صحيح ابن حبان ٤٠١: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زُهَيْرٍ بِالْأُبُلَّةِ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا نُوحُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ: كَانَتْ تُصَلِّي خَلْفَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، امْرَأَةٌ حَسْنَاءُ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ، فَكَانَ بَعْضُ الْقَوْمِ يَتَقَدَّمُ فِي الصَّفِّ الأَوَّلِ لأَنْ لاَ يَرَاهَا، وَيَسْتَأْخِرُ بَعْضُهُمْ حَتَّى يَكُونَ فِي الصَّفِّ الْمُؤَخَّرِ، فَكَانَ إِذَا رَكَعَ، نَظَرَ مِنْ تَحْتِ إِبْطِهِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِي شَأْنِهَا: {وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ وَلَقَدْ عَلِمْنَا الْمُسْتَأْخِرِينَ}.
Shahih Ibnu Hibban 401: Muhammad bin Zuhair di Ubullah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Nashru bin Ali Al Jahdhami menceritakan kepada kami, ia berkata, Nuh bin Qais mengabarkan kepada kami, dari Amru bin Malik, dari Abu Al Jauza’, dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, Pernah ada seorang wanita cantik yang selalu berjamaah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagian orang sengaja shalat di shaf pertama agar tidak melihatnya, tetapi ada juga sebagian orang yang sengaja shalat di shaf terakhir agar jika ruku' ia dapat melihat wanta itu dari bawah ketiaknya. Berkenaan dengan kejadian itu, maka Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Dan Sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada-mu dan Sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (daripadamu).”,127 (Qs. AlHijr [15]: 24). [3:59]
صحيح ابن حبان ٤٠٢: أَخْبَرَنَا ابْنُ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ يُكَفِّرُ الْخَطَايَا، وَيَزِيدُ فِي الْحَسَنَاتِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ أَوِ الطُّهُورِ فِي الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى هَذَا الْمَسْجِدِ، وَالصَّلاَةُ بَعْدَ الصَّلاَةِ وَمَا مِنْ أَحَدٍ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا حَتَّى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ، فَيُصَلِّي مَعَ الْمُسْلِمِينَ، أَوْ مَعَ الإِمَامِ، ثُمَّ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ الَّتِي بَعْدَهَا، إِلاَّ، قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ فَإِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ، فَاعْدِلُوا صُفُوفَكُمْ، وَسُدُّوا الْفُرَجَ، فَإِذَا كَبَّرَ الإِمَامُ، فَكَبِّرُوا، فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَائِي، وَإِذَا، قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَخَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ الْمُقَدَّمُ، وَشَرُّ صُفُوفِ الرِّجَالِ الْمُؤَخَّرُ، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ الْمُؤَخَّرُ، وَشَرُّ صُفُوفِ النِّسَاءِ الْمُقَدَّمُ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، إِذَا سَجَدَ الرِّجَالُ، فَاحْفَظْنَ أَبْصَارَكُنَّ مِنْ عَوْرَاتِ الرِّجَالِ. فَقُلْتُ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ: مَا يَعْنِي بِذَلِكَ؟ قَالَ: ضِيقُ الْأُزُرِ.
Shahih Ibnu Hibban 402: Ibnu Khuzaimah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Yahya Muhammad bin Abdurrahim menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Ashim menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Abu Bakar menceritakan kepadaku, dari S a’id bin Al Musayyab, dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah kalian ingin aku tunjukkan kepada kalian sesuatu perbuatan yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan menambah kebaikan-kebaikan? Mereka menjawab, “Apakah itu Wahai Rasulullah SAW?”. Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudhu -atau bersuci- dari najis, memperbanyak melangkahkan kaki ke masjid ini, dan melaksanakan shalat (sunah) setelah shalat (wajib). Tidaklah seseorang yang keluar dari rumahnya (menuju ke masjid) dalam keadaan suci hingga tiba di masjid, kemudian ia melaksanakan shalat bersama orang-orang muslim atau bersama imam (shalat berjamaah), lalu setelah selesai shalat ia menunggu (di dalam masjid) datangnya waktu shalat berikutnya, melainkan malaikat akan berdo ‘a: "Ya Allah ampunilah ia, Ya Allah kasihaniah ia”. Apabila kalian (hendak) melaksanakan shalat (berjamaah), maka luruskanlah shaf-shaf kalian,dan rapatkanlah celah-celah pada shaf. Kemudian jika imam takbir, maka bertakbirlah kalian. Sesungguhnya aku melihat kalian dari belakangku. Dan jika imam mengucap “Sami’allaahu liman hamidah ”, maka ucapkanlah "Rabbanaa wa lakal Hamdu.” Sebaik-baiknya shaf lelaki adalah shaf paling depan, dan seburuk-buruknya adalah shaf paling akhir. Adapun sebaik-baiknya shaf wanita adalah shaf paling belakang, dan seburuk-buruknya adalah shaf paling depan.” Wahai para wanita, apabila orang lelaki sedang sujud, maka jagalah pandangan kalian dari aurat-aurat mereka.”128 Kemudian aku bertanya kepada Abdullah bin Abu Bakar, “Apa yang dimaksud dengan itu?” Ia menjawab, “Aurat yang (mungkin dapat) terlihat sebab ketatnya kain sarung laki-laki yang sedang bersujud.” [3:66]
صحيح ابن حبان ٤٠٣: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ زُهَيْرٍ بِتُسْتُرَ، مِنْ كِتَابِهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ شَبَّةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا كَرِهَ اللَّهُ مِنْكَ شَيْئًا، فَلاَ تَفْعَلْهُ إِذَا خَلَوْتَ.
Shahih Ibnu Hibban 403: Ahmad bin Yahya bin Zuhair di Tustar mengabarkan kepada kami dari kitabnya, ia berkata, Umar bin Syabbah menceritakan kepada kami, ia berkata, Mu'ammal bin Ismail menceritakan kepada kami, ia berkata, Syu’bah menceritakan kepada kami, dari Ziyad bin ‘Ilaqah, dari Usamah bin Syuraik, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Perkara yang Allah SWT benci untuk kamu lakukan, maka janganlah kamu lakukan meskipun dalam keadaan sepi"'29 [2:3]
صحيح ابن حبان ٤٠٤: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ زِيَادِ بْنِ مِينَاءَ، عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ أَبِي فَضَالَةَ الأَنْصَارِيِّ، وَكَانَ مِنَ الصَّحَابَةِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: إِذَا جَمَعَ اللَّهُ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لِيَوْمٍ لاَ رَيْبَ فِيهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلِهِ لِلَّهِ أَحَدًا، فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ.
Shahih Ibnu Hibban 404: Ahmad bin Al Hasan bin Abdul Jabbar mengabarkan kepada kami, ia berkata, Yahya bin Ma’in menceritakan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Bakar menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdul Hamid bin Ja’far menceritakan kepada kami, ia berkata, ayahku menceritakan kepadaku, dari Ziyad bin Mina’, dari Abu Sa’id bin Abu Fudhalah Al Anshari130, dan ia termasuk sahabat, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah SWT mengumpulkan orang-orang mulai dari generasi pertama hingga generasi terakhir (orang yang mengalami hari kiamat tiba, pada hari yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, maka akan ada yang menyeru, “Barangsiapa yang melakukan sekutu di dalam amalannya kepada seseorang selain Allah maka mintalah pahala darinya. Sesungguhnya Allah SWT itu adalah Dzat yang paling tidak mau dipersekutukan.”131 [2:109]
صحيح ابن حبان ٤٠٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدُّورِيُّ بِالْبَصْرَةِ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: بَشِّرْ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِالنَّصْرِ وَالسَّنَاءِ وَالتَّمْكِينِ، فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الآخِرَةِ لِلدُّنْيَا، لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الآخِرَةِ نَصِيبٌ.
Shahih Ibnu Hibban 405: Muhammad bin Ibrahim Ad-Duri132 di Bashrah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ibrahim bin Al Hajjaj As-Sami menceritakan kepada kami, ia berkata Abdul Azis bin Muslim menceritakan kepada kami, dari Ar-Rabi' bin Anas, dari Abu Al Aliyah, dari Ubay bin Ka'ab, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berikanlah umat in khabar gembira dengan adanya kemenangan, keluhuran dan kedudukan. Maka barangsiapa yang melakukan amalan akhirat karena dunia, maka ia di akhirat nanti tidak akan mendapat balasan apapun dari amalannya itu"133 [2:109]
صحيح ابن حبان ٤٠٦: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنَا الْمُلاَئِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جُنْدُبًا، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا غَيْرَهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَدَنَوْتُ قَرِيبًا مِنْهُ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَمَّعَ يُسَمِّعُ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى يُرَائِي اللَّهُ بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 406: Abdullah bin Muhammad Al Azdi mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali menceritakan kepada ka mi,ia berkata, Al Mala’iy mengabarkan kepada kami, ia berkata, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Salamah bin Kuhail, ia berkata, “Aku mendengar Jundub berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dan aku belum pernah mendengar seseorang selainnya yang berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku mendekatinya dengan jarak yang sangat dekat dengannya, kemudian aku dengar ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beramal dengan maksud ingin di dengar orang, maka Allah SWT akan membalasnya dengan memperdengarkan keburukannya. Dan barangsiapa yang beramal dengan maksud ingin dilihat orang, maka Allah SWT akan memperlihatkan134 maksud sebenarnya' 135 [2:109]
صحيح ابن حبان ٤٠٧: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّغُولِيُّ، حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ أَبُو الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ سُمَيْعٍ، عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ سَمَّعَ يُسَمِّعُ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ رَاءَى يُرَائِي اللَّهُ بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 407: Muhammad bin Abdurrahman Ad-Daghuli mengabarkan kepada kami, Muslim bin Al Hujjaj Abu Al Husain menceritakan kepada kami, Umar bin Hafash bin Ghiyats menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, dari Ismail bin Sumai’, dari Muslim Al Bathin, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang beramal dengan maksud ingin didengar orang, maka Allah SWT akan membalasnya dengan memperdengarkan keburukannya. Dan barangsiapa yang beramal dengan maksud ingin di lihat orang, maka Allah SWT akan memperlihatkan maksud sebenarnya. "136 [2:109]
صحيح ابن حبان ٤٠٨: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى، قَالَ: أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، قَالَ: أَنْبَأَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي الْوَلِيدِ أَبُو عُثْمَانَ الْمَدَنِيُّ، أَنَّ عُقْبَةَ بْنَ مُسْلِمٍ، حَدَّثَهُ أَنَّ شُفَيًّا الأَصْبَحِيَّ حَدَّثَهُ، أَنَّهُ دَخَلَ مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، فَإِذَا هُوَ بِرَجُلٍ قَدِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِ النَّاسُ، فقَالَ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: أَبُو هُرَيْرَةَ، قَالَ: فَدَنَوْتُ مِنْهُ حَتَّى قَعَدْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَهُوَ يُحَدِّثُ النَّاسَ، فَلَمَّا سَكَتَ وَخَلاَ، قُلْتُ لَهُ: أَنْشُدُكَ بِحَقِّي لَمَا حَدَّثْتَنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَلْتَهُ وَعَلِمْتَهُ. فقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَفْعَلُ، لَأُحَدِّثَنَّكَ حَدِيثًا حَدَّثَنِيهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَلْتَهُ وَعَلِمْتُهُ، ثُمَّ نَشَغَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَشْغَةً فَمَكَثَ قَلِيلاً، ثُمَّ أَفَاقَ، فقَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكَ حَدِيثًا حَدَّثَنِيهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا وَهُوَ فِي هَذَا الْبَيْتِ مَا مَعَنَا أَحَدٌ غَيْرِي وَغَيْرُهُ، ثُمَّ نَشَغَ أَبُو هُرَيْرَةَ نَشْغَةً أُخْرَى، فَمَكَثَ كَذَلِكَ، ثُمَّ أَفَاقَ، فَمَسَحَ عَنْ وَجْهِهِ، فقَالَ: أَفْعَلُ، لَأُحَدِّثَنَّكَ حَدِيثًا حَدَّثَنِيهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا وَهُوَ فِي هَذَا الْبَيْتِ مَا مَعَهُ أَحَدٌ غَيْرِي وَغَيْرُهُ، ثُمَّ نَشَغَ نَشْغَةً شَدِيدَةً، ثُمَّ مَالَ خَارًّا عَلَى وَجْهِهِ، وَاشْتَدَّ بِهِ طَوِيلاً، ثُمَّ أَفَاقَ، فقَالَ: حَدَّثَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، يَنْزِلُ إِلَى الْعِبَادِ لِيَقْضِيَ بَيْنَهُمْ، وَكُلُّ أُمَّةٍ جَاثِيَةٌ. فَأَوَّلُ مَنْ يَدْعُو بِهِ رَجُلٌ جَمَعَ الْقُرْآنَ، وَرَجُلٌ، يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَرَجُلٌ كَثِيرُ الْمَالِ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِلْقَارِئِ: أَلَمْ أُعَلِّمْكَ مَا أَنْزَلْتُ عَلَى رَسُولِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَمَاذَا عَمِلْتَ فِيمَا عَلِمْتَ؟ قَالَ: كُنْتُ أَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ: كَذَبْتَ وَتَقُولُ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ: كَذَبْتَ، وَيَقُولُ اللَّهُ: بَلْ أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ: فُلاَنٌ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ ذَاكَ، وَيُؤْتَى بِصَاحِبِ الْمَالِ فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ: أَلَمْ أُوَسِّعْ عَلَيْكَ حَتَّى لَمْ أَدَعْكَ تَحْتَاجُ إِلَى أَحَدٍ؟ قَالَ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَمَاذَا عَمِلْتَ فِيمَا آتَيْتُكَ؟ قَالَ: كُنْتُ أَصِلُ الرَّحِمَ وَأَتَصَدَّقُ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ: كَذَبْتَ، وَتَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ لَهُ: كَذَبْتَ، وَيَقُولُ اللَّهُ: بَلْ إِنَّمَا أَرَدْتَ أَنْيُ، قَالَ: فُلاَنٌ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ ذَاكَ. وَيُؤْتَى بِالَّذِي قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَيُقَالُ لَهُ: فِي مَاذَا قُتِلْتَ؟ فَيَقُولُ: أُمِرْتُ بِالْجِهَادِ فِي سَبِيلِكَ، فَقَاتَلْتُ حَتَّى قُتِلْتُ، فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ: كَذَبْتَ، وَتَقُولُ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ: كَذَبْتَ وَيَقُولُ اللَّهُ: بَلْ أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ: فُلاَنٌ جَرِئٌ، فَقَدْ قِيلَ ذَاكَ ثُمَّ ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُكْبَتِي، فقَالَ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أُولَئِكَ الثَّلاَثَةُ أَوَّلُ خَلْقِ اللهِ تُسَعَّرُ بِهِمُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي الْوَلِيدِ: فَأَخْبَرَنِي عُقْبَةُ أَنَّ شُفَيًّا هُوَ الَّذِي دَخَلَ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَأَخْبَرَهُ بِهَذَا الْخَبَرِ. قَالَ أَبُو عُثْمَانَ الْوَلِيدُ وَحَدَّثَنِي الْعَلاَءُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ، أَنَّهُ كَانَ سَيَّافًا لِمُعَاوِيَةَ، قَالَ: فَدَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ، فَحَدَّثَهُ بِهَذَا عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فقَالَ مُعَاوِيَةُ: قَدْ فُعِلَ بِهَؤُلاَءِ مِثْلُ هَذَا، فَكَيْفَ بِمَنْ بَقِيَ مِنَ النَّاسِ؟ ثُمَّ بَكَى مُعَاوِيَةُ بُكَاءً شَدِيدًا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ هَالِكٌ، وَقُلْنَا: قَدْ جَاءَنَا هَذَا الرَّجُلُ بِشَرٍّ، ثُمَّ أَفَاقَ مُعَاوِيَةُ، وَمَسَحَ عَنْ وَجْهِهِ، فقَالَ: صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ {مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَلْفَاظُ الْوَعِيدِ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَنِ كُلُّهَا مَقْرُونَةٌ بِشَرْطٍ، وَهُوَ: إِلاَّ أَنْ يَتَفَضَّلَ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ عَلَى مُرْتَكِبِ تِلْكَ الْخِصَالِ بِالْعَفْوِ وَغُفْرَانِ تِلْكَ الْخِصَالِ، دُونَ الْعُقُوبَةِ عَلَيْهَا وَكُلُّ مَا فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَنِ مِنْ أَلْفَاظِ الْوَعْدِ مَقْرُونَةٌ بِشَرْطٍ، وَهُوَ: إِلاَّ أَنْ يَرْتَكِبَ عَامِلُهَا مَا يَسْتَوْجِبُ بِهِ الْعُقُوبَةَ عَلَى ذَلِكَ الْفِعْلِ، حَتَّى يُعَاقَبَ، إِنْ لَمْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْهِ بِالْعَفْوِ، ثُمَّ يُعْطَى ذَلِكَ الثَّوَابَ الَّذِي وُعِدَ بِهِ مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ الْفِعْلِ
Shahih Ibnu Hibban 408: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hiban bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdullah bin Al Mubarak memberitahukan kepada kami, ia berkata, “Haywatu bin Syuraih memberitahukan kepada kami, ia berkata, “Al Walid bin Abu Al Walid Abu Utsman Al Madini menceritakan kepadaku, bahwa Uqbah bin Muslim menceritakannya, bahwa Syufayyan Al Ashbahi menceritakannya, bahwa ia suatu ketika masuk ke dalam masjid Madinah, tiba-tiba ada seseorang yang sedang di kerumuni orang- orang. Kemudian ia bertanya, “Siapakah orang ini? Mereka menjawab, “Abu Hurairah. Ia berkata, “Lalu aku mendekatinya hingga duduk di hadapannya, dan ia (Abu Hurairah) saat itu sedang bercerita kepada orang-orang. Ketika ia diam dan keadaan sunyi, aku berkata kepadanya, “Aku menyerukan dirimu untuk memberi tahukan sebuah Hadits yang kamu dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu kamu memahami dan mengetahui Hadits itu.” Abu Hurairah menjawab, “Baik akan kuberitahukan kepadamu.” Aku akan memberitahukan sebuah Hadits kepadamu yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang aku pahami dan mengetahuinya.” Lalu, Abu Hurairah menangis dengan tangisan yang cukup keras. Kemudian ia terdiam sebentar dan dia lalu berkata, “Aku akan memberitahukan sebuah Hadits yang diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di rumah ini. Tidak ada seorang pun bersama kami selain diriku dan diri beliau. Lalu, Abu Hurairah kembali menangis dengan tangisan yang cukup keras. Tidak lama kemudian dia mengusap wajahnya. Dia berkata, “Aku akan memberitahukan sebuah Hadits yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika diriku dan beliau berada di rumah ini. Tidak ada orang lain yang bersama kami selain diriku dan beliau”. Lalu Abu Hurairah kembali menangis dengan tangisan yang cukup keras. Dia kembali berkata, “Aku akan memberitahukan sebuah Hadits kepadamu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu sedang bersama beliau di rumah ini. Tidak ada orang lain bersama kami selain diriku dan beliau. Abu Hurairah lalu menangis dengan tangisan yang sangat kencang. Ia lalu tersungkur dengan menjatuhkan wajahnya. Beberapa lamanya aku sandarkan tubuhnya pada tubuhku. Dia lalu sadarkan diri. Ia kembali berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan kepadaku, “Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta 'aala pada hari kiamat akan turun kepada hamba-hamba-Nya untuk menetapkan keputusan di antara mereka. Setiap umat datang dengan membungkuk. Orang pertama yang dipanggil adalah orang yang hafal Al Qur’an, orang yang berjihad di jalan Allah SWT, dan orang yang memiliki banyak harta. Allah SWT lalu bertanya kepada orang yang sering membaca (menghafal) Al Qur'an: Aku telah mengajarkan kepadamu apa yang telah Aku turunkan kepada utusan-Ku? ” Orang itu menjawab, "Benar, wahai Allah SWT". Allah SWT kembali bertanya, "Lantas apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah kamu ketahui?" Dia menjawab, "Aku bangun di waktu malam dan siang hari.” Allah SWT berfirman kepadanya, "Kamu telah berdusta” Malaikat pun berkata kepadanya, "Kamu telah berdusta. ” Allah SWT berfirman, "Kamu hanya ingin dikatakan bahwa kamu adalah seorang pembaca Al Qur 'an yang baik. Dan sebutan itu sudah kau dapatkan. ” Lalu di hadapkan kepada Allah SWT orang yang diberikan harta. Allah SWT berfirman kepadanya, “Bukankah Aku telah melapangkan rezeki bagimu hingga Aku tidak membiarkan dirimu membutuhkan (meminta) kepada orang lain?” Orang itu menjawab: “Benar, wahai Allah SWT. ” Allah SWT bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan dengan apa yang telah Aku anugerahkan kepadamu?" Dia menjawab, “Aku menyambung silaturrahim dan bersedekah. ” Allah SWT berfirman, “Kamu telah berdusta. ” Malaikat berkata kepadanya, “Kamu telah berdusta” Allah SWT berfirman, “Akan tetapi dirimu hanya ingin dikatakan bahwa si fulan (dirimu) adalah orang yang dermawan. Sebutan itu pun telah kau dapatkan. " Lalu, dihadapkan orang yang terbunuh di jalan Allah SWT. Allah SWT lalu bertanya kepadanya: “Karena apa dirimu terbunuh ”?. Dia menjawab: “Aku diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu. Aku telah berperang hingga terbunuh. ” Allah SWT berfirman kepadanya, ‘Kamu telah berdusta. ” Malaikat berkata kepadanya, “Kamu telah berdusta,” Allah SWT melanjutkan, “Akan tetapi kamu hanya ingin dikatakan bahwa dirimu adalah orang yang pemberani. Sebutan itu telah kau dapatkan. “ Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu memukul lututku dan bersabda, “Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Allah SWT pertama yang merasakan api neraka pada hari kiamat nanti.”137. Al Walid Abu Utsman berkata, Uqbah bin Muslim mengabarkan kepadaku, bahwa Sufayyan-lah yang masuk menemui Mu’awiyah dan memberitahukan Hadits ini. Abu Utsman mengatakan bahwa dirinya diberitahukan oleh Al ‘Ala bin Abu Hakim bahwa dirinya adalah pembunuh Mu’awiyah. Lalu datang seseorang kepadanya. Dia lalu menceritakan kepadanya Hadits ini dari Abu Hurairah. Mu’awiyah berkata, “Hal seperti ini (siksaan) telah diberikan kepada mereka. Lalu, bagaimana dengan yang lainnya?”. Mu’awiyah kemudian menangis sekeras-kerasnya hingga kami mengira bahwa dirinya telah wafat. Kami berkata, “Orang ini telah datang kepada kami dengan membawa keburukan.” Mu’awiyah lalu sadarkan diri. Dia mengusap wajahnya dan berkata, Maha Benar Allah SWT dan Rasul-Nya (dalam firman-Nya): “ Barangsiapayang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. Huud [11]: 15-16) Abu Hatim RA berkata, “Lafazh-lafazh ancaman di dalam Al Qur’an maupun Hadits selalu di iringi dengan syarat. Adapun syarat itu adalah, “Kecuali Allah SWT memberikan anugerah kepada mereka yang melakukan perkara-perkara itu berupa pemaafan dan ampunan, bukan siksaan. Dan lafazh-lafazh janji138 di dalam Al Qur'an maupun Hadits selalu di iringi dengan syarat. Dan syarat itu adalah: Kecuali orang yang mengeijakan perkara itu memang telah wajib mendapatkan siksaan atas perbuatannya, hingga ia disiksa, jika Allah SWT tidak menganugerahinya sesuatu berupa pemaafan. Kemudian Ia berikan pahala perbuatannya itu sebagaimana yang Ia janjikan bagi orang yang mengerjakannya.” [2:109]
صحيح ابن حبان ٤٠٩: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ صَالِحٍ الْبُخَارِيُّ بِبَغْدَادَ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ أَبَانَ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: صَعِدَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرَ، فَلَمَّا رَقِيَ عَتَبَةً، قَالَ: آمِينَ ثُمَّ رَقِيَ عَتَبَةً أُخْرَى، فقَالَ: آمِينَ ثُمَّ رَقِيَ عَتَبَةً ثَالِثَةً، فقَالَ: آمِينَ ثُمَّ، قَالَ: أَتَانِي جِبْرِيلُ، فقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْتُ: آمِينَ، قَالَ: وَمَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا، فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْتُ: آمِينَ، فقَالَ: وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ: آمِينَ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: فِي هَذَا الْخَبَرِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْمَرْءَ قَدِ اسْتَحَبَّ لَهُ تَرْكُ الاِنْتِظَارِ لِنَفْسِهِ، وَلاَ سِيَّمَا إِذَا كَانَ الْمَرْءُ مِمَّنْ يُتَأَسى بِفِعْلِهِ، وَذَاكَ أَنَّ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمَّا، قَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ بَادَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِأَنْ، قَالَ: آمِينَ وَكَذَلِكَ فِي قَوْلِهِ: وَمَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ، أَوْ أَحَدَهُمَا، فَدَخَلَ النَّارَ، أَبْعَدَهُ اللَّهُ فَلَمَّا، قَالَ لَهُ: وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ فَلَمْ يُبَادِرْ إِلَى قَوْلِهِ: آمِينَ عِنْدَ وُجُودِ حَظِّ النَّفْسِ فِيهِ، حَتَّى، قَالَ جِبْرِيلُ قُلْ: آمِينَ، قَالَ: قُلْتُ: آمِينَ أَرَادَ بِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، التَّأَسِّي بِهِ فِي تَرْكِ الاِنْتِصَارِ لِلنَّفْسِ بِالنَّفْسِ، إِذِ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ هُوَ نَاصِرُ أَوْلِيَائِهِ فِي الدَّارَيْنِ، وَإِنْ كَرِهُوا نُصْرَةَ الأَنْفُسِ فِي الدُّنْيَا.
Shahih Ibnu Hibban 409: Abdullah bin Shalih Al Bukhari di Baghdad mengabarkan kepada kami, Al Hasan bin Ali Al Hulwani menceritakan kepada kami, Imran bin Aban menceritakan kepada kami, Malik bin Al Hasan bin Malik bin Al Huwairits menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam suatu ketika naik ke atas mimbar. Ketika beliau menaiki tangga mimbar, beliau berucap: Amin. Kemudian beliau naik tangga berikutnya dan berucap: Amin. Lalu saat menaiki tangga berikutnya, beliau pun berucap: Amin. Setelah beliau bersabda, “Jibril datang kepadaku, ia berkata, “Wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan, kemudian dosa-dosanya tidak terampuni (karena tidak berpuasa atau beribadah dengan sunguh-sungguh), maka Allah SWT akan menjauhinya". Aku berucap: Amin. Jibril berkata lagi: “ Dan barangsiapa yang (sempat) menemui kedua orang tuanya atau salah seorang darinya (pada masa hidupnya), kemudian ia masuk neraka (karena ia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya atau salah satu darinya), maka Allah SWT akan menjauhinya. ” Aku berucap: Amin. Jibril berkata lagi: “ Barangsiapa yang ketika diucapkan namamu, kemudian ia tidak bershalawat kepadamu, maka Allah SWT akan menjauhinya. Katakanlah wahai Muhammad: “Amin". Lalu aku berucap: Amin.” 139 Abu Hatim berkata, Di dalam Hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa seseorang disunahkan untuk meninggalkan memberikan kedudukan untuk dirinya. Terlebih jika ia termasuk orang yang diikuti tindak tanduknya oleh orang-orang. Maka demikianlah, ketika Jibril berkata kepada Mushthafa shallallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan, kemudian dosa-dosanya tidak terampuni (oleh karena tidak berpuasa atau beribadah dengan sunguh-sungguh), maka Allah SWT akan menjauhinya”. Beliau cepat-cepat berucap: "Amin." Begitu juga ketika Jibril berkata, “Dan barangsiapa yang (sempat) menemui kedua orang tuanya atau salah seorang darinya (pada masa hidupnya), kemudian ia masuk neraka (oleh karena ia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya atau salah satu darinya), maka Allah SWT akan menjauhinya”. Namun, tatkala Jibril berkata, "Barangsiapa yang ketika diucapkan namamu, kemudian ia tidak bershalawat kepadamu, maka Allah SWT akan menjauhinya. Beliau tidak langsung mengucap: Amin, saat terdapat bagian (kebaikan) untuk dirinya di dalamnya, hingga Jibril menyuruh beliau mengucap: Amin. Dan baru beliau berucap: Amin. Dari sini dapat diketahui, bahwa beliau menghendaki untuk memberi contoh di dalam meninggalkan memberikan kemenangan (kedudukan) untuk dirinya dengan dirinya sendiri. Karena Allah SWT adalah Zat yang memberikan pertolongan kepada para kekasih-Nya di dunia maupun di akhirat. Sekalipun mereka tidak senang mendapat pertolongan (kedudukan) diri di dalam dunia. [3:20]
صحيح ابن حبان ٤١٠: أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّاجِرُ بِمَرْوَ، حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَجُلاً أَتَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يُخَاصِمُ أَبَاهُ فِي دَيْنٍ عَلَيْهِ، فقَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ. قَالَ أَبُو حَاتِمٍ: مَعْنَاهُ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، زَجَرَ عَنْ مُعَامَلَتِهِ أَبَاهُ بِمَا يُعَامِلُ بِهِ الأَجْنَبِيِّينَ، وَأَمَرِ بِبِرِّهِ وَالرِّفْقِ بِهِ فِي الْقَوْلِ وَالْفِعْلِ مَعًا، إِلَى أَنْ يَصِلَ إِلَيْهِ مَالُهُ، فقَالَ لَهُ: أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ، لاَ أَنَّ مَالَ الاِبْنِ يَمْلِكُهُ الأَبُ فِي حَيَاتِهِ عَنْ غَيْرِ طِيبِ نَفْسٍ مِنَ الاِبْنِ بِهِ.
Shahih Ibnu Hibban 410: Ishaq bin Ibrahim, seorang pedagang di Marwa, mengabarkan kepada kami, Hushain bin Al Mutsanna Al Maruzi menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Musa menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Kaisan, dari ‘Atha', dari Aisyah RA, bahwa seseorang pernah datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengadukan pertengkarannya dengan ayahnya mengenai hutang ayahnya terhadap dia. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu” 140 Abu Hatim berkata, “Maknanya adalah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mencegah untuk bermuamalah dengan ayahnya, seperti mu 'amalah yang ia lakukan kepada orang lain. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga memerintahkan untuk bersikap baik dan lembut kepada ayahnya baik dengan perkataannya dan juga perbuatannya hingga hartanya dapat sampai kepada ayahnya. Maka beliau bersabda kepada anak (lelaki tersebut): “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu. Bukan juga berarti bahwa seluruh harta anak berhak dimiliki oleh ayah141 sepenuhnya sepanjang hidupnya dengan cara yang tidak baik terhadap anaknya. [3:42]