صحيح ابن خزيمة ١٧١١: نا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، نا هُشَيْمٌ، أَخْبَرَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، ثنا جَابِرُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ الْأَسْوَدِ الْعَامِرِيُّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: " شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّتَهُ , قَالَ: فَصَلَّيْتُ مَعَهُ صَلَاةَ الْفَجْرِ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ , فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَانْحَرَفَ , فَإِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ فِي آخِرِ الْقَوْمِ " , فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 1711: Ahmad bin Mani’ memberitakan kepada kami, Husyaim memberitakan kepada kami, Ya’la bin Atha memberitakan kepada kami, Jabir bin Yazid bin Aswad Al Amiri memberitakan kepada kami, dari bapaknya yang berkata, "Aku pernah ikut melaksanakan ibadah haji bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada suatu hari, aku ikut shalat shubuh berjama’ah bersama Rasulullah di masjid Al Khif. Usai melaksanakan shalat shubuh, Rasulullah langsung berpaling kepada dua orang dari sahabat."
صحيح ابن خزيمة ١٧١٢: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، نا أَبُو أُسَامَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، ثنا عُمَارَةُ بْنُ عُمَيْرٍ، ح، وَثنا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، نا عِيسَى، ح، وَثنا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا ابْنُ فُضَيْلٍ، ح، وَثنا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، ثنا وَكِيعٌ جَمِيعًا، عَنِ الْأَعْمَشِ، ح وَثنا بُنْدَارٌ، ثنا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ قَالَ: أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ، ح وَثنا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ الْعَسْكَرِيُّ قَالَ: وَأَخْبَرَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ عُمَارَةَ، عَنِ الْأَسْوَدِ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: «لَا يَجْعَلَنَّ أَحَدُكُمْ لِلشَّيْطَانِ مِنْ نَفْسِهِ جُزْءًا , لَا يَرَى إِلَّا أَنَّ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ لَا يَنْصَرِفَ إِلَّا عَنْ يَمِينِهِ , أَكْثَرُ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْصَرِفُ عَنْ شِمَالِهِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 1712: Muhammad bin Al A'la bin Kuraih memberitakan kepada kami. Abu Dsamah memberitakan kepada kami, dari Al A'masy, Imarah bin Umair menceritakan kepada kami, Ha, Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, Isa memberitakan kepada kami, Ha, Harun bin Ishak memberitakan kepada kami, Ibnu Fudhail memberitakan kepada kami, Ha, Salm bin Junadah memberitakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami, semuanya dari Al A’masy, Ha, Bundar menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Addi memberitakan kepada kami dan berkata, "Syu'bah telah memberitakan hadits ini kepadaku, dari Sulaiman, dari Imarah bin Umair, Ha, Basyar bin Khalid Al Askari yaitu Ibnu Ja'far menceritakan kepada kami dan berkata," Muhammad memberitakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Sulaiman yang telah berkata: Aku mendengar Imarah dari Aswad berkata, ' Abdullah telah berkata, 'Janganlah ada salah seorang di antara kalian yang menjadikan bagian dari dirinya yang tidak dapat terlihat untuk setan. Oleh karena itu, sebaiknya —usai melaksanakan shalat— ia berpaling ke sebelah kanan. Sedangkan aku sendiri sering melihat Rasulullah berpaling ke sebelah kiri',"
صحيح ابن خزيمة ١٧١٣: نا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، نا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنِ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: «صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ , فَلَمَّا سَلَّمَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 1713: Ali bin Hujr memberitakan kepada kami, Ali bin Mushir memberitakan kepada kami, dari Mukhtar bin Fulful, dari Anas bin Malik yang berkata, "Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami shalat kami. Kemudian usai melaksanakan shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami."
صحيح ابن خزيمة ١٧١٤: ثنا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا ابْنُ فُضَيْلٍ، وَثنا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، ثنا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ كِلَاهُمَا عَنِ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ , فَلَمَّا انْصَرَفَ مِنَ الصَّلَاةِ أَقْبَلَ إِلَيْنَا بِوَجْهِهِ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي إِمَامُكُمْ , فَلَا تَسْبِقُونِي بِالرُّكُوعِ , وَلَا بِالسُّجُودِ , وَلَا بِالْقِيَامِ , وَلَا بِالْقُعُودِ , وَلَا بِالِانْصِرَافِ , وَإِنِّي أَرَاكُمْ خَلْفِي , وَايْمُ الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ , لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا , وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا» , قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَمَا رَأَيْتَ؟ قَالَ: «رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ» هَذَا حَدِيثُ هَارُونَ , لَمْ يَقُلْ عَلِيٌّ: «وَلَا بِالْقُعُودِ» , وَقَالَ: «إِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ أَمَامِي وَمِنْ خَلْفِي»
Shahih Ibnu Khuzaimah 1714: Harun bin Ishak telah memberitakan sebuah hadits kepada kami, Ibnu Fudhail memberitakan kepada kami, Ali bin Hajar menceritakan kepada kami, Ali bin Mushir menceritakan kepada kami, Keduanya dari Mukhtar bin Fulful, dari Anas bin Malik yang telah berkata, "Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami shalat kami. Usai melaksanakan shalat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling dan langsung menghadapkan wajahnya kepada kami. Setelah itu, beliau bersabda, 'Wahai kaum muslimin sekalian, sesungguhnya aku ini adalah imam kalian. Oleh karena itu, janganlah mendahuluiku dalam ruku ’, sujud, berdiri, duduk, dan memalingkan tubuh (setelah shalat). Ketahuilah, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakang tubuhku. Demi Allah, seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, maka kalian pasti akan sedikit tertawa dan sering menangis.' kemudian kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, sebenarnya apa yang anda lihat?’ lalu Rasulullah menjawab, 'Aku melihat surga dan neraka'" Ini adalah hadits Harun. Selanjutnya Ali tidak mengatakan, "Dan duduk." Kemudian ia menambahkan, "Sesungguhnya aku melihat kalian dari depan dan belakangku."
صحيح ابن خزيمة ١٧١٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ: ثنا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ فَرُّوخَ، وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ: ثنا عَمْرُو بْنُ الرَّبِيعِ بْنِ طَارِقٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ فَرُّوخَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: " كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَفَّ النَّاسِ صَلَاةً فِي إِتْمَامٍ , قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَكَانَ سَاعَةَ يُسَلِّمُ يَقُومُ , ثُمَّ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ , فَكَانَ إِذَا سَلَّمَ وَثَبَ مَكَانَهُ كَأَنَّهُ يَقُومُ عَنْ رَضْفٍ ". لَمْ يَذْكُرْ عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ: كَانَ أَخَفَّ النَّاسِ صَلَاةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ , لَمْ يَرْوِهِ غَيْرُ عَبْدِ اللَّهِ بْنُ فَرُّوخَ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 1715: Muhammad bin Yahya telah menceritakan sebuah hadits kepada kami dan berkata, "Said bin Abu Maryam menceritakan kepada kami dan berkata, "Ibnu Farukh memberitakan kepada kami, Ali bin Abdurrahman bin Al Mughirah memberitakan kepada kami dan berkata, "Umar bin Rabi' bin Thariq menceritakan kepada kami dan berkata, "Abdullah bin Farukh memberitakan kepada kami dan berkata, Ibnu Juraij menceritakan kepada ku, dari 'Atha, dari Anas bin Malik bahwasanya ia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling ringan shalatnya. Pada suatu ketika, aku shalat bersama Rasulullah. Saat mengucapkan salam, beliau langsung berdiri. Kemudian aku juga shalat bersama Abu Bakar. Apabila usai mengucapkan salam, maka Abu Bakar langsung melompat dari tempatnya semula, sepertinya ia berdiri dari tempat duduknya karena cemas." Ali bin Abdurrahman tidak menyebutkan, "Beliau adalah orang yang paling ringan shalatnya." Abu Bakar berkata, "Ini adalah hadits gharib yang hanya diriwayatkan oleh Abdullah bin Farukh."
صحيح ابن خزيمة ١٧١٦: نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَتْنِي هِنْدُ بِنْتُ الْحَارِثِ، أَنَّ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهَا، أَنَّ النِّسَاءَ كُنَّ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمْنَ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ قُمْنَ , وَثَبَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مِنَ الرِّجَالِ , فَإِذَا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ الرِّجَالُ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 1716: Ya’kub bin Ibrahim memberitakan kepada kami, Utsman bin Umar menceritakan kepada kami, Yunus memberitakan kepada kami, dari Az-Zuhri, Hindun binti Harits menceritakan kepadaku yang menerangkan bahwasanya Ummu Salamah, istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan kepadanya bahwa apabila usai melaksanakan shalat fardhu, pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, kaum muslimat langsung berdiri dari tempat shalatnya. Sementara Rasulullah dan para sahabat yang berada di belakang beliau tetap berada di tempat shalatnya. Apabila beliau bangkit dari tempat shalatnya, maka para sahabat lain pun mengikutinya.
صحيح ابن خزيمة ١٧١٧: نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَيَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ قَالَا: ثنا أَبُو دَاوُدَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ - وَقَالَ يَحْيَى: قَالَ ثنا ابْنُ شِهَابٍ - أَخْبَرْتِنِي هِنْدُ بِنْتُ الْحَارِثِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا سَلَّمَ مِنَ الصَّلَاةِ لَمْ يَمْكُثْ إِلَّا يَسِيرًا , حَتَّى يَقُومَ» . قَالَ الزُّهْرِيُّ: فَنَرَى ذَلِكَ - وَاللَّهُ أَعْلَمُ - أَنَّ ذَاكَ لِيَذْهَبَ النِّسَاءُ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ أَحَدٌ مِنَ الرِّجَالِ. قَالَ يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ: لَمْ يَلْبَثْ إِلَّا يَسِيرًا
Shahih Ibnu Khuzaimah 1717: Ya’kub bin Ibrahim dan Yahya bin Hakim memberitakan kepada kami,keduanya berkata Abu Daud menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa’ad menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, kemudian Yahya berkata, "Ibnu Syihab menceritakan kepada kami, Hindun binti Harits memberitakan kepada kami dari Ummu Salamah bahwasanya apabila telah memberi salam pada saat shalat, maka Rasulullah tidak berdiam di tempat shalatnya kecuali hanya sebentar hingga beliau bangun dari duduknya. Az-Zuhri berkata, "menurut kami, Rasulullah melakukan hal itu agar kaum wanita segera beranjak dari tempat shalat sebelum kaum pria keluar dari masjid." Yahya bin Hakim berkata, "Rasulullah tidak diam di tempat duduknya kecuali hanya sebentar."
صحيح ابن خزيمة ١٧١٨: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، ثنا سُفْيَانُ، نا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ح، وَثنا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ , ثنا سُفْيَانُ , عَنْ أَبِي الزِّنَادِ , عَنِ الْأَعْرَجِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , وَعَنِ ابْنِ طَاوُسٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ح، وَثنا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى خَبَّرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ , عَنْ أَبِي الزِّنَادِ , عَنِ الْأَعْرَجِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «نَحْنُ الْآخِرُونَ , وَنَحْنُ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ , بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا , وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ , ثُمَّ هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ , فَاخْتَلَفُوا فِيهِ , فَهَدَانَا اللَّهُ - يَعْنِي يَوْمَ الْجُمُعَةِ - النَّاسُ لَنَا تَبَعٌ فِيهِ , الْيَهُودُ غَدًا , وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ» . هَذَا حَدِيثُ الْمَخْزُومِيُّ. وَقَالَ عَبْدُ الْجَبَّارِ: «وَإِنَّ هَذَا الْيَوْمَ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ» . وَقَالَ مَرَّةً: «ثُمَّ هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْهِمُ اخْتَلَفُوا فِيهِ» . وَفِي حَدِيثِ مَالِكٍ: «هَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِي فُرِضَ عَلَيْهِمْ , فَاخْتَلَفُوا فِيهِ» . خَبَرُ مَعْمَرٍ , عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مِنْ هَذَا الْبَابِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 1718: Abdul Jabbar bin A’la memberitakan kepada kami, Sufyan memberitakan kepada kami, Abu Zinad memberitakan kepada kami, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, dari Ibnu Thawus, dari bapaknya yang telah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda." Ha, Said bin Abdurrahman Al Makhzumi telah memberitakan kepada kami, dari Sufyan, Abu Zinad memberitakan kepada kami, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, dari Ibnu Thawus, dari bapaknya dari Abu Hurairah yang pernah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda." Ha, Yunus bin Abdul A'la telah menceritakan sebuah hadits kepada kami, Ibnu Wahab memberitakan kepada kami, yang menerangkan bahwasanya Malik pernah menceritakan sebuah hadits kepadanya yang diterimanya dari Abu Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah bersabda, "Kita adalah umat yang terakhir (diutus) dan kita adalah kaum yang pertama dan utama pada hari kiamat kelak. Meskipun mereka, umat yang terdahulu, telah diberikan kitab sedangkan kita baru diberikan setelah mereka, (tetapi kita lebih utama dari mereka). Begitu pula dengan hari ini yang telah diwajibkan Allah kepada mereka untuk beribadah, tetapi mereka malah berselisih pendapat. Akhirnya Allah memberi petunjuk kepada kaum muslimin dengan adanya shalat jum'at ini. Selanjutnya umat lain akan mengikuti kita. Umat yahudi akan mengikuti kita esok hari dan umat nasrani pun akan menyusulnya setelah esok hari" Ini adalah hadits Al Makhzumi. Abdul Jabbar berkata, "Inilah hari yang mereka perselisihkan." Murrah juga berkata, "Kemudian mereka pun berselisih pendapat tentang hari yang telah Allah wajibkan kepada mereka." Dalam hadits Malik disebutkan bahwa inilah hari yang diwajibkan kepada mereka, tetapi mereka malah berselisihan. Hadits Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah melalui bab ini.
صحيح ابن خزيمة ١٧١٩: نا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبَانَ الْمِصْرِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، ثنا الْمُفَضَّلُ بْنُ فَضَالَةَ، حَدَّثَنِي عَيَّاشُ بْنُ عَبَّاسٍ، ح، وَثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حَمْزَةَ، ثنا يَزِيدُ بْنُ خَالِدٍ وَهُوَ ابْنُ مَوْهَبٍ , ثنا الْمُفَضَّلُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنْ عَيَّاشِ بْنِ عَبَّاسٍ الْقِتْبَانِيِّ، عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَشَجِّ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنْ حَفْصَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ رَوَاحُ الْجُمُعَةِ , وَعَلَى مَنْ رَاحَ الْجُمُعَةَ الْغُسْلُ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: هَذِهِ اللَّفْظَةُ: «عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ رَوَاحُ الْجُمُعَةِ» مِنَ اللَّفْظِ الَّذِي نَقُولُ: إِنَّ الْأَمْرَ إِذَا كَانَ لِعِلَّةٍ فَالتَّمْثِيلُ وَالتَّشْبِيهُ بِهِ جَائِزٌ مَتَى كَانَتِ الْعِلَّةُ قَائِمَةً فَالْأَمْرُ وَاجِبٌ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا عَلَّمَ أَنَّ عَلَى الْمُحْتَلِمِ رَوَاحَ الْجُمُعَةِ؛ لِأَنَّ الِاحْتِلَامَ بُلُوغٌ , فَمَتَى كَانَ الْبُلُوغُ وَإِنْ لَمْ يَكُنِ احْتِلَامٌ وَكَانَ الْبُلُوغُ بِغَيْرِ احْتِلَامٍ , فَفَرْضُ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ بَالِغٍ وَإِنْ كَانَ بُلُوغُهُ بِغَيْرِ احْتِلَامٍ , وَلَوْ كَانَ عَلَى غَيْرِ أَصْلِنَا وَكَانَ عَلَى أَصْلِ مَنْ خَالَفَنَا فِي التَّشْبِيهِ وَالتَّمْثِيلِ , وَزَعَمَ أَنَّ الْأَمْرَ لَا يَكُونُ لِعِلَّةٍ , وَلَا يَكُونُ إِلَّا تَعَبُّدًا , لَكَانَ مَنْ بَلَغَ عِشْرِينَ سَنَةً وَثَلَاثِينَ سَنَةً وَهُوَ حَرٌّ عَاقِلٌ , فَسَمِعَ الْأَذَانَ لِلْجُمُعَةِ فِي الْمِصْرِ أَوْ هُوَ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ لَمْ يَجِبْ عَلَيْهِ رَوَاحُ الْجُمُعَةِ إِنْ لَمْ يَكُنِ احْتَلَمَ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَ أَنَّ رَوَاحَ الْجُمُعَةِ عَلَى الْمُحْتَلِمِ , وَقَدْ يَعِيشُ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ السِّنِينَ الْكَثِيرَةَ فَلَا يَحْتَلِمُ أَبَدًا , وَهَذَا كَقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ} [النور: 59] ، فَإِنَّمَا أَمَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِالِاسْتِئْذَانِ مَنْ قَدْ بَلَغَ الْحُلُمَ , إِذِ الْحُلُمُ بُلُوغٌ , وَلَوْ لَمْ يَجُزِ الْحُكْمُ بِالتَّشْبِيهِ وَالنَّظِيرِ كَانَ مَنْ بَلَغَ ثَلَاثِينَ سَنَةً وَلَمْ يَحْتَلِمْ لَمْ يَجِبْ عَلَيْهِ الِاسْتِئْذَانُ، وَهَذَا كَخَبَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ» , قَالَ فِي الْخَبَرِ: «وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ» , وَمَنْ لَمْ يَحْتَلِمْ وَبَلَغَ مِنَ السِّنِّ مَا يَكُونُ إِدْرَاكًا مِنْ غَيْرِ احْتِلَامٍ فَالْقَلَمُ عَنْهُ غَيْرُ مَرْفُوعٍ , إِذِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَرَادَ بِقَوْلِهِ: «حَتَّى يَحْتَلِمَ» : أَنَّ الِاحْتِلَامَ بُلُوغٌ , فَمَتَى كَانَ الْبُلُوغُ - وَإِنْ كَانَ بِغَيْرِ احْتِلَامٍ - فَالْحُكْمُ عَلَيْهِ , وَالْقَلَمُ جَارٍ عَلَيْهِ , كَمَا يَكُونُ بَعْدَ الِاحْتِلَامِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 1719: Zakaria bin Yahya bin Aban Al Mishriy memberitakan kepada kami, Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, Al Mufadhdhal bin Fudhala memberitakan kepada kami, Ayyasy bin Abbas memberitakan kepada kami, Ha, Muhammad bin Ali bin Hamzah memberitakan kepada kami, Yazid bin Khalid yaitu Ibnu Mauhib memberitakan kepada kami, Al Mufadhdhal bin fudhala memberitakan kepada kami, Ayyasy bin Abbas Al Quthbani memberitakan kepada kami, dari Bukair bin Abdullah bin Al Asyaj, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dari Hafshah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah bersabda, "Bagi setiap orang yang telah bermimpi, maka ia harus melaksanakan shalat jum'at. Dan bagi orang yang pergi untuk shalat jum'at, maka ia harus mandi terlebih dahulu." Abu Bakar berkata, "Redaksi hadits yang menyatakan 'Bagi setiap orang yang telah bermimpi, maka ia harus melaksanakan shalat jum’at’ adalah termasuk lafadz yang kami maksudkan bahwa apabila sebuah perintah itu ada alasannya, maka boleh dijadikan qiyas. Apabila illatnya itu ada, maka perintahnya merupakan suatu kewajiban. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan bahwasanya bagi setiap orang yang telah bermimpi itu harus pergi melaksanakan shalat jum’at. Oleh karena itu, bermimpi merupakan suatu tanda kedewasaan. Namun demikian, manakala orang telah mencapai dewasa tetapi ia belum pernah bermimpi, maka sebenarnya ia pun wajib melaksanakan shalat jum’at. Dengan demikian, shalat jum’at itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang telah baligh (dewasa) meskipun ia belum bermimpi. Menurut orang-orang yang berbeda pendapat dengan kami dalam masalah pengqiasan, maka mereka akan menduga bahwasanya perintah itu bukan karena adanya alasan tetapi hanya sekedar peribadatan semata. Oleh karena itu, menurut mereka, seseorang yang telah berusia dua puluh atau tiga puluh tahun, merdeka, berakal, dan mendengar adzan baik itu di kampungnya ataupun ia tengah berada di depan pintu masjid, maka ia tidak wajib pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at, karena ia belum bermimpi. Dalihnya, masih menurut mereka, Rasulullah telah mengajarkan bahwasanya shalat jum’at itu hanya wajib bagi orang yang telah bermimpi. Terkadang ada orang yang hidup puluhan tahun lamanya. Akan tetapi, ia sendiri belum pernah bermimpi sama sekali. Ini sebenarnya sama seperti firman Allah , "Apabila anak-anakmu telah bermimpi (mencapai dewasa), maka mereka harus meminta izin terlebih dahulu sebagaimana orang-orang sebelum mereka itu telah meminta izin". Allah memerintahkan orang yang telah bermimpi (mencapai dewasa) itu untuk meminta izin sebelum masuk ke kamar orangtuanya. Karena bermimpi itu merupakan salah satu tanda kedewasaan. Seandainya menetapkan sesuatu hukum dengan penyerupaan itu tidak dibolehkan, maka orang yang telah berusia tiga puluh tahun dan belum bermimpi tidak diwajibkan untuk meminta izin manakala ingin masuk ke kamar orangtuanya. Hal ini tentunya selaras dengan hadits Nabi yang berbunyi, 'Kesalahan itu dapat dimaafkan atas tiga golongan...' dan salah satunya adalah berbunyi: 'dan atas anak kecil hingga ia bermimpi (mencapai dewasa). Namun demikian, orang dewasa yang belum pernah bermimpi, maka kesalahannya tidak dapat dimaafkan. Karena yang dimaksudkan oleh Rasulullah dengan kata-kata '...hingga ia bermimpi’ adalah bahwa mimpi itu merupakan salah satu tanda kedewasaan. Jika seseorang telah dewasa, tetapi ia belum pernah bermimpi, maka hukum tetap berlaku pada dirinya."
صحيح ابن خزيمة ١٧٢٠: نا مُحَمَّدُ بْنُ أَبَانَ، نا وَكِيعٌ، حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ بْنُ عُثْمَانَ الْكِلَابِيُّ، حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَطِيَّةَ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَتْنِي جَدَّتِي، " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا جَمَعَ نِسَاءَ الْأَنْصَارِ فِي بَيْتٍ , فَأَتَانَا عُمَرُ فَقَامَ عَلَى الْبَابِ فَسَلَّمَ , فَرَدَدْنَا عَلَيْهِ السَّلَامَ , فَقَالَ: أَنَا رَسُولُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْكُنَّ , فَقُلْنَا: مَرْحَبًا بِرَسُولِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ , قَالَ: أَتُبَايِعْنَ عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا , وَلَا تَسْرِقْنَ , وَلَا تَزْنِينَ؟ قَالَتْ: قُلْنَا: نَعَمْ , فَمَدَدْنَا أَيْدِيَنَا مِنْ دَاخِلِ الْبَيْتِ , وَمَدَّ يَدَهُ مِنْ خَارِجٍ , قَالَتْ: وَأُمِرْنا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ وَالْعَوَاتِقَ فِي الْعِيدَيْنِ , وَنُهِينَا عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ , وَلَا جُمُعَةَ عَلَيْنَا. قَالَ: قُلْتُ لَهَا: مَا الْمَعْرُوفُ الَّذِي نُهِيتُنَّ عَنْهُ؟ قَالَتِ: النِّيَاحَةُ ".
Shahih Ibnu Khuzaimah 1720: Muhammad bin Aban memberitakan kepada kami, Waki’ memberitakan kepada kami, Ishak bin Utsman Al Kilabi menceritakan kepadaku, Ismail bin Abdurrahman bin Athiyah Al Anshari memberitakan kepada ku, nenekku memberitakan kepada kami bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengumpulkan beberapa wanita anshar di sebuah rumah. Kemudian Umar bin Khathab datang menemui kami. Ia berdiri di depan pintu rumah seraya memberi salam. Lalu kami menjawab salamnya. Selanjutnya Umar bin Khathab berkata, "Aku adalah utusan Rasulullah kepada kalian." Lalu kami menjawab, "Selamat datang kami ucapkan kepada utusan Rasulullah!" Kemudian Umar bin Khathab berkata, "Apakah kalian mau berjanji untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, dan juga tidak berzina?" Kami menjawab, "ya, kami berjanji." Selanjutnya kami mengulurkan tangan kami dari dalam rumah dan Umar bin Khathab mengulurkan tangannya dari luar rumah. Lalu ia memerintahkan kami yang sedang haid untuk pergi shalat dua hari raya dan kami dilarang untuk mengiringi jenazah serta shalat jum’at. Selanjutnya aku bertanya kepada kaum wanita tersebut, "Apa lagi yang dilarang untuk kalian lakukan?" Mereka menjawab, "Meratapi orang yang meninggal dunia."