صحيح ابن خزيمة

Shahih Ibnu Khuzaimah

Shahih Ibnu Khuzaimah #961

صحيح ابن خزيمة ٩٦١: أَنَّ يُونُسَ بْنَ عَبْدِ الْأَعْلَى ثنا قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ قَتَادَةَ بْنَ دِعَامَةَ، أَخْبَرَهُ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ، وَرَقَدَ رَقْدَةً بِالْمُحَصَّبِ، ثُمَّ رَكِبَ إِلَى الْبَيْتِ، فَطَافَ بِهِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: ثُمَّ خَرَجَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ لَيْلَتِهِ تِلْكَ مُتَوَجِّهًا نَحْوَ الْمَدِينَةِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 961: Bahwa Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Amr bin Al Harits mengabarkan kepadaku, bahwa Qatadah bin Da'amah telah mengabarkan kepadanya, dari Anas bahwa ia meriwayatkan kepadanya bahwa Rasulullah shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya serta berbaring sejenak di tempat melempar jumrah, kemudian kembali ke Ka'bah dan melakukan thawaf di sekelilingnya. Abu Bakar berkata, “Kemudian pada malam hari itu pula Nabi berangkat menuju Madinah.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #962

صحيح ابن خزيمة ٩٦٢: قَالَ: كَذَلِكَ ثنا بُنْدَارٌ، ثنا أَبُو بَكْرٍ، يَعْنِي الْحَنَفِيَّ، نا أَفْلَحُ قَالَ: سَمِعْتُ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ، فَذَكَرَتْ بَعْضَ صِفَةِ حَجَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَالَتْ: فَأَذِنَ بِالرَّحِيلِ فِي أَصْحَابَهُ، فَارْتَحَلَ النَّاسُ، فَمَرَّ بِالْبَيْتِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ، فَطَافَ بِهِ، ثُمَّ خَرَجَ، فَرَكِبَ، ثُمَّ انْصَرَفَ مُتَوَجِّهًا إِلَى الْمَدِينَةِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: وَلَمْ نَسْمَعْ أَحَدًا مِنَ الْعُلَمَاءِ مِنْ أَهْلِ الْفِقْهِ يَجْعَلُ مَا وَرَاءَ الْبِنَاءِ الْمُتَّصِلُ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ فِي الْمُدُنِ مِنَ الْمُدُنِ، وَإِنْ كَانَ مَا وَرَاءَ الْبِنَاءِ مِنْ حَدِّ تِلْكَ الْمَدِينَةِ، وَمِنْ أَرَاضِيهَا الْمَنْسُوبَةِ إِلَى تِلْكَ الْمَدِينَةِ، لَا نَعْلَمُهُمُ اخْتَلَفُوا أَنَّ مَنْ خَرَجَ مِنْ مَدِينَةٍ يُرِيدُ سَفَرًا، فَخَرَجَ مِنَ الْبُنْيَانِ الْمُتَّصِلُ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ أَنَّ لَهُ قَصْرَ الصَّلَاةِ، وَإِنْ كَانَتِ الْأَرْضُونَ الَّتِي وَرَاءَ الْبِنَاءِ مِنْ حَدِّ تِلْكَ الْمَدِينَةِ وَكَذَلِكَ لَا أَعْلَمُهُمُ اخْتَلَفُوا أَنَّهُ إِذَا رَجَعَ يُرِيدُ بَلْدَةً فَدَخَلَ بَعْضَ أَرَاضِي بَلْدَةٍ، وَلَمْ يَدْخُلِ الْبِنَاءَ، وَكَانَ خَارِجًا مِنْ حَدِّ الْبِنَاءِ الْمُتَّصِلِ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ أَنَّ لَهُ قَصْرَ الصَّلَاةِ مَا لَمْ يَدْخُلْ مَوْضِعَ الْبِنَاءِ الْمُتَّصِلِ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ وَلَا أَعْلَمَهُمُ اخْتَلَفُوا أَنَّ مَنَ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ مِنْ أَهْلِهَا، أَوْ مَنْ قَدْ أَقَامَ بِهَا قَاصِدًا سَفَرًا يَقْصُرُ فِيهِ الصَّلَاةَ، فَفَارَقَ مَنَازِلَ مَكَّةَ، وَجَعَلَ جَمِيعَ بِنَائِهَا وَرَاءَ ظَهْرِهِ وَإِنْ كَانَ بَعْدُ فِي الْحَرَمِ أَنَّ لَهَ قَصْرَ الصَّلَاةِ، فَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ فِي حَجَّتِهِ، فَخَرَجَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ قَدْ فَارَقَ جَمِيعَ بِنَاءِ مَكَّةَ، وَسَارَ إِلَى مِنًى، وَلَيْسَ مِنًى مِنَ الْمَدِينَةِ الَّتِي هِيَ مَدِينَةُ مَكَّةَ، فَغَيْرُ جَائِزٍ مِنْ جِهَةِ الْفِقْهِ إِذَا خَرَجَ الْمَرْءُ مِنْ مَدِينَةٍ - لَوْ أَرَادَ سَفَرًا - بِخُرُوجِهِ مِنْهَا جَازَ لَهُ قَصْرُ الصَّلَاةِ أَنْ يُقَالَ إِذَا خَرَجَ مِنْ بِنَائِهَا هُوَ فِي الْبَلْدَةِ، إِذْ لَوْ كَانَ فِي الْبَلْدَةِ لَمْ يَجُزْ لَهُ قَصْرُ الصَّلَاةِ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْهَا، فَالصَّحِيحُ عَلَى مَعْنَى الْفِقْهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُقِمْ بِمَكَّةَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ إِلَّا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ كَوَامِلَ، يَوْمَ الْخَامِسِ وَالسَّادِسِ وَالسَّابِعِ، وَبَعْضَ يَوْمِ الرَّابِعِ، دُونَ لَيْلِهِ، وَلَيْلَةِ الثَّامِنِة وَبَعْضِ يَوْمِ الثَّامِنِ، فَلَمْ يَكُنْ هُنَاكَ إِزْمَاعٌ عَلَى مُقَامِ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهَا فِي بَلْدَةٍ وَاحِدَةٍ، فَلَيْسَ هَذَا الْخَبَرُ إِذَا تَدَبَّرْتَهُ بِخِلَافِ قَوْلِ الْحِجَازِيِّينَ فِيمَنْ أَزْمَعَ مُقَامَ أَرْبَعٍ، أَنَّهُ يُتِمُّ الصَّلَاةَ؛ لِأَنَّ مُخَالِفِيهِمْ يَقُولُونَ: إِنَّ مَنْ أَزْمَعَ مُقَامَ عَشَرَةِ أَيَّامٍ فِي مَدِينَةٍ، وَأَرْبَعَةِ أَيَّامٍ خَارِجًا مِنْ تِلْكَ الْمَدِينَةِ فِي بَعْضِ أَرَاضِيهَا الَّتِي هِيَ خَارِجَةٌ مِنَ الْمَدِينَةِ عَلَى قَدْرِ مَا بَيْنَ مَكَّةَ وَمِنًى فِي مَرَّتَيْنِ لَا فِي مَرَّةٍ وَاحِدَةٍ، وَيَوْمًا وَلَيْلَةً فِي مَوْضِعٍ ثَالِثٍ مَا بَيْنَ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ كَانَ لَهُ قَصْرُ الصَّلَاةِ، وَلَمْ يَكُنْ هَذَا عِنْدَهُمْ إِزْمَاعًا عَلَى مُقَامِ خَمْسَ عَشْرَةَ عَلَى مَا زَعَمُوا أَنَّ مَنْ أَزْمَعَ مُقَامَ خَمْسَ عَشْرَةَ وَجَبَ عَلَيْهِ إِتْمَامُ الصَّلَاةِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 962: Ia berkata: Begitu pula Bundar menceritakan kepada kami, Abu Bakar -yaitu Al Hanafi- menceritakan kepada kami, Aflah menceritakan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Al Qasim bin Muhammad meriwayatkan dari Aisyah, ia menceritakan tentang sebagian sifat hajinya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, “Rasulullah memerintahkan para sahabatnya berangkat, maka orang-orang berangkat dan beliau menghampiri Ka'bah sebelum waktu Subuh tiba dan thawaf di sekelilingnya, kemudian keluar dan menaiki tunggangannya lalu pergi menuju Madinah.” Abu Bakar berkata, “Kami tidak pernah mendengar salah seorang ulama dari ahli fikih yang menjadikan suatu tempat di luar dari benteng perbatasan suatu kota sebagai bagian dari kota itu, meskipun terdapat sebagian tempat di balik tembok perbatasan kota tersebut yang menjadi daerah perbatasan dan menjadi bagian dari dataran yang dinisbatkan kepadanya. Kami juga tidak mengetahui bahwa mereka telah berbeda pendapat tentang seseorang yang keluar dari suatu kota untuk berpergian melalui benteng perbatasan maka diperbolehkan baginya untuk meng-gashar shalat meskipun daratan yang berada di balik perbatasan itu adalah bagian dari daerah perbatasan kota tersebut. Begitu juga kami tidak mengetahui bahwa mereka telah berbeda pendapat bahwa apabila ia kembali ke suatu negri tertentu dan telah singgah di sebagian daerah negri tersebut namun belum melewati tembok perbatasan serta masih berada di luar batas benteng perbatasan maka ia diperbolehkan untuk meng-qashar shalat selama dirinya belum memasuki daerah yang berada di dalam benteng perbatasan. Kami juga tidak mengetahui bahwa mereka berbeda pendapat bahwa seseorang yang ke luar dari Makkah dari penduduknya atau seseorang yang tinggal di dalamnya dengan tujuan berpergian maka ia diperbolehkan meng-qashar shalat. Dengan demikian orang yang telah meninggalkan tempat-tempat di Makkah dan juga telah meninggalkan daerah perbatasannya meski masih berada di dalam tanah haram boleh meng-qashar shalat. Sesungguhnya Nabi ketika tiba di Makkah di dalam pelaksanaan hajinya maka beliau keluar pada hari tarwiyah dengan meninggalkan semua gedung-gedung perbatasan Makkah dan pergi menuju Mina, sedangkan Mina tidak termasuk bagian dari Makkah. Dari sudut pandang ilmu fikih, apabila seseorang keluar dari suatu kota -apabila ia niat berpergian- maka ia tidak diperbolehkan meng-qashar shalat karena kepergiannya tersebut bertujuan untuk dikatakan, 'Apabila ia telah keluar dari perbatasan maka ia masih berada di kota tersebut'. Sebab apabila ia masih di dalam kota tersebut maka ia tidak diperbolehkan meng-qashar shalat sampai ia keluar darinya. Yang benar menurut pemahaman ilmu fikih bahwa Nabi tinggal di Makkah pada saat haji Wada' hanya tiga hari tiga malam secara keseluruhan, yaitu hari kelima, keenam dan ketujuh serta sebagian hari keempat tanpa malam harinya dan malam kedelapan dengan sebagian harinya. Oleh karena itu, tidak ada keterangan yang menjelaskan tentang ketetapan hati untuk tinggal empat hari empat malam di dalam satu kota dan hadits ini. Apabila Anda melihat dengan seksama maka hal itu tidak bertentangan dengan pendapat ulama Hijaz tentang seseorang yang berketetapan hati untuk tinggal di suatu tempat selama empat hari maka ia diwajibkan melaksanakan shalat dengan sempurna. Karena orang-orang yang berpandangan berbeda mengatakan bahwa orang yang berketetapan hati untuk tinggal di suatu kota selama sepuluh hari, dan selama empat hari berada di luar kota tersebut di sebagian daratannya yang terletak di luar perbatasannya sejauh antara Makkah dan Mina pada dua kesempatan dan bukan pada satu kali kesempatan serta satu hari satu malam pada kesempatan yang ketiga antara Mina dan Arafah maka ia boleh meng-qashar shalat. Permasalahan ini menurut mereka bukanlah termasuk berketetapan hati untuk tinggal selama lima belas hari sebagaimana yang telah ditetapkan bahwa orang yang berketetapan hati untuk tinggal selama lima belas hari wajib mengerjakan shalat dengan sempurna.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #963

صحيح ابن خزيمة ٩٦٣: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، نا سُفْيَانُ قَالَ: سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ، عَوْدًا وَبَدْءًا لَوْ حَلَفْتُ عَلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ سَمِعْتُهُ مِنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 963: Abdul Jabbar bin Al Ala' menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, ia mengatakan bahwa aku mendengar Az-Zuhri mengulangi apabila aku mengambil sumpah darinya seratus kali maka aku telah mendengarnya, dari Salim, dari ayahnya bahwa Nabi apabila benar-benar telah melakukan perjalanan maka beliau menggabungkan antara shalat Maghrib dan Isya.

Shahih Ibnu Khuzaimah #964

صحيح ابن خزيمة ٩٦٤: ثنا يَعْقُوبُ الدَّوْرَقِيُّ، وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، وَيَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ قَالُوا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَقَالَ يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Shahih Ibnu Khuzaimah 964: Ya'qub Ad-Dauraqi dan Sa id bin Abdurrahman serta Yahya bin Hakim menceritakan kepada kami, mereka mengatakan bahwa Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Aku pernah melihat apabila Nabi telah benar-benar melakukan perjalanan maka beliau men-jama ' (menggabungkan) antara shalat Maghrib dan Isya.” Yahya bin Hakim berkata, “Begitulah Rasulullah mengerjakannya.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #965

صحيح ابن خزيمة ٩٦٥: ثنا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، نا قُرَّةُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، ثنا أَبُو الطُّفَيْلِ، ثنا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ قَالَ: جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفْرَةٍ سَافَرَهَا، وَذَلِكَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَجَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ قَالَ: قُلْتُ: مَا حَمَلَهُ عَلَى ذَلِكَ؟ قَالَ: أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ

Shahih Ibnu Khuzaimah 965: Ya'qub bin Ibrahim Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi menceritakan kepada kami, Qurrah bin Abu Az-Zubair menceritakan kepada kami, Abu Ath-Thufail menceritakan kepada kami, Mu'adz bin Jabal menceritakan kepada kami, ia berkata, “Rasulullah pernah men-jama' shalat saat bepergian, yaitu pada saat perang Tabuk. Beliau menggabungkan antara shalat Zhuhur dan Ashar serta antara shalat Maghrib dan Isya.” Perawi berkata, “Aku lalu bertanya, 'Apa yang menyebabkan beliau melakukan hal itu?'.” Ia menjawab, “Beliau ingin agar tidak memberatkan umatnya.”

Shahih Ibnu Khuzaimah #966

صحيح ابن خزيمة ٩٦٦: نا يَعْقُوبُ الدَّوْرَقِيُّ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، نا قُرَّةُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، بِمِثْلِ ذَلِكَ

Shahih Ibnu Khuzaimah 966: Ya'qub Ad-Dauraqi menceritakan kepada kami, Abdurrahman menceritakan kepada kami, Qurrah menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zubair, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas seperti hadits tersebut.

Shahih Ibnu Khuzaimah #967

صحيح ابن خزيمة ٩٦٧: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا، حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ الْمَكِّيِّ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ، أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُمْ، خَرَجُوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ تَبُوكَ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ قَالَ: فَأَخَّرَ الصَّلَاةَ يَوْمًا ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا، ثُمَّ دَخَلَ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءِ جَمِيعًا، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّكُمْ سَتَأْتُونَ غَدَا إِنْ شَاءَ اللَّهُ عَيْنَ تَبُوكَ، وَإِنَّكُمْ لَنْ تَأْتُوا حَتَّى يُضْحِيَ النَّهَارُ، فَمَنْ جَاءَهَا فَلَا يَمَسُّ مِنْ مَائِهَا شَيْئًا حَتَّى آتِيَ» قَالَ: فَجِئْنَاهَا وَقَدْ سَبَقَ إِلَيْهَا رَجُلَانِ، وَالْعَيْنُ مِثْلُ الشِّرَاكِ تَبِضُّ بِشَيْءٍ مِنْ مَاءٍ، فَسَأَلَهُمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ مَسَسْتُمَا مِنْ مَائِهَا شَيْئًا؟» ، فَقَالَا: نَعَمْ، فَسَبَّهُمَا، وَقَالَ لَهُمَا مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ، ثُمَّ غَرَفُوا مِنَ الْعَيْنِ بِأَيْدِيهِمْ قَلِيلًا قَلِيلًا حَتَّى اجْتَمَعَ فِي شَيْءٍ، ثُمَّ غَسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ، ثُمَّ أَعَادَهُ فِيهَا فَجَرَتِ الْعَيْنُ بِمَاءٍ كَثِيرٍ، فَاسْتَقَى النَّاسُ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُوشِكُ يَا مُعَاذُ إِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ أَنْ تَرَى مَا هُنَا قَدْ مُلِئَ جِنَانًا» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي الْخَبَرِ مَا بَانَ وَثَبَتَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، وَهُوَ نَازِلٌ فِي سَفَرِهِ غَيْرُ سَائِرٍ وَقْتَ جَمْعِهِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ؛ لِأَنَّ قَوْلَهُ: أَخَّرَ الصَّلَاةَ يَوْمًا، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا، ثُمَّ دَخَلَ، ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا، تُبَيِّنُ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ رَاكِبًا سَائِرًا فِي هَذَيْنِ الْوَقْتَيْنِ اللَّذَيْنِ جَمَعَ فِيهِمَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، وَبَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَخَبَرُ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيْرُ جَمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ لَيْسَ بِخِلَافِ هَذَا الْخَبَرِ؛ لِأَنَّ ابْنَ عُمَرَ قَدْ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَهُمَا حِينَ جَدَّ بِهِ السَّيْرُ، فَأَخْبَرَ بِمَا رَأَى مِنْ فِعْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ قَدْ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ، وَهُوَ نَازِلٌ فِي الْمَنْزِلِ غَيْرُ سَائِرٍ، فَخَبَّرَ بِمَا رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَهُ، فَالْجَمْعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ إِذَا جَدَّ بِالْمُسَافِرِ السَّيْرُ جَائِزٌ، كَمَا فَعَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَذَلِكَ جَائِزٌ لَهُ الْجَمْعُ بَيْنَهُمَا، وَإِنْ كَانَ نَازِلًا لَمْ يَجِدَّ بِهِ السَّيْرُ كَمَا فَعَلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَمْ يَقُلِ ابْنُ عُمَرَ إِنَّ الْجَمْعَ بَيْنَهُمَا غَيْرُ جَائِزٍ إِذَا لَمْ يَجِدَّ بِهِ السَّيْرُ لَا أَثَرًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ، وَلَا مُخْبِرًا عَنْ نَفْسِهِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 967: Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami bahwa Malik meriwayatkan kepadanya, dari Abu Az-Zubair Al Makki, dari Abu Thufail Amir bin Watsilah bahwa Mu'adz bin Jabal mengabarkan kepadanya bahwa mereka (para sahabat) pergi bersama Rasulullah pada perang Tabuk dan saat itu Rasulullah men-jama' antara shalat Zhuhur dan Ashar serta antara shalat Maghrib dan Isya. Perawi berkata, “Di suatu hari beliau mengakhirkan shalat, kemudian keluar dan shalat dengan men-jama' antara Zhuhur dan Ashar, lalu beliau masuk kemudian keluar dan shalat dengan men-jama' antara shalat Maghrib dan Isya secara keseluruhan, lalu bersabda, “Sesungguhnya besok hari insya Allah kamu akan tiba di mata air Tabuk dan kamu tidak akan tiba di tempat tersebut kecuali menjelang waktu Dhuha, barangsiapa tiba di tempat itu maka ia hendaknya tidak mengambil airnya sedikit pun sampai aku tiba” Perawi berkata, “Kemudian kami tiba di tempat itu dan dua orang telah tiba terlebih dahulu, sedangkan mata airnya bagaikan tali sepatu yang mengeluarkan sedikit air, lalu Rasulullah bertanya kepada keduanya, 'Apakah kamu berdua mengambil airnya?' keduanya menjawab, 'Ya.' Beliau kemudian menegur keduanya dan melontarkan perkataan yang hanya Allah yang Maha Mengetahuinya kepada mereka berdua. Setelah itu para sahabat mengambil air dari mata air tersebut dengan tangan mereka sedikit demi sedikit sehingga terkumpul pada satu tempat, lalu Rasulullah membasuh muka dan kedua tangannya dan mengembalikan air itu ke dalamnya. Tak lama kemudian mata air itu memancarkan air yang deras dan orang- orang pun mengambil air darinya. Selanjutnya itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Hampir-hampir wahai Mu'adz, seandainya kamu diberikan kehidupan yang panjang niscaya kamu akan menyaksikannya dipenuhi dengan sumber air yang melimpah'.” Abu Bakar berkata, “Di dalam hadits ini terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa Nabi telah men-jama' antara shalat Zhuhur dan Ashar serta antara shalat Maghrib dan Isya ketika bepergian di saat beliau singgah dan bukan di saat sedang dalam perjalanan tatkala beliau menggabungkan antara ke dua shalat tersebut. Sebab perkataannya 'Satu hari beliau mengakhirkan shalat, kemudian keluar dan shalat dengan menggabungkan antara shalat Zhuhur dan Ashar secara keseluruhan, lalu masuk kemudian keluar dan shalat dengan menggabungkan antara shalat Maghrib dan Isya secara keseluruhan' menjelaskan bahwa beliau tidak dalam perjalanan di saat tiba kedua waktu shalat tersebut yang digabungkan pada keduanya antara shalat Maghrib dan Isya serta antara shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan hadits riwayat Ibnu Abbas bahwa apabila Nabi benar-benar telah berada di dalam perjalanan maka beliau menggabungkan antara dua shalat tidak bertentangan dengan hadits ini, sebab Ibnu Abbas melihat Nabi menggabungkan kedua shalat itu ketika beliau benar-benar sedang melakukan perjalanan. Oleh karena itu, ia mengabarkan apa yang dilihatnya dari perbuatan Nabi tersebut. Adapun Mu'adz bin Jabal melihat Nabi menggabungkan antara dua shalat ketika beliau singgah di tempat persinggahan dan tidak sedang melakukan perjalanan, maka ia mengabarkan apa yang dilihatnya Nabi mengerjakannya. Maka, menggabungkan antara dua shalat diperbolehkan bagi seorang yang berpergian apabila ia telah benar-benar didalam perjalanannya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia juga boleh menggabungkan antara keduanya saat singgah dan tidak dalam kondisi bepergian sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu Umar tidak berkata, 'Sesungguhnya menggabungkan antara keduanya tidak diperbolehkan kecuali apabila benar-benar dalam perjalanan'. Tidak ada hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan juga dari dirinya sendiri."

Shahih Ibnu Khuzaimah #968

صحيح ابن خزيمة ٩٦٨: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّدَفِيُّ، أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ عُقَيْلِ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ، مِثْلَ حَدِيثِ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ يَعْنِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَجَّلَ بِهِ السَّيْرُ يَوْمًا جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ، وَإِذَا أَرَادَ السَّفَرَ لَيْلَةً جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ، يُؤَخِّرُ الظُّهْرَ إِلَى أَوَّلِ وَقْتِ الْعَصْرِ، فَيَجْمَعُ بَيْنَهُمَا وَيُؤَخِّرُ الْمَغْرِبَ، حَتَّى يَجْمَعَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْعِشَاءِ حِينَ يَغِيبُ الشَّفَقُ

Shahih Ibnu Khuzaimah 968: Yunus bin Abdul A'la Ash-Shadafi menceritakan kepada kami, Jabir bin Ismail mengabarkan kepadaku dari Aqil bin Khalid, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik seperti hadits riwayat Ali bin Husain, yaitu bahwa apabila Nabi tergesa-gesa dalam perjalanannya pada siang hari maka beliau men-jama' antara shalat Zhuhur dan Ashar dan apabila beliau ingin bepergian pada malam hari maka beliau men-jama' antara shalat Maghrib dan Isya. Beliau kemudian mengakhirkan waktu shalat Zhuhur sampai tiba awal waktu shalat Ashar lalu menggabungkan keduanya dan mengakhirkan waktu shalat Maghrib sehingga beliau dapat menggabungkannya dengan shalat Isya ketika mega merah telah tenggelam.

Shahih Ibnu Khuzaimah #969

صحيح ابن خزيمة ٩٦٩: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْأَشَجُّ قَالَا: ثنا أَبُو خَالِدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ نَافِعٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، وَحَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، وَمُسَاحِقِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: فَغَابَتِ الشَّمْسُ، فَقِيلَ لِابْنِ عُمَرَ: الصَّلَاةُ قَالَ: فَسَارَ، فَقِيلَ لَهُ: الصَّلَاةُ، فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَجَّلَ بِهِ السَّيْرُ أَخَّرَ هَذِهِ الصَّلَاةَ، وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أُؤَخِّرَهَا قَالَ: فَسِرْنَا حَتَّى نِصْفِ اللَّيْلِ، أَوْ قَرِيبًا مِنْ نِصْفِ اللَّيْلِ قَالَ: فَنَزَلَ، فَصَلَّاهَا. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فِي هَذَا الْخَبَرِ وَخَبَرِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَنَسٍ مَا بَانَ وَثَبَتَ أَنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ فِي وَقْتِ الْعَصْرِ، وَبَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي وَقْتِ الْعِشَاءِ بَعْدَ غَيْبُوبَةِ الشَّفَقِ جَائِزٌ لَا عَلَى مَا قَالَ بَعْضُ الْعِرَاقِيِّينَ: إِنَّ الْجَمْعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ أَنْ يُصَلَّى الظُّهْرُ فِي آخِرِ وَقْتِهَا وَالْعَصْرُ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا، وَالْمَغْرِبُ فِي آخِرِ وَقْتِهَا قَبْلَ غَيْبُوبَةِ الشَّفَقِ، وَكُلُّ صَلَاةٍ فِي حَضَرٍ وَسَفَرٍ عِنْدَهُمْ جَائِزٌ أَنْ يُصَلَّى عَلَى مَا فَسَّرُوا الْجَمْعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ، إِذْ جَائِزٌ عِنْدَهُمْ لِلْمُقِيمِ أَنْ يُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا إِنْ أَحَبَّ فِي آخِرِ وَقْتِهَا، وَإِنْ شَاءَ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا

Shahih Ibnu Khuzaimah 969: Muhammad bin Al Ala' bin Kuraib dan Abdullah bin Sa'id Al Asyaj menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Khalid menceritakan kepada kami dari Yahya bin Sa'id, dari Nafi', ia berkata, “Aku pernah pergi bersama Abdullah bin Umar dan Hafsh bin Ashim dan Musahiq bin Amr.” Perawi berkata, “Kemudian matahari tenggelam maka dikatakan kepada bin Umar, 'Shalat'.” Perawi berkata, “Namun ia tetap melanjutkan perjalanan, maka dikatakan kepadanya, 'Shalat'.” Maka ia menjawab, “Apabila Rasulullah tergesa-gesa dalam perjalanannya maka beliau mengakhirkan shalat ini dan aku juga ingin mengakhirkannya.” Perawi berkata, “Kemudian kami berangkat sampai tiba saat pertengahan malam atau hampir tiba pertengahan malam.” Perawi berkata, “Maka ia singgah dan kemudian mengerjakan shalat tersebut.” Abu Bakar berkata, “Di dalam hadits ini dan hadits riwayat Ibnu Syihab dari Anas terdapat keterangan yang menjelaskan bahwa men-jama ' atau menggabungkan antara shalat Zhuhur dan Ashar di waktu Ashar serta antara shalat Maghrib dan Isya di waktu Isya setelah terbenamnya mega merah dibolehkan dan bukan seperti yang dikatakan oleh sebagian penduduk Irak bahwa penggabungan antara shalat Zhuhur dan Ashar, yaitu seseorang mengerjakan shalat Zhuhur pada akhir waktunya dan shalat Ashar pada awal waktunya serta shalat Maghrib pada akhir waktunya sebelum tenggelamnya mega merah. Menurut mereka, semua shalat baik di saat sedang bermukim di suatu tempat atau saat bepergian seseorang diperbolehkan mengerjakannya seperti penafsiran mereka dalam hal men-jama' antara dua shalat. Menurut mereka, hal itu diperbolehkan bagi orang- orang yang tidak bepergian (bermukim) apabila ia mau mengerjakan shalat secara keseluruhan di akhir waktunya dan diperbolehkan pula apabila ia mau mengerjakannya di awal waktu."

Shahih Ibnu Khuzaimah #970

صحيح ابن خزيمة ٩٧٠: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ ثَمَانِيًا، وَسَبْعًا جَمِيعًا، قُلْتُ: لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أُمَّتَهُ قَالَ: وَهُوَ مُقِيمٌ مِنْ غَيْرِ سَفَرٍ، وَلَا خَوْفٍ نا الْمَخْزُومِيُّ، ثنا سُفْيَانُ بِمِثْلِهِ. وَقَالَ: فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا سَفَرٍ، وَقَالَ سَعِيدٌ: فَقُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرَجَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِهِ، وَهَكَذَا حَدَّثَنَا بِهِ عَبْدُ الْجَبَّارِ مَرَّةً

Shahih Ibnu Khuzaimah 970: Abdul Jabbar bin Al A'la' menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zubair, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi di Madinah delapan rakaat dan tujuh rakaat secara keseluruhan.” Aku kemudian bertanya, 'Mengapa beliau melakukan hal itu?' Ia menjawab, 'Agar tidak memberatkan umatnya.' Ibnu Abbas mengatakan bahwa beliau lakukan hal itu ketika sedang berada di tempat bukan dalam kondisi bepergian atau karena takut.” Al Makhzumi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami seperti hadits tersebut, ia berkata, “Bukan dalam keadaan takut atau ketika bepergian.” Sa'id berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, 'Mengapa beliau melakukan hal itu?' Ia menjawab, 'Beliau ingin agar tidak memberatkan seorang pun dari umatnya'.” Seperti itulah yang diriwayatkan kepada kami oleh Abdul Jabbar dalam kesepakatan lain.