مسند الشافعي ٩٦٨: أَخْبَرَنَا مُعَاذُ بْنُ مُوسَى، عَنْ بُكَيْرِ بْنِ مَعْرُوفٍ، عَنْ مُقَاتِلِ بْنِ حَيَّانٍ، قَالَ مُقَاتِلٌ: ثُمَّ أَخَذْتُ هَذَا التَّفْسِيرَ عَنْ نَفَرٍ حَفِظَ مُعَاذٌ مِنْهُمْ مُجَاهِدًا، وَالْحَسَنَ، وَالضَّحَّاكَ بْنَ مُزَاحِمٍ، فِي قَوْلِهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: {فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ} [الْبَقَرَة: 178] الْآيَةِ، قَالَ: " كَانَ كَتَبَ عَلَى أَهْلِ التَّوْرَاةِ: مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ حَقَّ أَنْ يُقَادَ بِهَا وَلَا يُعْفَى عَنْهُ، وَلَا تُقْبَلُ مِنْهُ الدِّيَةُ، وَفَرَضَ عَلَى أَهْلِ الْإِنْجِيلِ أَنْ يُعْفَى عَنْهُ وَلَا يُقْتَلُ، وَرَخَّصَ لَأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ شَاءَ قَتَلَ وَإِنْ شَاءَ أَخَذَ الدِّيَةَ، وَإِنْ شَاءَ عَفَا، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ} [الْبَقَرَة: 178] يَقُولُ: الدِّيَةُ تَخْفِيفٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى إِذْ جَعَلَ الدِّيَةَ وَلَا يُقْتَلُ، ثُمَّ قَالَ: {فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الْبَقَرَة: 178] يَقُولُ: مَنْ قَتَلَ بَعْدَ أَخْذِ الدِّيَةِ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ. وَقَالَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ} [الْبَقَرَة: 179] حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ يَقُولُ: لَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَنْتَهِي بِهَا بَعْضُكُمْ عَنْ بَعْضٍ مَخَافَةَ أَنْ يُقْتَلَ "
Musnad Syafi'i 968: Mu'adz bin Musa mengabarkan kepada kami dari Bukair bin Ma'ruf, dari Muqatil bin Habban. Muqatil mengatakan: Bahwa ia telah mengambil tafsir ini dari sejumlah hufazh yang antara lain ialah Mu'adz, Mujahid, Al Hasan dan Dhahak bin Muzahim sehubungan dengan firman Allah , "Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik..." (Qs. Al Baqarah [2]: 178) Muqatil berkata, “Dahulu telah ditetapkan atas ahli Taurat bahwa barangsiapa yang membunuh seseorang bukan karena qishash, maka ia harus dihukum qishash, dan tidak ada pemaafan baginya serta tidak diterima apapun darinya, termasuk diyat. Difardhukan atas ahli Injil bahwa si pembunuh dimaafkan dan tidak dibunuh (hukum mati). Diberikan rukhshah (dispensasi) bagi umat Muhammad ; jika suka, boleh melakukan qishash, boleh mengambil diyatnya, boleh pula memaafkan si pembunuh. Yang demikian itu berdasarkan firman Allah SWT, 'Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kalian dan suatu rahmat' (Qs. Al Baqarah [2]: 178) Diyat dikatakan sebagai keringanan karena pelakunya tidak dihukum mati. Kemudian Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu. maka baginya siksa yang pedih' (Qs. Al Baqarah [2]: 178) Barangsiapa yang membunuh (si pembunuh) sesudah mengambil diyat (darinya), maka baginya siksa yang pedih. Kemudian Allah berfirman, 'Dan di dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagi kalian, hai orang-orang yang berakal'. (Qs. Al Baqarah [2]: 179) Disebutkan bahwa bagi kalian dalam hukum qishash terkandung jaminan kelangsungan hidup. Karena ada hukum qishash. maka sebagian dari kalian tidak berani melakukan pembunuhan terhadap sebagian yang lain karena takut akan dikenai hukuman mati sebagai qishashnya." 216
مسند الشافعي ٩٦٩: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ: سَمِعْتُ مُجَاهِدًا، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ يَقُولُ: " كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ الْقِصَاصُ وَلَمْ تَكُنْ فِيهِمُ الدِّيَةُ، فَقَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ: {كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى، الْحَرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى، فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ، ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ} [الْبَقَرَة: 178] مِمَّا كَتَبَ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، {فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [الْبَقَرَة: 178] "
Musnad Syafi'i 969: Sufyan bin Uyainah mengabarkan kepada kami dari Amr bin Dinar, ia mengatakan: Aku pernah mendengar Mujahid mengatakan: Aku pernah mendengar Ibnu Abbas berkata, "Dahulu di kalangan Bani Israil terdapat hukum qishash, tetapi di kalangan mereka tidak ada diyat, maka Allah berfirman kepada umat ini, 'Diwajibkan atas kalian qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaj) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kalian dan suatu rahmat'. Dibandingkan dengan apa yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, 'Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih'." (Qs. Al Baqarah [2]: 178)
مسند الشافعي ٩٧٠: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي فُدَيْكٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ مَكَّةَ وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلَا يَحِلُّ لِمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ دَمًا وَلَا يُعْضَدَ بِهَا شَجَرًا، فَإِنِ ارْتَخَصَ أَحَدٌ فَقَالَ: أُحِلَّتْ لِرَسُولِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ أَحَلَّهَا لِي وَلَمْ يُحِلَّهَا لِلنَّاسِ، وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ، ثُمَّ هِيَ حَرَامٌ كَحُرْمَتِهَا بِالْأَمْسِ، ثُمَّ أَنْتُمْ يَا خُزَاعَةُ، قَدْ قَتَلْتُمْ هَذَا الْقَتِيلَ مِنْ هُذَيْلٍ، وَأَنَا وَاللَّهِ عَاقِلُهُ، فَمَنْ قَتَلَ بَعْدَهُ قَتِيلًا فَأَهْلُهُ بَيْنَ خِيَرَتَيْنِ: إِنْ أَحَبُّوا قَتَلُوا، وَإِنْ أَحَبُّوا أَخَذُوا الْعَقْلَ "
Musnad Syafi'i 970: Muhammad bin Ima'il bin Fudaik mengabarkan kepada kami,dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Sa'id Al Maqburi, dari Abu Syuraij Al Ka'bi, bahwa Rasulullah pernah berkata, "Sesungguhnya Allah mengharamkan Makkah dan bukan manusia yang mengharamkannya, Maka tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan darah dan tidak pula mematahkan ranting pohon, jika seseorang diberi keringanan, lalu ia berkata, 'telah dihalalkan bagi Rasulullah', maka sesungguhnya Allah menghalalkannya bagiku dan tidak dihalalkan bagi manusia, dan juga dihalalkan bagiku hanya sesaat di siang hari, kemudian ia menjadi haram lagi seperti keharamannya pada hari kemarin, kemudian kalian wahai Khuza'ah, kalian telah mengatakan tentang pembunuh ini dari Hudzail, dan aku demi Allah sebagai penebus diyatnya, dan barang siapa setelah itu terbunuh, maka keluarganya memiliki dua pilihan, jika ia mau boleh membunuh balik, dan jika ia mau boleh mengambil diyat."218
مسند الشافعي ٩٧١: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، أَنَّ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَتَلَ نَفَرًا خَمْسَةً أَوْ سَبْعَةً بِرَجُلٍ قَتَلُوهُ قَتْلَ غِيلَةٍ، وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «لَوْ تَمَالَأَ عَلَيْهِ أَهْلُ صَنْعَاءَ لَقَتَلْتُهُمْ جَمِيعًا»
Musnad Syafi'i 971: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Al Musayyab: Umar telah menghukum mati 5 atau 7 orang karena telah menculik seorang lelaki dan membunuhnya, lalu Umar berkata, "Seandainya seluruh penduduk Shan'a beramai- ramai membunuhnya, niscaya aku akan memerangi mereka semua." 219
مسند الشافعي ٩٧٢: أَخْبَرَنَا مُسْلِمٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَظُنُّهُ عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: غَزَوْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزْوَةً، قَالَ: وَكَانَ يَعْلَى يَقُولُ: وَكَانَتْ تِلْكَ الْغَزْوَةُ أَوْثَقَ عَمَلِي فِي نَفْسِي، قَالَ عَطَاءٌ: قَالَ صَفْوَانُ: قَالَ يَعْلَى: كَانَ لِي أَجِيرٌ فَقَاتَلَ إِنْسَانًا فَعَضَّ أَحَدُهُمَا يَدَ الْآخَرِ، فَانْتَزَعَ، يَعْنِي الْمَعْضُوضَ، يَدَهُ مِنْ فِيِّ الْعَاضِّ فَذَهَبَتْ إِحْدَى ثَنِيَّتَيْهِ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَهْدَرَ ثَنِيَّتَهُ. قَالَ عَطَاءٌ: وَحَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيَدَعُ يَدَهُ فِي فِيكَ تَقْضَمُهَا كَأَنَّهَا فِي فِيِّ فَحْلٍ يَقْضَمُهَا» . قَالَ عَطَاءٌ: وَقَدْ أَخْبَرَنِي صَفْوَانُ أَيُّهُمَا عَضَّ، فَنَسِيتُهُ
Musnad Syafi'i 972: Muslim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij -aku menduganya dari Atha' dari Shafwan bin Ya'la bin Umayah dari Ya'la bin Umayyah , ia mengatakan: Aku pernah ikut berperang bersama Nabi dalam suatu peperangan. Atha mengatakan bahwa Ya'la berkata, ''Perang tersebut merupakan kerjaku yang paling berkesan." Atha' mengatakan: Shafwan mengatakan bahwa Ya'la berkata, "Aku mempunyai seorang pekerja bayaran. Ia berduel dengan seseorang, maka salah seorang darinya menggigit tangan yang lain. Lalu orang yang digigit menarik tangannya dari mulut orang yang menggigitnya hingga salah satu dari gigi serinya rontok." Atha melanjutkan kisahnya: Aku menduganya mengatakan bahwa Nabi bersabda, "Apakah dia membiarkan tangannya di mulutmu, lalu kamu kunyah seakan-akan tangannya berada di dalam mulut unta yang menggigitnya?" Atha berkata, "Shafwan menceritakan kepadaku, Manakah di antara keduanya yang menggigit, aku lupa'." 220
مسند الشافعي ٩٧٣: أَخْبَرَنَا مُسْلِمٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَنَّ ابْنَ أَبِي مُلَيْكَةَ، أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ إِنْسَانًا جَاءَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَعَضَّهُ إِنْسَانٌ فَانْتَزَعَ يَدَهُ فَذَهَبَتْ ثَنِيَّتَهُ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: «بَعُدَتْ ثَنِيَّتُهُ»
Musnad Syafi'i 973: Muslim mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij; Ibnu Abu Mulaikah mengabarkannya bahwa ayahnya pernah bercerita kepadanya: Bahwa seseorang datang kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq . Ia mengadukan bahwa ia digigit oleh seseorang, lalu ia menarik tangannya dari mulut si penggigit, hingga gigi seri si penggigit rontok. Maka Abu Bakar berkata, "Gigi serinyalah yang salah." 221
مسند الشافعي ٩٧٤: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ سَعْدًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ وَجَدْتُ مَعَ امْرَأَتِي رَجُلًا، أُمْهِلُهُ حَتَّى آتِيَ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَعَمْ»
Musnad Syafi'i 974: Malik mengabarkan kepada kami dari Suhail dari bapaknya, dari Abu Hurairah bahwa Sa'd pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurutmu jika aku menemukan istriku bersama seorang lelaki, apakah aku menangguhkannya hingga aku mendatangkan 4 orang saksi?" Rasulullah SAW bersabda, "Ya"222
مسند الشافعي ٩٧٥: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْفٍ، عَنْ سَعْدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَمَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
Musnad Syafi'i 975: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Thalhah bin Abdullah bin Auf, dari Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nafi bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka dia adalah syahid "223
مسند الشافعي ٩٧٦: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْ أَنَّ امْرَأً اطَّلَعَ عَلَيْكَ بِغَيْرِ إِذْنٍ فَحَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ جُنَاحٌ»
Musnad Syafi'i 976: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah telah bersabda, "Seandainya seseorang mengintip kamu tanpa izin, lalu kamu mengetapel matanya dengan batu kerikil hingga matanya buta, maka tidak ada dosa atas dirimu."224
مسند الشافعي ٩٧٧: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ، يَقُولُ: اطَّلَعَ رَجُلٌ مِنْ جُحْرٍ فِي حُجْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِدْرًى يَحُكُّ بِهِ رَأْسَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ تَنْظُرُ لَطَعَنْتُ بِهِ فِي عَيْنِكَ، إِنَّمَا جُعِلَ الِاسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ»
Musnad Syafi'i 977: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, ia mengatakan: Ia pernah mendengar Sahl bin Sa'd mengatakan: Seorang lelaki mengintip kamar Nabi dari salah satu ruangan. Ketika itu Nabi sedang memegang sebuah penggaruk untuk menggaruk kepalanya, lalu beliau bersabda, "Seandainya aku mengetahui bahwa kamu mengintip, niscaya aku tusuk matamu. Sesungguhnya dijadikannya meminta izin itu hanya untuk pandangan."225