْ وَلْيَحْسُنْ خُلُقُكَ.
Shahih Ibnu Hibban 524: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Yazid bin Mauhab menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab menceritakan kepada kami, dari Harmalah bin Imran At-Tujaibi, bahwa Sa’id bin Abu Sa’id Al Maqburi301 menceritakannya dari ayahnya, dari Abdullah bin Amru bin Al Ash, bahwa Mu’adz bin Jabal hendak melakukan perjalanan, maka ia berkata, “Wahai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, nasihatilah aku.” Beliau bersabda, “Sembahlah Allah SWT dan janganlah sedikitpun kamu menyekutukan-Nya.” Mu’adz berkata, “Wahai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tambahkanlah.” Beliau bersabda, “Apabila kamu melakukan dosa, maka (segera iringi) dengan perbuatan baik.” Mu’adz berkata: Wahai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tambahkanlah. Beliau bersabda, “Istiqamahlah dan perbagus akhlakmu.”[3:66]
صحيح ابن حبان ٥٢٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَوْنٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو قُدَيْدٍ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ فَضَالَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى أَكُونُ مُحْسِنًا؟ قَالَ: إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ: أَنْتَ مُحْسِنٌ، فَأَنْتَ مُحْسِنٌ، وَإِذَا قَالُوا: إِنَّكَ مُسِئٌ، فَأَنْتَ مُسِئٌ.
Shahih Ibnu Hibban 525: Muhammad bin Ahmad bin Abu Aun mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Qudaid Ubaidillah bin Fadhalah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, dari Ma’mar, dari Manshur, dari Abu Wa'il, dari Abdullah, ia berkata: Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kapankan aku dapat dikatakan orang yang baik? Beliau menjawab, “Apabila tetanggamu berkata: “Kamu orang baik”, maka kamu adalah orang baik. Dan apabila mereka berkata: “Sesungguhnya kamu orang yang jahat ” maka kamu adalah orang jahat”302 [3: 66]
صحيح ابن حبان ٥٢٦: أَخْبَرَنَا بَكْرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْقَزَّازُ بِالْبَصْرَةِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ وَإِذَا أَسَأْتُ؟ قَالَ: إِذَا سَمِعْتَ جِيرَانَكَ يَقُولُونَ: قَدْ أَحْسَنْتَ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ، وَإِذَا سَمِعْتَهُمْ يَقُولُونَ: قَدْ أَسَأْتَ، فَقَدْ أَسَأْتَ.
Shahih Ibnu Hibban 526: Bakar bin Muhammad bin Abdul Wahab Al Qazzazi di Bashrah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, ia berkata, Ma’mar mengabarkan kepada kami, dari Manshur, dari Abu Wa'il, dari Abdullah, ia berkata, Seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Bagaimanakah (caranya agar) aku dapat mengetahui apakah aku berbuat baik ataukah berbuat jahat?” Beliau menjawab, “Apabila kamu mendengar tetanggamu berkata: “Sungguh kamu telah berbuat kebaikan, ” maka berarti kamu telah berbuat kebaikan. Dan apabila kamu mendengar mereka berkata: “Sungguh kamu telah berbuat jahat, ” maka berarti kamu telah berbuat jahat.” 303 [3:65]
صحيح ابن حبان ٥٢٧: أَخْبَرَنَا الْفَضْلُ بْنُ الْحُبَابِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ؟ فقَالَ رَجُلٌ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ، وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ، وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ.
Shahih Ibnu Hibban 527: Al Fadhl bin Al Hubab mengabarkan kepada kami, ia berkata, Al Qa’nabi menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al ‘Ala', dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang terbaik di antara yang terburuk dari kalian?”Seseorang menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” Beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang kebaikannya (selalu) di nanti (di harapkan) dan (orang lain) aman dari keburukannya. Adapun seburuk-buruk kalian adalah orang yang kebaikannya tidak diharapkan dan (orang lain) tidak aman dari keburukannya”304 [1:2]
صحيح ابن حبان ٥٢٨: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْعَلاَءِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَفَ عَلَى نَاسٍ جُلُوسٍ، فقَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَرِّكُمْ؟ قَالَ: فَسَكَتُوا، قَالَ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، فقَالَ رَجُلٌ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَرِّنَا، قَالَ: خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ، وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ.
Shahih Ibnu Hibban 528: Abu Khalifah mengabarkan kepada kami, ia berkala, Al Qa’nabi menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al Ala’, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di tengah orang- orang yang sedang duduk, beliau lalu bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang orang yang terbaik diantara yang terburuk dari kalian?” Abu Hurairah berkata: Orang-orang terdiam. Hingga beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian seseorang menjawab, Tentu, wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beritahukan kami tentang orang yang terbaik di antara yang terburuk dari kami. Beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang kebaikannya (selalu) dinanti (diharapkan) dan (orang lain) aman dari keburukannya. Adapun kalian adalah orang yang kebaikannya tidak diharapkan dan (orang- orang) tidak aman dari keburukannya” 305 [3:66]
صحيح ابن حبان ٥٢٩: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرِ بْنِ نَوْفَلٍ بِمَرْوَ، بِقَرْيَةِ سِنْجَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ السِّنْجِيُّ، حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا أَبُو زُمَيْلٍ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مَرْثَدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ لَكَ، وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ، وَنَهْيُكَ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلاَلَةِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنِ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ.
Shahih Ibnu Hibban 529: Muhammad bin Nashr bin Naufal di Marwa, di desa Sanaj, mengabarkan kepada kami, Abu Daud As-Sanaji menceritakan kepada kami, An-Nadhr bin Muhammad menceritakan kepada kami, Ikrimah bin Amar menceritakan kepada kami, Abu Zamil menceritakan kepada kami, dari Malik bin Martsad, dari ayahnya, dari Abu Dzar, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu merupakan sedekah untukmu. Ajakanmu untuk berbuat kebaikan dan laranganmu untuk berbuat kemunkaran merupakan sedekah untukmu. Petunjukmu bagi orang yang tersesat di jalan merupakan sedekah untukmu. Menuntunmu bagi orang yang tidak melihat merupakan sedekah untukmu. Menyingkarkan batu, duri, dan tulang dari jalan merupakan sedekah untukmu. Dan mengosongkan timba untuk diisikan pada wadah air saudaramu merupakan sedekah untukmu.” 306
صحيح ابن حبان ٥٣٠: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيدَ الْقَطَّانُ بِالرَّقَّةِ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ بِعَسْقَلاَنَ وَجَمَاعَةٌ، قَالُوا: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ هِشَامٍ الْغَسَّانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ رُوَيْمٍ اللَّخْمِيِّ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ وُصْلَةً لأَخِيهِ الْمُسْلِمِ إِلَى ذِي سُلْطَانٍ فِي مَبْلَغِ بِرٍّ أَوْ تَيْسِيرِ عُسْرٍ أَجَازَهُ اللَّهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ الْقِيَامَةَ عِنْدَ دَحْضِ الأَقْدَامِ.لَفْظُ الْخَبَرِ لاِبْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَهُ الشَّيْخُ.
Shahih Ibnu Hibban 530: Al Husain bin Abdullah bin Yazid Al Qaththan di Ar-Riqqah, Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah, dan segolongan ulama mengabarkan kepada kami, mereka berkata, Ibrahim bin Hisyam Al Ghassani menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku menceritakan kepada kami, dari Urwah bin Ruwaim Al-Lakhmi, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapayang menjadi mediator bagi saudara muslimnya kepada orang yang mempunyai kekuasaan di dalam menyampaikan kebaikan, atau memudahkan kesulitan, maka Allah SWT akan membalasnya berupa (kemudahan) saat melewati Shirath ketika kakinya tergelincir. ”307 Lafazh Hadits milik Ibnu Qutaibah: seperti inilah yang dikatakan syaikh. [1:2]