صحيح ابن خزيمة ٣٩١: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا، أَخْبَرَهُ، ح وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا بِشْرُ بْنُ عُمَرَ، نا مَالِكٌ، عَنْ سُمَيٍّ، مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْأَذَانِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا عَلَيْهِ» هَذَا لَفْظُ حَدِيثِ يَحْيَى بْنِ حَكِيمٍ نا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْيَحْمَدِيُّ قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ، عَنْ سُمَيٍّ بِهَذَا الْحَدِيثِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 391: Yunus bin Abdul Ala mengabarkan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami sesungguhnya Malik mengabarkan kepadanya, Ha', Yahya bin Hakim menceritakan kepada kami, Basyar bin Umar mengabarkan kepada kami, Malik mengabarkan kepada kami, dari Sumaiyi maula Abu Bakar dari Shalih As-Samman dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui apa (pahala) yang terdapat pada adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan mengundi, niscaya mereka pasti mengundinya.514 Ini adalah hadits redaksi Yahya bin Hakim. Atabah bin Abdullah Al Yahmadi, ia berkata, “Aku membaca dari Malik dari Sumaiyi sama dengan hadits ini.”
صحيح ابن خزيمة ٣٩٢: نا الْحُسَيْنُ بْنُ عِيسَى الْبِسْطَامِيُّ، نا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ رَبَاحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا سَمِعَ الشَّيْطَانُ الْأَذَانَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ وَلَهُ ضِرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 392: Al Husem bm Isa Al Bisthami mengabarkan hadits kepada kami, Anas bin Iyadh mengabarkan kepada kami dari Katsir bin Zaid dari Al Walid bin Rabah dari Abu Hurairah; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila syetan mendengar adzan untuk shalat, maka ia berpaling (berlari menjauh) dan ia mengeluarkan kentut hingga ia tidak mendengarnya lagi.”515
صحيح ابن خزيمة ٣٩٣: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا جَرِيرٌ، وَأَبُو مُعَاوِيَةَ، وَاللَّفْظُ لِجَرِيرٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ ذَهَبَ حَتَّى يَكُونَ مَكَانَ الرَّوْحَاءِ» قَالَ سُلَيْمَانُ فَسَأَلْتُهُ عَنِ الرَّوْحَاءِ، فَقَالَ: هِيَ مِنَ الْمَدِينَةِ عَلَى سِتَّةٍ وَثَلَاثِينَ مِيلًا
Shahih Ibnu Khuzaimah 393: Yusuf bin Musa mengabarkan kepada kami, Jarir dan Abu Muawiyah mengabarkan kepada kami —redaksi hadits milik Jarir— dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya syetan apabila mendengar adzan untuk shalat, maka ia pergi, sampai ia berada di kawasan Ar Rauha”516 Sulaiman berkata, “Aku bertanya tentang Ar-Rauha', ia menjawab, 'Ar Rauha' adalah kawasan yang terletak tiga puluh enam mil dari kota Madinah'.”
صحيح ابن خزيمة ٣٩٤: نا أَحْمَدُ بْنُ سِنَانٍ الْوَاسِطِيُّ، نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، نا شُعْبَةُ، عَنْ مُهَاجِرٍ أَبِي الْحَسَنِ قَالَ: سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ وَهْبٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَرَادَ الْمُؤَذِّنُ أَنْ يُؤَذِّنَ، فَقَالَ: «أَبْرِدْ» ، ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُؤَذِّنَ، فَقَالَ: «أَبْرِدْ» قَالَ شُعْبَةُ: حَتَّى سَاوَى الظِّلُّ التُّلُولَ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوا بِالصَّلَاةِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 394: Ahmad bin Sinan Al Wasithi mengabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi mengabarkan kepada kami, Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Muhajir Abui Hasan, ia berkata, aku mendengar Zaid bin Wahab, ia berkata, Aku mendengar Abu Dzar berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bepergian, lalu ada seorang muadzin yang ingin mengumandangkan adzan, beliau lalu bersabda, “Tinggu sampai teduh” lalu ia ingin mengumandangkan adzan, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tunggu sampai teduh” Syu’bah berkata, “Sampai bayangan sama dengan undukan tanah” lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya panas yang menyengat termasuk semburan (jilatan) neraka jahanam, maka tunggulah dalam melaksanakan shalat sampai cuaca teduh.”,517
صحيح ابن خزيمة ٣٩٥: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، نا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ، نا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَرَجُلٌ فَوَدَّعَنَا، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا سَافَرْتُمَا وَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَأَذِّنَا وَأَقِيمَا، وَلْيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا» قَالَ الْحَذَّاءُ: وَكَانَا مُتَقَارِبَيْنِ فِي الْقِرَاءَةِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 395: Abdullah bin Said Al Asyaj mengabarkan kepada kami, Hafash mengabarkan kepada kami maksudnya -Ibnu Ghiyas, Khalid Al Hadzdza' mengabarkan kepada kami dari Abu Qilabah dari Malik bin Al Huwairits, ia berkata, “Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersama seorang laki-laki, lalu kami berpisah, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berdua berpergian lalu tiba waktu shalat, maka kumandangkanlah adzan dan iqamah serta yang lebih tua menjadi Imam”.518 Al Hadzdza' berkata, “Keduanya mirip dalam hal bacaan shalatnya.”
صحيح ابن خزيمة ٣٩٦: نا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، نا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ قَالَ: أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَابْنُ عَمٍّ لِي، فَقَالَ: «إِذَا سَافَرْتُمَا فَأَذِّنَا وَأَقِيمَا وَلْيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا»
Shahih Ibnu Khuzaimah 396: Salm bin Junadah mengabarkan kepada kami, Waqi' mengabarkan kepada kami, dari Sufyan dari Khalid Al Hadzdza' dari Abu Qilabah dari Malik bin Al Huwairits, ia berkata, “Kami pernah mendatangi Rasulullah; aku dan anak pamanku, lalu beliau bersabda, “Apabila kalian berdua pergi, maka kumandangkanlah adzan dan iqamah, serta hendaklah yang lebih tua dari keduanya menjadi imam.”519
صحيح ابن خزيمة ٣٩٧: نا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ بُنْدَارٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ، نا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، نا مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ قَالَ: أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبِيبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِشْرِينَ لَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدِ اشْتَهَيْنَا أَهْلِينَا، أَوِ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّا تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرَنَاهُ، فَقَالُ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ» ، وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا وَأَشْيَاءَ لَا أَحْفَظُهَا وَصَلَّوْا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ " نا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ بِمِثْلِ حَدِيثِ بُنْدَارٍ، وَرُبَّمَا خَالَفَهُ فِي بَعْضِ اللَّفْظَةِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 397: Muhammad bin Basyar Bundar mengabarkan kepada kami, Abdul Wahab menceritakan kepada kami , Ayub mengabarkan kepada kami, dari Abu Qilabah, Malik bin Al Huwairits mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Kami pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam saat usia kami masih muda. Kemudian kami menetap selama dua puluh malam, sementara beliau adalah sosok yang memiliki kasih sayang dan kelembutan. Ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berasumsi bahwa kami telah merindukan keluarga kami, maka kami bertanya mengenai apa yang kami tinggalkan setelah ini, lalu beliau mengabarkannya kepada kami, beliau bersabda, 'Kembalilah kepada keluarga kalian dan menetaplah bersama mereka, ajarilah dan perintahkanlah mereka' lalu beliau menyebutkan beberapa hal yang aku hafal dan beberapa hal yang tidak aku hafal; 'Dan, shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat, apabila waktu tiba, maka salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan yang lebih tua dari kalian yang menjadi imam'." 520 Yahya bin Hakim mengabarkan kepada kami, Abdul Wahab bin Abdul Majid mengabarkan kepada kami seperti hadits Bundar dan barangkali terjadi perbedaan di sebagian redaksinya.
صحيح ابن خزيمة ٣٩٨: نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَأَبُو هَاشِمٍ قَالَا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، نا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ، فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِتَمَامِهِ
Shahih Ibnu Khuzaimah 398: Ya’kub bin Ibrahim dan Abu Hasyim mengabarkan kepada kami dan keduanya berkata, “Ismail menceritakan kepada kami, Ayub mengabarkan kepada kami, dari Abu Qilabah dari Malik bin Al Huwairits.” Lalu ia menyebutkan hadits secara sempurna.521
صحيح ابن خزيمة ٣٩٩: نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ السُّلَيْمِيُّ، نا عَبْدُ الْأَعْلَى، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا وَهُوَ فِي مَسِيرٍ لَهُ يَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَلَى الْفِطْرَةِ» قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ: «خَرَجَ مِنَ النَّارِ» ، فَاسْتَبَقَ الْقَوْمَ إِلَى الرَّجُلِ، فَإِذَا رَاعِي غَنَمٍ حَضَرَتْهُ الصَّلَاةُ فَقَامَ يُؤَذِّنُ
Shahih Ibnu Khuzaimah 399: Ismail bin Basyar bin Manshur As- Sulami, Abdul A'la mengabarkan kepada kami dari Humaid dari Qatadah dari Anas bin Malik, Nabi pernah mendengar seorang laki- laki yang sedang berjalan berkata, “Allahu Akbar, Allahu Akbar. ” Nabiyullah kemudian bersabda, “Ia berada dalam kesucian”. Ia berkata, “Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. ” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ia telah keluar dari api neraka. ” Lalu suatu kaum bergegas menemui laki-laki tersebut, apabila ia mengembala kambingnya kemudian waktu shalat tiba, maka ia berdiri mengumandangkan adzan.”522
صحيح ابن خزيمة ٤٠٠: نا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي صَفْوَانَ الْعَلِيُّ، نا بَهْزٌ، يَعْنِي ابْنَ أَسَدٍ، نا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا ثَابِتٌ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُغِيرُ عِنْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ فَإِنْ سَمِعَ أَذَانًا أَمْسَكَ وَإِلَّا أَغَارَ، فَاسْتَمَعَ ذَاتَ يَوْمٍ فَسَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ: «عَلَى الْفِطْرَةِ» ، فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ: «خَرَجْتَ مِنَ النَّارِ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَإِذَا كَانَ الْمَرْءُ يَطْمَعُ بِالشَّهَادَةِ بِالتَّوْحِيدِ لِلَّهِ فِي الْأَذَانِ وَهُوَ يَرْجُو أَنْ يُخَلِّصَهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ بِالشَّهَادَةِ بِاللَّهِ بِالتَّوْحِيدِ فِي أَذَانِهِ فَيَنْبَغِي لِكُلِّ مُؤْمِنٍ أَنْ يَتَسَارَعَ إِلَى هَذِهِ الْفَضِيلَةِ طَمَعًا فِي أَنْ يُخَلِّصَهُ اللَّهُ مِنَ النَّارِ، خَلَا فِي مَنْزِلِهِ أَوْ فِي بَادِيَةٍ أَوْ قَرْيَةٍ أَوْ مَدِينَةٍ طَلَبًا لِهَذِهِ الْفَضِيلَةِ، وَقَدْ خَرَّجْتُ أَبْوَابَ الْأَذَانِ فِي السَّفَرِ أَيْضًا فِي مَوَاضِعَ غَيْرِ هَذَا الْمَوْضِعِ فِي نَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ، وَأَمْرُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِلَالًا بِالْأَذَانِ لِلصُّبْحِ بَعْدَ ذَهَابِ وَقْتِ تِلْكَ الصَّلَاةِ، وَتِلْكَ الْأَخْبَارُ أَيْضًا خِلَافُ قَوْلِ مَنْ زَعَمَ أَنْ لَا يُؤَذَّنَ لِلصَّلَاةِ بَعْدَ ذَهَابِ وَقْتِهَا، وَإِنَّمَا يُقَامُ لَهَا بِغَيْرِ أَذَانٍ
Shahih Ibnu Khuzaimah 400: Muhammad bin Abu Sufwan Al Ali mengabarkan kepada kami, Bahz mengabarkan kepada kami Maksudnya adalah Ibnu Asad— Hamad bin Salamah mengabarkan kepada kami, Tsabit dari Anas mengabarkan kepada kami, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah akan melakukan penyerangan saat shalat shubuh. Dan, ketika beliau mendengar adzan, maka beliau menghentikan penyerangan, dan jika tidak mendengar suara adzan, maka beliau meneruskan agresi. Pada suatu hari beliau mendengar seorang laki-laki berkata, “Allaahuakbar, allaahu akbar” lalu nabi bersabda, “Ia Berada di atas kesucian." Lalu laki-laki berkata, “ Asyhadu allaa ilaaha illallaah.” Beliau bersabda, “Ia dibebaskan dari api neraka.” 523 Abu Bakar berkata, “Apabila seseorang mengharapkan kesaksian tauhidnya kepada Allah di dalam adzan, maka sebaiknya bagi seorang mukmin bersegera menuju keutamaan ini dengan harapan Allah SWT membebaskannya dari api neraka, demikian juga saat berada di rumahnya, di pedalaman, di perkampungan atau di kota, semua dalam rangka mencari keutamaan ini. Pintu adzan juga dibuka lebar saat bepergian dan tempat-tempat selain tempat-tempat ini, yaitu (contohnya) di saat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tertidur meninggalkan shalat shubuh hingga matahari terbit serta perintah beliau terhadap Bilal untuk melakukan adzan shubuh setelah habisnya waktu shalat tersebut. Hadits-hadits tersebut bertentangan dengan asumsi para ulama bahwa tidak diperkenankan adzan pada waktu shalat yang waktunya telah habis di mana shalat dilaksanakan tanpa adzan.