صحيح ابن حبان ١٤١١: أَخْبَرَنَا ابْنُ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الصَّبَّاحِ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي يَعْقُوبَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ مَا اسْتَتَرَ بِهِ هَدَفٌ أَوْ حَائِشُ نَخْلٍ.
Shahih Ibnu Hibban 1411: Ibnu Khuzaimah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Al Hasan bin Muhammad bin Ash-Shabbah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Zaid bin Harun telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Mahdi bin Maimun telah mengabarkan kepada kami sebuah hadits dari Muhammad bin Abu Ya’qub dari Al Hasan bin Sa’ad321 dari Abdullah bin Ja’far, ia berkata, “Sesuatu yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk dijadikan penutup adalah gundukan tanah yang tinggi atau pohon kurma yang lebat dan rimbun.” 322 [8:5]
صحيح ابن حبان ١٤١٢: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْعَبْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ أَبِي يَعْقُوبَ، يُحَدِّثُ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ، قَالَ: رَكِبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَغْلَتَهُ وَأَرْدَفَنِي خَلْفَهُ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَبَرَّزَ كَانَ أَحَبَّ مَا تَبَرَّزَ إِلَيْهِ هَدَفٌ يَسْتَتِرُ بِهِ، أَوْ حَائِشُ نَخْلٍ، قَالَ: فَدَخَلَ حَائِطًا لِرَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ.
Shahih Ibnu Hibban 1412: Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Muhammad bin Abdul Karim Al Abdi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Wahab bin Jarir telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Muhammad bin Abu Ya’qub menceritakan sebuah hadits dari Al Hasan bin Sa’ad dari Abdullah bin Ja’far, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengendarai Baghal (peranakan kuda dengan keledai) miliknya. Aku mengikutinya di belakangnya. Dan adalah Rasulullah, apabila hendak buang air besar, maka tempat buang air yang paling beliau sukai adalah gundukan tanah tinggi yang bisa beliau jadikan penutup, atau pohon kurma yang lebat. Abdullah bin Ja’far melanjutkan, “Lalu beliau masuk ke pagar milik seorang laki-laki dari golongan Anshar.” 323 [1:4]
صحيح ابن حبان ١٤١٣: أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ الْقَيْسِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا دَخَلَ الْخَلاَءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ.
Shahih Ibnu Hibban 1413: Imran bin Musa bin Musyaji’ telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hudbah bin Khalid Al Qaisi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammam bin Yahya telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Ibnu Juraij dari Az-Zuhri dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki tempat buang air, beliau meletakkan cincinnya.” 324 [8:5]
صحيح ابن حبان ١٤١٤: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَوْنٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ التِّرْمِذِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ ثُمَامَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ نَقْشُ خَاتَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَةَ أَسْطُرٍ مُحَمَّدٌ سَطْرٌ، وَرَسُولُ سَطْرٌ، وَاللَّهِ سَطْرٌ.
Shahih Ibnu Hibban 1414: Muhammad bin Ahmad bin Abu Aun telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Al Hasan At-Tirmidzi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al Anshari telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku sebuah hadits dari Tsumamah dari Anas bin Malik, ia berkata, “Ukiran pada cincin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ada tiga baris, Muhammad” satu baris, “Rasul” satu baris, dan “Allah” satu baris.”325 [8:5]
صحيح ابن حبان ١٤١٥: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، مَوْلَى ثَقِيفٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ، قَالُوا: وَمَا اللَّعَّانَانِ؟ قَالَ: الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طُرُقِ النَّاسِ وَأَفْنِيَتِهِمْ.
Shahih Ibnu Hibban 1415: Muhammad bin Ishaq, pemimpin Tsaqif, telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Al Walid bin Syuja’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Isma’il bin Ja’far telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Al Ala bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Hindarilah dua orang yang mendapat laknat!”. Mereka bertanya, “Siapakah dua orang yang mendapat laknat?”. Beliau menjawab, “Orang yang buang air di jalan-jalan (yang dilewati) manusia dan di halaman-halaman rumah mereka”.”326 [3:2]
صحيح ابن حبان ١٤١٦: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي السَّرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ، وَلاَ يَسْتَدْبِرْهَا بِغَائِطٍ وَلاَ بَوْلٍ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا.قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: فَلَمَّا قَدِمْنَا الشَّامَ وَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ نَحْوَ الْقِبْلَةِ، فَكُنَّا نَنْحَرِفُ عَنْهَا وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.
Shahih Ibnu Hibban 1416: Muhammad bin Al Hasan bin Qutaibah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ibnu Abu As-Sari telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdurrazzaq telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ma’mar telah mengabarkan kepada kami sebuah hadits dari Az-Zuhri dari Atha bin Yazid dari Abu Ayyub Al Anshari bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian datang ke tempat buang air besar, maka janganlah ia menghadap ke kiblat dan jangan membelakanginya. Akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat (karena letak Madinah di sebelah utara Kabah, - pen).” Abu Ayyub berkata, “Ketika kami datang ke Syam, kami mendapati toilet-toilet dibangun menghadap ke kiblat.”327 Kami berpaling dan beristighfar (memohon ampun) kepada Allah SWT.” 328 [11:2]
صحيح ابن حبان ١٤١٧: أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، عَنْ مَعْمَرٍ، وَالنُّعْمَانِ بْنِ رَاشِدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ بِبَوْلٍ، وَلاَ غَائِطٍ، وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا.قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: فَقَدِمْنَا الشَّامَ، فَإِذَا مَرَاحِيضُ قَدْ صُنِعَتْ نَحْوَ الْقِبْلَةِ.وَقَالَ النُّعْمَانُ: فَإِذَا مَرَافِيقُ قَدْ صُنِعَتْ نَحْوَ الْقِبْلَةِ، قَالَ أَبُو أَيُّوبَ: فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ.قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَوْلَهُ: شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا لَفْظَةُ أَمْرٍ تُسْتَعْمَلُ عَلَى عُمُومِهِ فِي بَعْضِ الأَعْمَالِ، وَقَدْ يَخُصُّهُ خَبَرُ ابْنِ عُمَرَ بِأَنَّ هَذَا الأَمْرَ قُصِدَ بِهِ الصَّحَارِي دُونَ الْكُنُفِ وَالْمَوَاضِعِ الْمَسْتُورَةِ، وَالتَّخْصِيصُ الثَّانِي الَّذِي هُوَ مِنَ الإِجْمَاعِ أَنَّ مَنْ كَانَتْ قِبْلَتُهُ فِي الْمَشْرِقِ أَوْ فِي الْمَغْرِبِ عَلَيْهِ أَنْ لاَ يَسْتَقْبِلَهَا وَلاَ يَسْتَدْبِرَهَا بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ، لأَنَّهَا قِبْلَتُهُ، وَإِنَّمَا أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ أَوْ يَسْتَدْبِرَ ضِدَّ الْقِبْلَةِ عِنْدَ الْحَاجَةِ.
Shahih Ibnu Hibban 1417: Abu Ya’la telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ibrahim bin Hajjaj As-Sami telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Wuhaib telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Ma’mar dari An-Nu’man bin Rasyid dari Az-Zuhri dari Atha bin Yazid dari Abu Ayyub Al Anshari bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian menghadap kiblat saat kencing dan buang air, dan jangan membelakanginya. Akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat (karena letak Madinah di sebelah utara Kabah, -penerf)." Abu Ayyub berkata, “Kami datang ke Syam. Ternyata kami mendapati toilet-toilet dibangung menghadap ke kiblat.” An-Nu’man berkata, “Ternyata, kamar-kamar mandinya dibangun menghadap ke kiblat.” Abu Ayyub berkata, “Kami berpaling dan beristighfar kepada Allah SWT.” .”329 [28:1] Abu Hatim RA. berkata, “Sabda beliau شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا adalah lafazh perintah yang dipergunakan secara umum pada sebagian kegiatan (maksudnya buang air dan kencing). Lafazh ini dibatasi keumumannya oleh hadits Ibnu Umar yang menjelaskan bahwa perintah ini dimaksud saat seseorang buang air di padang pasir (lapangan terbuka), bukan di jamban atau tempat-tempat tertutup. 330 Takshish pengkhususan kedua bersumber dari ijma ’ (kesepakatan ulama) yang menyatakan bahwa orang yang kiblatnya menghadap ke arah timur atau barat, ia tidak boleh menghadap atau membelakangi arah itu saat buang air atau kencing, karena arah itu adalah arah kiblatnya. Yang diperintahkan kepadanya adalah menghadap atau membelakangi lawan dari arah kiblatnya saat buang air besar. 331
صحيح ابن حبان ١٤١٨: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَجَّاجِ السَّامِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيِّ، وَإِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ، وَعُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنْ عَمِّهِ وَاسِعِ بْنِ حَبَّانَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: رَقِيتُ فَوْقَ بَيْتِ حَفْصَةَ، فَإِذَا أَنَا بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا عَلَى مَقْعَدَتِهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، مُسْتَدْبِرَ الشَّامِ.
Shahih Ibnu Hibban 1418: Al Hasan bin Sufyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ibrahim bin Al Hajjaj As-Sami telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Wuhaib telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Yahya bin Sa’id Al Anshari, Isma’il bin Umayyah, dan Ubaidillah bin Umar dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Pamannya Wasi’ bin Habban dari Ibnu Umar, ia berkata, “Aku naik ke atas rumah Hafshah. Dan ternyata aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang beijongkok buang air sambil menghadap kiblat dan membelakangi Syam.” 332 [28:1]
صحيح ابن حبان ١٤١٩: أَخْبَرَنَا أَبُو خَلِيفَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا غَوْثُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ زِيَادٍ الْمِصْرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ جَزْءٍ الزُّبَيْدِيِّ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ، فَدَعَا بِطَسْتٍ، وَقَالَ لِلْجَارِيَةِ: اسْتُرِينِي، فَسَتَرَتْهُ، فَبَالَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى أَنْ يَبُولَ أَحَدُكُمْ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ.
Shahih Ibnu Hibban 1419: Abu Khalifah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Al Walid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ghauts333 bin Sulaiman bin Ziyad Al Mashri telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Kami masuk ke rumah Abdullah bin Al Harits bin Jaz’i Az- Zubaidi pada hari Jum’at. Saat itu ia minta dibawakan bejana. Ia berkata kepada hamba sahaya wanitanya, “Tutup (pintu jambanku).”Kemudian sang hamba sahaya menutupnya. Lalu ia kencing di dalamnya.”Setelah itu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, melarang salah seorang dari kalian kencing menghadap kiblat.” 334 [1:4]
صحيح ابن حبان ١٤٢٠: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ النَّاقِدُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبَانُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَنْهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ أَوْ نَسْتَدْبِرَهَا بِفُرُوجِنَا إِذَا أَهْرَقْنَا الْمَاءَ، قَالَ: ثُمَّ رَأَيْتُهُ قَبْلَ مَوْتِهِ بِعَامٍ يَبُولُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ.
Shahih Ibnu Hibban 1420: Al Hasan bin Sufyan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Amr bin Muhammad An-Naqid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ya’qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Ayahku telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishaq, ia berkata, Aban bin Shalih telah menceritakan kepadaku sebuah hadits dari Mujahid dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melarang kami menghadap kiblat atau membelakanginya dengan kemaluan kami apabila kami sedang buang air.’’Jabir berkata, “Kemudian aku melihat satu tahun sebelum wafatnya, beliau buang air kecil dengan menghadap kiblat.” 335 [11:2]