مسند الشافعي ١٢٠٥: أَخْبَرَنَا مُسْلِمٌ، وَعَبْدُ الْمَجِيدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَامِرِ بْنِ صَعْبٍ، أَنَّ طَاوُسًا، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ، سَأَلَ ابْنَ عَبَّاسٍ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ، بَعْدَ الْعَصْرِ فَنَهَاهُ عَنْهُمَا، قَالَ طَاوُسٌ: فَقُلْتُ: " مَا أَدَعُهُمَا، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: {مَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ} [الْأَحْزَاب: 36] "
Musnad Syafi'i 1205: Muslim dan Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Amir bin Mush'ab yang telah menerima berita dari Thawus: Bahwa Thawus pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang shalat 2 rakaat sesudah ashar, maka Ibnu Abbas melarangnya dari kedua rakaat itu. Thawus mengatakan: Aku menjawab, "Aku tidak akan meninggalkannya." Maka Ibnu Abbas berkata, "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. "(Qs. Al Ahzaab [33]: 36) 441
مسند الشافعي ١٢٠٦: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنَّا نُخَابِرُ فَلَا نَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا حَتَّى زَعَمَ رَافِعُ بْنُ خَدِيجٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْهَا، فَتَرَكْنَاهَا مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ
Musnad Syafi'i 1206: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Amr, dari Ibnu Umar, ia mengatakan: Dahulu kami sering membuat khamer, dan kami tidak menganggap hal tersebut dilarang, hingga Rafi' beranggapan bahwa Nabi melarangnya, maka barulah kami meninggalkannya karena hal tersebut (dilarang nabi )442
مسند الشافعي ١٢٠٧: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، أَنَّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، بَاعَ سِقَايَةً مِنْ ذَهَبٍ أَوْ وَرِقٍ بِأَكْثَرَ مِنْ وَزْنِهَا، فَقَالَ لَهُ أَبُو الدَّرْدَاءِ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْ مِثْلِ هَذَا، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: مَا أَرَى بِهَذَا بَأْسًا، فَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: مَنْ يَعْذِرُنِي مِنْ مُعَاوِيَةَ؟ أُخْبِرُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُخْبِرُنِي عَنْ رَأْيِهِ لَا أُسَاكِنُكَ بِأَرْضٍ
Musnad Syafi'i 1207: Malik mengabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar: Muawiyah bin Abu Sufyan menjual wadah untuk minum terbuat dari emas atau dari perak dengan harga yang lebih besar daripada timbangannya. Maka Abu Darda berkata kepadanya. "Aku pernah mendengar Nabi melarang hal seperti ini.” Maka Muawiyah menjawab, "Menurutku hal ini tidak mengapa." Maka Abu Darda berkata, "Semua orang pasti memaafkan sikapku terhadap Muawiyah. Aku ceritakan kepadanya hadits Rasulullah SAW, tetapi sebaliknya dia mengemukakan pendapatnya sendiri. Sejak itu aku tidak mau lagi bergaul dengannya." 443
مسند الشافعي ١٢٠٨: أَخْبَرَنِي مَنْ لَا أَتَّهِمُ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، أَخْبَرَنِي مَخْلَدُ بْنُ خُفَافٍ قَالَ: ابْتَعْتُ غُلَامًا فَاسْتَغْلَلْتُهُ ثُمَّ ظَهَرْتُ مِنْهُ عَلَى عَيْبٍ فَخَاصَمَتْ فِيهِ إِلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ فَقَضَى لِي بِرَدِّهِ، وَقَضَى عَلَيَّ بِرَدِّ غَلَّتِهِ، فَأَتَيْتُ عُرْوَةَ فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ: أَرَوِحْ إِلَيْهِ الْعَشِيَّةَ فَأَخْبِرْهُ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْنِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى فِي مِثْلِ هَذَا أَنَّ الْخَرَاجَ بِالضَّمَانِ، فَعَجِلْتُ إِلَى عُمَرَ فَأَخْبَرْتُهُ مَا أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ عُمَرُ: «فَمَا أَيْسَرَ عَلَيَّ مِنْ قَضَاءٍ قَضَيْتُهُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي لَمْ أُرِدْ فِيهِ إِلَّا الْحَقَّ، فَبَلَغَتْنِي فِيهِ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرُدُّ قَضَاءَ عُمَرَ وَأُنَفِّذُ سُنَّةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» ، فَرَاحَ إِلَيْهِ عُرْوَةُ فَقَضَى لِي أَنْ آخُذَ الْخَرَاجَ مِنَ الَّذِي قَضَى بِهِ عَلَيَّ لَهُ
Musnad Syafi'i 1208: Orang yang tidak aku curigai —keshahihannya— mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b, ia mengatakan bahwa Makhlad bin Khufaf mengabarkan kepadanya: Aku membeli seorang budak, lalu kuperiksa keadaannya, ternyata (selang beberapa waktu kemudian) tampak cacatnya. Kemudian aku mempersengketakan masalah ini kepada Umar bin Abdul Aziz, dan ia memutuskan bahwa aku boleh mengembalikannya (kepada si penjual) tetapi dengan ganti rugi. Kemudian aku datang kepada Urwah dan kuceritakan kepadanya masalah tersebut, maka ia berkata, "Berangkatlah kepadanya di sore hari, dan ceritakanlah kepadanya bahwa Aisyah telah menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah dalam kasus semacam ini telah memutuskan bahwa hak mendapatkan hasil disebabkan oleh keharusan menanggung kerugian.” Maka aku segera menemui Umar, lalu aku beritahukan kepadanya apa yang telah diceritakan oleh Urwah dari Aisyah , dari Nabi . Maka Umar bin Abdul Aziz berkata, 'Tidak ada yang lebih mudah dari peradilan yang kuputuskan, dan Allah mengetahui bahwa tidak ada yang kumaksudkan padanya kecuali hanya perkara yang hak. Tetapi telah sampai kepadaku dalam masalah ini Sunnah dari Rasulullah , maka aku mencabut kembali keputusan Umar dan menggantikannya dengan Sunnah Rasulullah .” Maka Urwah berangkat menuju Umar, kemudian ia memutuskan agar aku mengambil kembali ganti rugi dari si penjual budak itu. 444
مسند الشافعي ١٢٠٩: أَخْبَرَنِي أَبُو حَنِيفَةَ بْنُ سِمَاكِ بْنِ الْفَضْلِ الْيَمَانِيُّ قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَامَ الْفَتْحِ: «مَنْ قُتِلَ لَهُ قَتِيلٌ فَهُوَ بِخَيْرِ النَّظَرَيْنِ، إِنْ أَحَبَّ أَخَذَ الْعَقْلَ، وَإِنْ أَحَبَّ فَلَهُ الْقَوَدُ» فَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: فَقُلْتُ لِابْنِ أَبِي ذِئْبٍ: أَتَأْخُذُ بِهَذَا يَا أَبَا الْحَارِثِ؟ فَضَرَبَ صَدْرِي وَصَاحَ عَلَيَّ صِيَاحًا كَثِيرًا وَنَالَ مِنِّي وَقَالَ: أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقُولُ: تَأْخُذُ بِهِ نَعَمْ آخُذُ بِهِ، وَذَلِكَ الْفَرْضُ عَلَيَّ وَعَلَى مَنْ سَمِعَهُ. إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اخْتَارَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ النَّاسِ فَهَدَاهُمْ بِهِ وَعَلَى يَدَيْهِ، اخْتَارَ لَهُمْ مَا اخْتَارَ لَهُ عَلَى لِسَانِهِ، فَعَلَى الْخَلْقِ أَنْ يَتَّبِعُوهُ طَائِعِينَ أَوْ دَاخِرِينَ، لَا مَخْرَجَ لِمُسْلِمٍ مِنْ ذَلِكَ. قَالَ: وَمَا سَكَتَ عَنِّي حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ يَسْكُتَ
Musnad Syafi'i 1209: Abu Hanifah bin Simak bin Fadhl Al Yamani mengabarkan kepadaku, ia mengatakan: Ibnu Abu Dzi'b menceritakan kepadaku dari Al Maqburi, dari Abu Syuraih Al Ka'bi bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Barangsiapa di antara keluarganya ada yang terbunuh, maka ia di antara dua pilihan. Jika suka, ia boleh menerima diyat; dan jika suka, ia boleh melaksanakan hukum qishash." Abu Hanifah mengatakan: Aku berkata kepada Ibnu Abu Dzi'b, “Apakah kamu mengambil dengan hal ini wahai Abu Harits", lalu menepuk dadaku dan berteriak dengan kencang dan mendapatkan dariku, dan ia berkata, “Aku akan menceritakan kepadamu dari Rasulullah dan kamu mengatakan, 'Kamu mengambil dengannya' ya aku mengambil dengannya dan itu adalah kewajiban atasku dan atas orang yang mendengarnya, bahwa Allah Azza wa Jalla telah memilih Muhammad dari banyak manusia, dan mereka telah diberi petunjuk dengan adanya beliau, karena dengan keduanya tangannya mereka diberikan pilihan sebagai mana ia diberi pilihan dengan lisannya, maka atas semua makhluk hendaknya mengikutinya dan taat, karena tidak ada jalan keluar bagi seorang muslim dari hal tersebut, ia berkata, 'Dan ia tidak berhenti dariku hingga aku berharap ia segera diam'.” 445
مسند الشافعي ١٢١٠: أَخْبَرَنَا الثِّقَةُ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلًا ضَحِكَ فِي الصَّلَاةِ أَنْ يُعِيدَ الْوُضُوءَ وَالصَّلَاةَ " فَلَمْ نَقْبَلْ هَذَا لِأَنَّهُ مُرْسَلٌ
Musnad Syafi'i 1210: Orang yang terpercaya mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzib, dari Ibnu Syihab: Bahwa Rasulullah memerintahkan kepada lelaki yang tertawa di dalam shalat untuk mengulangi wudhu dan shalatnya. 446 Kami tidak mau menerima hadits ini, karena hadits ini diriwayatkan secara mursal.
مسند الشافعي ١٢١١: أَخْبَرَنَا الثِّقَةُ، عَنْ عُمَرَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَرْقَمَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا الْحَدِيثِ
Musnad Syafi'i 1211: Orang yang terpercaya mengabarkan kepada kami dari 'Umar, dari Ibnu Syihab, dari Sulaiman bin Arqam, dari Al Hasan, dari Nabi tentang hadits yang sama. 447
مسند الشافعي ١٢١٢: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي لَبِيدٍ، عَنِ ابْنِ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَامَ بِالْجَابِيَةِ خَطِيبًا فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا كَقِيَامِي فِيكُمْ فَقَالَ: «أَكْرِمُوا أَصْحَابِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَظْهَرُ الْكَذِبُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لِيَحْلِفُ وَلَا يُسْتَحْلَفُ، وَيَشْهَدُ وَلَا يُسْتَشْهَدُ، أَلَا فَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْكُنَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْفَذِّ، وَهُوَ مِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، وَلَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا، وَمَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ»
Musnad Syafi'i 1212: Sufyan menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abu Labid, dari Ibnu Sulaiman bin Yasar, dari ayahnya bahwa Umar bin Khaththab berdiri di Jabiyah untuk berkhutbah, lalu ia mengatakan: Sesungguhnya Rasulullah pernah berdiri di antara kami di tempat berdiriku sekarang di antara kalian, lalu beliau bersabda, "Hormatilah sahabat-sahabatku, kemudian orang-orang yang mengiringi mereka, lalu orang-orang yang mengiringi para pengiring sahabatku. Setelah itu akan timbul dusta hingga seorang lelaki berani bersumpah, padahal dia tidak diminta untuk bersumpah; dan berani bersaksi, padahal tidak diminta bersaksi. Ingatlah, barangsiapa yang suka tinggal di taman surga, hendaklah ia menetapi jamaah, karena sesungguhnya syetan itu selalu menyertai orang yang sendirian, tetapi terhadap 2 orang syetan lebih jauh (daripada terhadap orang yang sendirian). Dan jangan sekali-kali seorang lelaki menyendiri bersama seorang wanita, karena sesungguhnya syetanlah orang ketiganya. Barangsiapa yang suka terhadap amal baiknya dan susah terhadap amal buruknya, maka dia adalah orang mukmin."448
مسند الشافعي ١٢١٣: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ سُبَيْعَةَ بِنْتَ الْحَارِثِ، وَضَعَتْ، بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ، فَمَرَّ بِهَا أَبُو السَّنَابِلِ بْنُ بَعْكَكٍ فَقَالَ: قَدْ تَصَنَّعْتِ لِلْأَزْوَاجِ إِنَّهَا أَرْبَعَةُ أَشْهُرٍ وَعَشْرٌ، فَذَكَرَتْ ذَلِكَ سُبَيْعَةُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «كَذَبَ أَبُو السَّنَابِلِ، أَوْ لَيْسَ كَمَا قَالَ أَبُو السَّنَابِلِ، قَدْ حَلَلْتِ فَتَزَوَّجِي»
Musnad Syafi'i 1213: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah, dari ayahnya: Subai'ah binti Harits melahirkan anak selang beberapa malam setelah kematian suaminya, kemudian ia bertemu dengan Abu As-Sanabil bin Ba'ka, lalu berkata, “Kamu telah bersiap-siap untuk kawin lagi, sesungguhnya iddah itu adalah 4 bulan 10 hari." Lalu hal tersebut diceritakan oleh Subai'ah kepada Rasulullah , maka beliau bersabda, "Abu As-Sanabil berdusta -atau perihalnya bukan seperti apa yang dikatakan oleh Abu As-Sanabil- kamu telah halal, maka kawinlah.”449
مسند الشافعي ١٢١٤: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْهَادِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي قَيْسٍ، مَوْلَى عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ فَأَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ»
Musnad Syafi'i 1214: Abdul Aziz bin Muhammad mengabarkan kepada kami dan Yazid bin Abdullah bin Al Had, dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, dari Busyr bin Said, dari Abu Qais maula Amr bin Al Ash, dan Amr bin Al Ash bahwa ia pemah mendmgar Rasulullah bersabda, "Apabila hakim memutuskan hukum dan berijtihad untuknya dan ternyata dia benar, maka baginya 2 pahala. Apabila hakim memutuskan hukum, lalu berijtihad untuknya, kemudian ternyata ia keliru, maka baginya 1 pahala."450