مسند أحمد ٥٨٥٦: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ غَدَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مِنًى حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِ عَرَفَةَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَنَزَلَ بِنَمِرَةَ وَهِيَ مَنْزِلُ الْإِمَامِ الَّذِي كَانَ يَنْزِلُ بِهِ بِعَرَفَةَ حَتَّى إِذَا كَانَ عِنْدَ صَلَاةِ الظُّهْرِ رَاحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُهَجِّرًا فَجَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ ثُمَّ رَاحَ فَوَقَفَ عَلَى الْمَوْقِفِ مِنْ عَرَفَةَ
Musnad Ahmad 5856: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [Ibnu Ishaq] telah menceritakan kepadaku [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam meninggalkan Mina setelah beliau shalat shubuh pada pagi hari 'Arafah hingga beliau sampai di 'Arafah tepatnya di Namirah. Namirah yaitu suatu tempat yang beliau pergunakan untuk beristirahat sewaktu di 'Arafah. Hingga jika dluhur tiba, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam meneruskan perjalanan di panas terik dan menjamak antara shalat zhuhur dan Ashar. Kemudian beliau berkhuthbah di hadapan manusia, lalu beliau berjalan dan melakukan wuquf di Arafah.
Grade
مسند أحمد ٥٨٥٧: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يُحِبُّ إِذَا اسْتَطَاعَ أَنْ يُصَلِّيَ الظُّهْرَ بِمِنًى مِنْ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ وَذَلِكَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الظُّهْرَ بِمِنًى
Musnad Ahmad 5857: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku], dari [Ibnu Ishaq] telah menceritakan kepadaku [Nafi'] dari [Abdullah bin Umar] bahwa, dia senang jika dapat melakukan shalat dhuhur di Mina pada hari tarwiyah, yang demikian itu karena Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam melakukan shalat Zhuhur di Mina.
Grade
مسند أحمد ٥٨٥٨: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى حِينَ أَقْبَلَ مِنْ حَجَّتِهِ قَافِلًا فِي تِلْكَ الْبَطْحَاءِ قَالَ ثُمَّ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَأَنَاخَ عَلَى بَابِ مَسْجِدِهِ ثُمَّ دَخَلَهُ فَرَكَعَ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى بَيْتِهِ قَالَ نَافِعٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ كَذَلِكَ يَصْنَعُ
Musnad Ahmad 5858: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [Ibnu Ishaq] telah menceritakan kepadaku [Nafi'] dari [Ibnu Umar], Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam telah menunaikan shalat ketika pulang dari hajinya di Batha`. Ibnu Umar berkata: Kemudian beliau memasuki kota Madinah, lalu singgah di pintu Masjid, kemudian memasukinya, dan u shalat dua raka'at dan baru kembali ke rumahnya. Nafi' berkata: Dan adalah Abdullah bin Umar juga berbuat seperti itu.
Grade
مسند أحمد ٥٨٥٩: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلَا إِنَّمَا بَقَاؤُكُمْ فِيمَا سَلَفَ قَبْلَكُمْ مِنْ الْأُمَمِ كَمَا بَيْنَ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ أُوتِيَ أَهْلُ التَّوْرَاةِ التَّوْرَاةَ فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا انْتَصَفَ النَّهَارُ ثُمَّ عَجَزُوا فَأُعْطُوا قِيرَاطًا قِيرَاطًا ثُمَّ أُوتِيَ أَهْلُ الْإِنْجِيلِ الْإِنْجِيلَ فَعَمِلُوا إِلَى صَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ عَجَزُوا فَأُعْطُوا قِيرَاطًا قِيرَاطًا ثُمَّ أُوتِينَا الْقُرْآنَ فَعَمِلْنَا إِلَى غُرُوبِ الشَّمْسِ فَأُعْطِينَا قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ فَقَالَ أَهْلُ الْكِتَابَيْنِ أَيْ رَبَّنَا لِمَ أَعْطَيْتَ هَؤُلَاءِ قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ وَأَعْطَيْتَنَا قِيرَاطًا قِيرَاطًا وَنَحْنُ كُنَّا أَكْثَرَ عَمَلًا مِنْهُمْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ أُجُورِكُمْ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهُوَ فَضْلِي أُوتِيهِ مَنْ أَشَاءُ
Musnad Ahmad 5859: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku], dari [Ibnu Syihab] dari [Salim bin Abdillah] dari [Abdullah bin Umar] dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: " Keberadaan kalian dibandingkan umat-umat terdahulu seperti jarak (rentang waktu) antara Shalat Ashar hingga terbenamnya matahari. Ahlu Taurat diberikan Taurat lalu mereka beramal hingga pertengahan hari. Mereka berhenti, maka mereka diberi (ganjaran) satu qirath-satu qirath. Kemudian Ahlu Injil diberi Injil dan mereka beramal hingga masuknya waktu shalat Ashar lalu mereka tidak sanggup lagi (berhenti). Mereka diberi (ganjaran) satu qirath satu qirath. Kemudian kita diberi Al Qur`an dan beramal sampai matahari terbenam, lalu diberi (ganjaran) dua Qirath-dua Qirath. Maka Ahlu Kitab (Taurat dan Injil) pun menyatakan protes, 'Wahai Rabb kami, kenapa Engkau berikan (ganjaran) untuk mereka dua Qirath-dua Qirath sementara Engkau hanya memberi kami satu Qirath padahal amalan kami lebih banyak daripada mereka.' Allah Ta'ala menjawab: 'Apakah saya menzhalimi kalian dengan mengurangi bagian ganjaran kalian? ' mereka pun menjawab, 'Tidak.' Allah berfirman, 'Itulah keutamaanKU yang Aku berikan kepada siapa saja yang Aku kehendaki.'"
Grade
مسند أحمد ٥٨٦٠: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ لَا يَزَالُ يُغْبَنُ فِي الْبُيُوعِ وَكَانَتْ فِي لِسَانِهِ لُوثَةٌ فَشَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَلْقَى مِنْ الْغَبْنِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَنْتَ بَايَعْتَ فَقُلْ لَا خِلَابَةَ قَالَ يَقُولُ ابْنُ عُمَرَ فَوَاللَّهِ لَكَأَنِّي أَسْمَعُهُ يُبَايِعُ وَيَقُولُ لَا خِلَابَةَ يُلَجْلِجُ بِلِسَانِهِ
Musnad Ahmad 5860: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepadaku [bapakku], dari [Ibnu Ishaq] telah menceritakan kepadaku [Nafi'] dari [Ibnu Umar] dia berkata: Seorang laki-laki Anshar sering ditipu dalam jual beli dan dia seorang yang gagap bicara. Maka dia mengadu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam perihal penipuan yang ia alami. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memberi pemecahan dengan bersabda: "Jika kamu berjual beli maka ucapkanlah, 'LAA KHILAABAH (Awas, jangan ada penipuan).'" Nafi' berkata: Ibnu Umar berkata: "Demi Allah, saya mendengar setiap kali dia menjual ia berkata: 'LAA KHILAABAH.' Dengan suara yang keras."
Grade
مسند أحمد ٥٨٦١: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَسَعْدٌ قَالَا حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ وَحَدَّثَنِي نَافِعٌ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ أَوْ يَبِيعَ عَلَى بَيْعِهِ
Musnad Ahmad 5861: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] dan [Sa'dari] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [bapakku], dari [Muhammad bin Ishaq] dia berkata: dan telah menceritakan kepadaku Nafi' (budak Abdullah bin Umar) bahwa Abdullah bin Umar berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam melarang seseorang untuk meminang wanita yang masih dalam proses pinangan saudaranya atau melakukan transaksi jual beli yang masih dalam proses transaksi jual beli saudaranya.
Grade
مسند أحمد ٥٨٦٢: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنِي عُمَرُ بْنُ حُسَيْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى آلِ حَاطِبٍ عَنْ نَافِعٍ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ تُوُفِّيَ عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ وَتَرَكَ ابْنَةً لَهُ مِنْ خُوَيْلَةَ بِنْتِ حَكِيمِ بْنِ أُمَيَّةَ بْنِ حَارِثَةَ بْنِ الْأَوْقَصِ قَالَ وَأَوْصَى إِلَى أَخِيهِ قُدَامَةَ بْنِ مَظْعُونٍ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَهُمَا خَالَايَ قَالَ فَمَضَيْتُ إِلَى قُدَامَةَ بْنِ مَظْعُونٍ أَخْطُبُ ابْنَةَ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ فَزَوَّجَنِيهَا وَدَخَلَ الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ يَعْنِي إِلَى أُمِّهَا فَأَرْغَبَهَا فِي الْمَالِ فَحَطَّتْ إِلَيْهِ وَحَطَّتْ الْجَارِيَةُ إِلَى هَوَى أُمِّهَا فَأَبَيَا حَتَّى ارْتَفَعَ أَمْرُهُمَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ قُدَامَةُ بْنُ مَظْعُونٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنَةُ أَخِي أَوْصَى بِهَا إِلَيَّ فَزَوَّجْتُهَا ابْنَ عَمَّتِهَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ فَلَمْ أُقَصِّرْ بِهَا فِي الصَّلَاحِ وَلَا فِي الْكَفَاءَةِ وَلَكِنَّهَا امْرَأَةٌ وَإِنَّمَا حَطَّتْ إِلَى هَوَى أُمِّهَا قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ يَتِيمَةٌ وَلَا تُنْكَحُ إِلَّا بِإِذْنِهَا قَالَ فَانْتُزِعَتْ وَاللَّهِ مِنِّي بَعْدَ أَنْ مَلَكْتُهَا فَزَوَّجُوهَا الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ
Musnad Ahmad 5862: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku], dari [Ibnu Ishaq] telah menceritakan kepadaku [Umar bin Husain bin Abdillah] budak Ali Hathib dari Nafi' (budak Abdullah bin Umar), dari Abdullah bin Umar, dia berkata: Usman bin Mazh'un wafat meninggalkan seorang anak perempuan hasil pernikahannya dengan Khuwailah binti Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin Al Auqash. Ibnu Umar berkata: Dan dia berwasiat kepada saudara lelakinya yang bernama Qudamah bin Madz'un. Abdullah berkata: keduanya adalah sama-sama paman dari ibuku. Dia (Abdullah) berkata: Lalu aku mendatangi Qudamah bin Madz'un untuk meminang anak perempuan Usman bin Madz'un, lalu ia menikahkanku dengannya. Tiba-tiba Mughirah bin Syu'bah menemui ibunya, merayunya dan membuatnya tertarik kepada hartanya sehingga akhirnya ia lebih condong kepadanya. Dan anak perempuannya juga lebih condong kepada keinginan ibunya. Abdullah bin Umar dan Qudamah bin Madzh'un tidak menyetujuinya hingga permasalahan ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Qudamah bin Madz'un kemudian menyampaikan uneg-unegnya, "Wahai Rasulullah, anak perempuan dari saudara lelakiku telah diwasiatkan kepadaku, hingga aku pun menikahkannya dengan anak lelaki dari bibinya (dari jalur ibu) yakni: Abdullah bin Umar. Aku tidak meragukan kebaikan juga kemampuan keponakan perempuanku, hanya sayang dia adalah seorang wanita yang lebih condong kepada kemauan ibunya." Dia (Abdullah) berkata: "Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berkata: 'Dia adalah anak yatim, dan ia tidak boleh dinikahkan kecuali seijinnya.' Ia berkata: Demi Allah, ia pun akhirnya direbut dariku setelah aku menikahinya, lalu mereka menikahkannya dengan Al Mughirah bin Syu'bah."
Grade
مسند أحمد ٥٨٦٣: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ حَدَّثَنَا نَافِعٌ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَى الْمِنْبَرِ غِفَارٌ غَفَرَ اللَّهُ لَهَا وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ وَعُصَيَّةُ عَصَتْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Musnad Ahmad 5863: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepadaku [bapakku], dari [Shalih] telah menceritakan kepada kami [Nafi'] bahwa [Abdullah] telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar: "Ghifar, semoga Allah mengampuni mereka. Dan Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka. Dan adapun Ushayyah telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya."
Grade
مسند أحمد ٥٨٦٤: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ حَدَّثَنَا نَافِعٌ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ أَبِي و حَدَّثَنَاه سَعْدٌ قَالَ يُدْخِلُ اللَّهُ أَهْلَ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلَ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُومُ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ فَيَقُولُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ لَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ لَا مَوْتَ كُلٌّ خَالِدٌ فِيمَا هُوَ فِيهِ
Musnad Ahmad 5864: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepadaku [bapakku], dari [Shalih] telah menceritakan kepada kami [Nafi'] bahwa [Abdullah bin Umar] berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Penduduk surga masuk ke dalam Surga.." bapakku berkata: telah menceritakannya kepada kami [Sa'd] bahwa beliau berkata: "Ketika Allah memasukkan penghuni Surga ke dalam Surga dan penghuni neraka ke dalam neraka, kemudian berdirilah seorang juru seru yang berada di antara mereka seraya berkata: 'Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian dan wahai penduduk neraka tidak ada lagi kematian, setiap orang kekal ditempat tinggalnya."
Grade
مسند أحمد ٥٨٦٥: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ صَالِحٍ حَدَّثَنَا نَافِعٌ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ الْمَسْجِدَ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَبْنِيًّا بِاللَّبِنِ وَسَقْفُهُ الْجَرِيدُ وَعُمُدُهُ خَشَبُ النَّخْلِ فَلَمْ يَزِدْ فِيهِ أَبُو بَكْرٍ شَيْئًا وَزَادَ فِيهِ عُمَرُ وَبَنَاهُ عَلَى بِنَائِهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّبِنِ وَالْجَرِيدِ وَأَعَادَ عُمُدَهُ خَشَبًا ثُمَّ غَيَّرَهُ عُثْمَانُ فَزَادَ فِيهِ زِيَادَةً كَثِيرَةً وَبَنَى جِدَارَهُ بِالْحِجَارَةِ الْمَنْقُوشَةِ وَالْقَصَّةِ وَجَعَلَ عُمُدَهُ مِنْ حِجَارَةٍ مَنْقُوشَةٍ وَسَقْفَهُ بِالسَّاجِ
Musnad Ahmad 5865: Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub] telah menceritakan kepada kami [bapakku], dari [Shalih] telah menceritakan kepada kami [Nafi'] bahwa [Abdullah] telah mengabarkan kepadanya, bahwa Masjid pada masa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam terbuat dari batu bata, atapnya terbuat dari dahan pohon kurma, dan tiangnya terbuat dari batang pohon kurma. Abu Bakar tidak menambahi (merubah) konstruksi bangunannya sama sekali. Dan Umar sedikit menambahinya dengan membangun ulang seperti bangunannya semula yakni dari batu bata, dahan-dahan pohon kurma, dan tiangnya dari batang pohon kurma. Lain halnya dengan Usman, ia mengadakan perombakan dan penambahan besar pada masjid itu. Ia membangun dindingnya dari batu-batu yang dipahat dan batu kapur, tiangnya ia buat dari batu yang dipahat, serta atapnya terbuat dari kayu pilihan.
Grade