صحيح ابن خزيمة ٩٧١: ثنا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا، وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا، فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا سَفَرٍ قَالَ مَالِكٌ: أَرَى ذَلِكَ كَانَ فِي مَطَرٍ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: لَمْ يَخْتَلِفِ الْعُلَمَاءُ كُلُّهُمْ أَنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي الْحَضَرِ فِي غَيْرِ الْمَطَرِ غَيْرُ جَائِزٍ، فَعَلِمْنَا وَاسْتَيْقَنَّا أَنَّ الْعُلَمَاءَ لَا يُجْمِعُونَ عَلَى خِلَافِ خَبَرٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَحِيحٌ مِنْ جِهَةِ النَّقْلِ، لَا مُعَارِضَ لَهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يَخْتَلِفْ عُلَمَاءُ الْحِجَازِ أَنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي الْمَطَرِ جَائِزٌ، فَتَأَوَّلْنَا جَمْعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَضَرِ عَلَى الْمَعْنَى الَّذِي لَمْ يَتَّفِقِ الْمُسْلِمُونَ عَلَى خِلَافِهِ، إِذْ غَيْرُ جَائِزٍ أَنْ يَتَّفِقَ الْمُسْلِمُونَ عَلَى خِلَافِ خَبَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَرْوُوا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرًا خِلَافَهُ، فَأَمَّا مَا رَوَى الْعِرَاقِيُّونَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ، فَهُوَ غَلَطٌ وَسَهْوٌ، وَخِلَافُ قَوْلِ أَهْلِ الصَّلَاةِ جَمِيعًا، وَلَوْ ثَبَتَ الْخَبَرُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ جَمَعَ فِي الْحَضَرِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ لَمْ يَحِلَّ لِمُسْلِمٍ عَلِمَ صِحَّةَ هَذَا الْخَبَرِ أَنْ يَحْظُرَ الْجَمْعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي الْحَضَرِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ، فَمَنْ يَنْقِلُ فِي رَفْعِ هَذَا الْخَبَرِ بِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا سَفَرٍ وَلَا مَطَرٍ، ثُمَّ يَزْعُمُ أَنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ عَلَى مَا جَمَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَهُمَا، غَيْرُ جَائِزٍ، فَهَذَا جَهْلٌ وَإِغْفَالٌ غَيْرُ جَائِزٍ لِعَالِمٍ أَنْ يَقُولَهُ
Shahih Ibnu Khuzaimah 971: Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami bahwa Malik meriwayatkan kepadanya, dari Abu Az-Zubair Al Makki, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah pernah shalat Zhuhur dan Ashar dengan menggabungkan keduanya serta shalat Maghrib dan Isya juga dengan menggabungkan keduanya ketika tidak dalam keadaan takut atau dalam perjalanan.” Malik berkata, “Aku berpendapat hal itu disebabkan karena hujan." Abu Bakar berkata, “Semua ulama sepakat bahwa menggabungkan antara dua shalat ketika bermukim dan tidak dalam kondisi turun hujan tidak diperbolehkan, dan kita telah mengetahui dan menyetujui bahwa para ulama tidak akan menyepakati perkara yang bertentangan dengan hadits Nabi yang shahih secara penukilan dan tidak menyelisihi apa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan para ulama Hijaz sepakat bahwa menggabungkan antara dua shalat ketika turun hujan itu dibolehkan. Oleh Karena itu, kita selayaknya menakwilkan penggabungan shalat yang dilakukan Nabi ketika bermukim sesuai dengan pemahaman kaum muslimin yang tidak membenarkan pendapat yang bertentangan dengannya, sebab kaum muslimin tidak diperbolehkan bersepakat terhadap sesuatu yang bertentangan dengan hadits Nabi tanpa didasarkan pada hadits Nabi yang menjelaskan perbedaannya. Adapun yang diriwayatkan oleh ahli Irak bahwa Nabi telah menggabungkan shalat ketika berada di Madinah tidak dalam kondisi takut atau pun tidak turun hujan adalah periwayatan yang salah dan hanya mengikuti hawa nafsu serta bertentangan dengan pendapat semua kaum muslimin. Seandainya telah ditetapkan kebenaran hadits dari Nabi bahwa beliau telah menggabungkan shalat ketika berada di tempat tidak dalam kondisi takut atau tidak turun hujan, maka seorang muslim yang mengetahui kebenaran hadits tersebut tidak dibenarkan menjadikan alasan menggabungkan antara dua shalat ketika bermukim tidak dalam kondisi takut atau turun hujan. Siapa pun yang menukil dengan menggunakan riwayat yang marfu' bahwa Nabi telah menggabungkan antara kedua shalat tersebut tidak dalam keadaan takut atau tidak dalam kondisi bepergian atau turun hujan, kemudian ia mengatakan bahwa menggabungkan antara dua shalat sama dengan yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diperbolehkan, maka ini adalah kebodohan dan kekeliruan yang tidak selayaknya dilontarkan oleh seorang ahli ilmu.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٢: ثنا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ كُرَيْبٍ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: أَفَضْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عَرَفَاتٍ، فَلَمَّا انْتَهَى إِلَى جَمْعٍ أَذَّنَ وَأَقَامَ، ثُمَّ صَلَّى الْمَغْرِبَ، ثُمَّ لَمْ يَحِلَّ آخِرُ النَّاسِ حَتَّى أَقَامَ، فَصَلَّى الْعِشَاءَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 972: Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Abdurrahman menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan I kepada kami dari Ibrahim bin Uqbah, dari Kuraib, dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Aku berangkat dari Arafah bersama Rasulullah setelah wukuf, maka ketika tiba di Jama' adzan dan iqamah dikumandangkan, kemudian kami shalat Maghrib. Belum selesai orang-orang yang terakhir (menunaikan shalat), iqamah pun dikumandangkan, maka beliau lantas shalat Isya.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٣: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: خَبَرُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ، حُبِسْنَا يَوْمَ الْخَنْدَقِ عَنِ الصَّلَاةِ، حَتَّى كَانَ هَوِيٌّ مِنَ اللَّيْلِ قَدْ خَرَّجْتُهُ فِي غَيْرِ هَذَا الْمَوْضِعِ، وَفِي الْخَبَرِ أَنَّهُ أَمَرَ بِلَالًا فَأَقَامَ الظُّهْرَ، ثُمَّ أَقَامَ الْعَصْرَ، ثُمَّ أَقَامَ الْمَغْرِبَ، ثُمَّ أَقَامَ الْعِشَاءَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 973: Abu bakar berkata: Hadits riwayat Abdurrahman bin Abu Sa'id Al Khudri dari ayahnya, “Kami pernah terhalang untuk melakukan shalat saat perang Khandak sampai lewat malam hari." Aku telah meriwayatkannya pada tempat yang lain. Di dalam hadits tersebut disebutkan, "Beliau memerintahkan Bilal, maka ia pun mengumandangkan iqamah untuk shalat Zhuhur, lantas iqamah untuk shalat Ashar, kemudian iqamah untuk shalat Maghrib dan iqamah untuk shalat Isya."
صحيح ابن خزيمة ٩٧٤: نا بُنْدَارٌ، ثنا يَحْيَى، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ حَمْزَةَ الضَّبِّيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا نَزَلَ مَنْزِلًا لَمْ يَرْتَحِلْ حَتَّى يُصَلِّيَ الظُّهْرَ، قُلْتُ: وَإِنْ كَانَ بِنِصْفِ النَّهَارِ؟ قَالَ: وَإِنْ كَانَ بِنِصْفِ النَّهَارِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 974: Bundar menceritakan kepada kami, Yahya menceritakan kepada kami dari Syu'bah, dari Hamzah Adh-Dhabbi, dari Anas bin Malik bahwa apabila Nabi singgah di tempat persinggahan maka beliau tidak meninggalkan tempat tersebut sampai shalat Zhuhur. Aku bertanya, “Meskipun di pertengahan hari?” Ia menjawab, “Meskipun di pertengahan hari.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٥: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَيْمُونٍ بِالْإِسْكَنْدَرِيَّةَ، نا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ الدِّمَشْقِيُّ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَوْبَانَ، حَدَّثَنِي جَابِرٌ قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةٍ، فَكَانَ يُصَلِّي التَّطَوُّعَ عَلَى رَاحِلَتِهِ مُسْتَقْبِلَ الشَّرْقِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ الْمَكْتُوبَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ ثَوْبَانَ نَسَبُهُ إِلَى جَدِّهِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 975: Muhammad bin Abdullah bin Maimun di Iskandariah mengabarkan kepada kami, Al Walid bin Muslim Ad-Dimasyqi menceritakan kepada kami dari Al Auza'i, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Muhammad bin Tsauban, Jabir menceritakan kepada kami, ia berkata, “Kami pernah bersama-sama Nabi di dalam sebuah peperangan, maka beliau shalat sunah di atas kendaraannya sambil menghadap ke arah Timur. Apabila beliau hendak shalat fardhu maka beliau turun dari kendaraannya dan menghadap Kiblat.” Abu Bakar berkata, “Muhammad adalah Ibnu Abdurrahman bin Tsauban yang bemasab kepada kakeknya.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٦: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، نا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، نا الزُّهْرِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، ح وَثنا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ، وَعَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الزُّهْرِيُّ، وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ قَالَ عَلِيٌّ: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، وَقَالَ الْآخَرُونَ: ثنا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، وَهَذَا حَدِيثُ عَبْدِ الْجَبَّارِ قَالَ: سَقَطَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ فَرَسٍ، فَجُحِشَ شِقُّهُ الْأَيْمَنُ، فَدَخَلْنَا نَعُودُهُ، فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ، فَصَلَّى بِنَا قَاعِدًا
Shahih Ibnu Khuzaimah 976: Abdul Jabbar bin Al Ala' menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami, Az- Zuhri menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Anas bin Malik (Ha') Sa'id bin Abdurrahman Al Makhzumi dan Ali bin Khasyram dan Abdullah bin Muhammad Az-Zuhri dan Ahmad bin Abdah menceritakan kepada kami, Ali berkata: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami, dan yang lainnya berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, ia mendengar Anas bin Malik -ini adalah hadits Abdul Jabbar- ia berkata, “Rasulullah pernah terjatuh dari kuda sehingga sisi kanan beliau kejang. Setelah itu kami datang menjenguk beliau. Ketika waktu shalat tiba, beliau pun shalat mengimami kami sambil duduk.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٧: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ المخزومي، وَيُوسُفُ بْنُ مُوسَى قَالَا: ثنا أَبُو دَاوُدَ قَالَ: المخزومي: الْحَفَرِيُّ، وَقَالَ يُوسُفُ: عُمَرُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مُتَرَبِّعًا
Shahih Ibnu Khuzaimah 977: Muhammad bin Abdullah bin Al Mubarak Al Makhzumi dan Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Daud menceritakan kepada kami, Al Makhzumi berkata: Al Hafari dan Yusuf berkata: Umar bin Sa'ad, dari Hafsh bin Ghiyats, dari Humaid, dari Abdullah bin Syaqiq, dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shalat sambil duduk dengan kaki bersilang di bawah paha.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٨: نا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، ثنا وَكِيعٌ، ح وَثنا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكٍ كِلَاهُمَا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ، عَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: كَانَ بِي النَّاصُورُ، فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الصَّلَاةِ، فَقَالَ: «صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَجَالِسًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ» وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى قَالَ: كَانَتْ لِي بَوَاسِيرُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 978: Salim bin Junadah menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami (Ha') Muhammad bin Isa menceritakan kepada kami, Ibnu Al Mubarak mengabarkan kepada kami, keduanya meriwayatkan dari Ibrahim bin Thahman, dari Husain Al Mu'allim, dari Abdullah bin Buraidah, dari Imran bin Hushain, ia berkata, “Aku pernah menderita penyakit Nashur (gangguan pada saluran kencing), maka aku bertanya kepada Nabi tentang shalat, maka beliau menjawab, 'Shalatlah sambil berdiri dan jika kamu tidak mampu maka shalatlah sambil duduk dan jika kamu tidak mampu juga maka shalatlah sambil berbaring dengan sisi tubuhmu'." Muhammad bin Isa berkata, “Ia berkata, 'Aku pernah menderita penyakit bawasir, maka aku mengadukannya kepada Nabi '.”
صحيح ابن خزيمة ٩٧٩: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ، وَثنا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الزَّعْفَرَانِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيُّ، عَنْ مَالِكٍ، وَثنا الرَّبِيعُ قَالَ: قَالَ الشَّافِعِيُّ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ كَانَ إِذَا سُئِلَ عَنْ صَلَاةِ الْخَوْفِ قَالَ: يَقُومُ الْإِمَامُ وَطَائِفَةٌ مِنَ النَّاسِ فَيُصَلِّي بِهِمْ رَكْعَةً، وَتَكُونُ طَائِفَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْعَدُوِّ لَمْ يُصَلُّوا، فَإِذَا صَلَّى الَّذِينَ مَعَهُ رَكْعَةً اسْتَأْخَرُوا مَكَانَ الَّذِينَ لَمْ يُصَلُّوا، وَلَا يُسَلِّمُونَ وَيَتَقَدَّمُ الَّذِينَ لَمْ يُصَلُّوا فَيُصَلُّونَ مَعَهُ رَكْعَةً، ثُمَّ يَنْصَرِفُ الْإِمَامُ، وَقَدْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَيَقُومُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَ الطَّائِفَتَيْنِ فَيُصَلُّونَ لِأَنْفُسِهِمْ رَكْعَةً، فَإِنْ كَانَ خَوْفًا أَشَدَّ مِنْ ذَلِكَ صَلَّوْا رِجَالًا قِيَامًا عَلَى أَقْدَامِهِمْ، وَرُكْبَانًا مُسْتَقْبِلِي الْقِبْلَةَ، أَوْ غَيْرَ مُسْتَقْبِلِيهَا. قَالَ نَافِعٌ: لَا أَرَى ابْنَ عُمَرَ ذَكَرَهُ إِلَّا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Shahih Ibnu Khuzaimah 979: Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami bahwa Malik meriwayatkan kepadanya, Al Hasan bin Muhammad Al Za'farani menceritakan kepada kami, Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami dari Malik: Ar-Rabi' menceritakan kepada kami, ia berkata: Asy-Syafi'i berkata, Malik mengabarkan kepada kami, dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwa apabila dirinya ditanya tentang shalat Khauf maka ia menjawab, “Imam bersama sekelompok orang berdiri kemudian ia shalat mengimami mereka, dan sekelompok lainnya berdiri di antara dirinya dan musuh, sedangkan mereka tidak melakukan shalat. Apabila orang-orang yang bersamanya selesai shalat satu rakaat maka mereka mundur kebelakang untuk menggantikan posisi orang-orang yang belum shalat tanpa mengucapkan salam, kemudian orang-orang yang belum shalat maju kedepan dan shalat bersamanya (imam) satu rakaat, lalu imam menyudahi shalatnya dengan demikian ia telah selesai shalat. Selanjutnya tiap-tiap orang dari kedua kelompok tersebut berdiri dan mengerjakan shalat satu rakaat sendiri-sendiri. Apabila rasa takut melebihi keadaan itu maka shalatlah sambil berjalan kaki atau sambil menaiki kendaraan, menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat.” Nafi' berkata, “Aku berpendapat bahwa Ibnu Umar telah meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”
صحيح ابن خزيمة ٩٨٠: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى الطَّبَّاعُ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ بِهَذَا الْإِسْنَادِ سَوَاءً، وَقَالَ: قَالَ نَافِعٌ: إِنَّ ابْنَ عُمَرَ رَوَى ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 980: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Ishak bin Isa Ath-Thabba' menceritakan kepada kami, Malik mengabarkan kepada kami dengan sanad yang serupa, ia berkata, "Nafi' mengatakan bahwa Ibnu Umar meriwayatkan hadits tersebut dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."