صحيح ابن خزيمة ٢٧١: نا بُنْدَارٌ، نا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، وَابْنُ أَبِي عَدِيٍّ ، وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، وَسَهْلُ بْنُ يُوسُفَ، وَعَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ الثَّقَفِيُّ قَالُوا: حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيِّ، نا عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ قَالَ: كُنَا فِي سَفَرٍ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّا سَرَيْنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى إِذَا كَانَ السَّحَرُ قَبْلَ الصُّبْحِ وَقَعْنَا تِلْكَ الْوَقْعَةِ، وَلَا وَقْعَةَ أَحْلَى عِنْدَ الْمُسَافِرِ مِنْهَا، فَمَا أَيْقَظَنَا إِلَّا حَرُّ الشَّمْسِ - فَذَكَرَ بَعْضَ الْحَدِيثِ - وَقَالَ: ثُمَّ نادَى بِالصَّلَاةِ، فَصَلَّى بِالنَاسٍ , ثُمَّ انْفَتَلَ مِنْ صَلَاتِهِ، فَإِذَا رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ لَمْ يُصَلِّ مَعَ الْقَوْمِ، فَقَالَ لَهُ: «مَا مَنَعَكَ يَا فُلَانُ أَنْ تُصَلِّيَ مَعَ الْقَوْمِ؟» فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَصَابَتْنِي جَنابَةٌ وَلَا مَاءَ، فَقَالَ: «عَلَيْكَ بِالصَّعِيدِ فَإِنَّهُ يَكْفِيكَ» ، ثُمَّ سَارَ وَاشْتَكَى إِلَيْهِ النَّاسُ فَدَعَا فُلَانًا - قَدْ سَمَّاهُ أَبُو رَجَاءٍ وَنَسِيَهُ عَوْفٌ - وَدَعَا عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، فَقَالَ لَهُمَا: «اذْهَبَا فَابْغِيَا لَنَا الْمَاءَ» فَانْطَلَقَا فَتَلَقَّيَا امْرَأَةً بَيْنَ سَطِيحَتَيْنِ أَوْ مَزَادَتَيْنِ عَلَى بَعِيرٍ - فَذَكَرَ الْحَدِيثَ - وَقَالَ: ثُمَّ نُودِيَ فِي النَّاسِ أَنِ اسْقُوا وَاسْتَقُوا، فَسُقِيَ مَنْ شَاءَ وَاسْتَقَى مَنْ شَاءَ قَالَ: وَكَانَ آخِرُ ذَلِكَ أَنْ أَعْطَى الَّذِي أَصَابَتْهُ الْجَنَابَةُ إِنَاءً مِنْ مَاءٍ، وَقَالَ: «اذْهَبْ فَأَفْرِغْهُ عَلَيْكَ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «فَفِي هَذَا الْخَبَرِ أَيْضًا دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الْمُتَيَمِّمَ إِذَا صَلَّى بِالتَّيَمُّمِ، ثُمَّ وَجَدَ الْمَاءَ فَاغْتَسَلَ إِنْ كَانَ جُنُبًا، أَوْ تَوَضَّأَ إِنْ كَانَ مُحْدِثًا، لَمْ يَجِبْ عَلَيْهِ إِعَادَةُ مَا صَلَّى بِالتَّيَمُّمِ، إِذِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَأْمُرِ الْمُصَلِّيَ بِالتَّيَمُّمِ لَمَّا أَمْرَهُ بِالِاغْتِسَالِ بِإِعَادَةِ مَا صَلَّى بِالتَّيَمُّمِ. وَفِي الْخَبَرِ أَيْضًا دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ الْمُغْتَسَلَ بِالْجَنَابَةِ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ الْوُضُوءُ قَبْلَ إِفَاضَةِ الْمَاءِ عَلَى الْجَسَدِ غَيْرَ أَعْضَاءِ الْوُضُوءِ، إِذِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَمَرَ الْجُنُبَ بِإِفْرَاغِ الْمَاءِ عَلَى نَفْسِهِ، وَلَمْ يَأْمُرْهُ بِالْبَدْءِ بِالْوَضُوءِ وَغَسْلِ أَعْضَاءِ الْوُضُوءِ , ثُمَّ إِفَاضَةِ الْمَاءِ عَلَى سَائِرِ الْبَدَنِ، كَانَ فِي أَمْرِهِ إِيَّاهُ مَا بَانَ، وَصَحَّ أَنَّ الْجُنُبَ إِذَا أَفَاضَ عَلَى نَفْسِهِ كَانَ مُؤَدِّيًا لِمَا عَلَيْهِ مِنْ فَرْضِ الْغُسْلِ، وَفِي هَذَا مَا دَلَّ عَلَى أَنَّ بَدْءَ الْمُغْتَسِلِ بِالْوَضُوءِ , ثُمَّ إِفَاضَةُ الْمَاءِ عَلَى سَائِرِ الْبَدَنِ اخْتِيَارٌ وَاسْتِحْبَابٌ لَا فَرْضٌ وَإِيجَابٌ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 271: Bundar mengabarkan kepada kami, Yahya bin Said, dan Ibnu Abu Adi, Muhammad bin Ja'far, Sulaiman bin Yusuf dan Abdul Wahab bin Abdul Majid. Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada kami. Mereka berkata, Auf menceritakan kepada kami, dari Abu Raja Al Utharidi, Imran bin Hushain mengabarkan kepada kami, ia berkata: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sungguh kami berjalan di malam hari sampai apabila waktu sahur tiba sebelum waktu subuh, kami menemukan suatu peristiwa dan tidak ada peristiwa lagi yang lebih manis bagi orang yang bepergian dari peristiwa ini. Kami tidak terbangun dari tidur kecuali panas matahari sudah menyengat. Imran bin Husein mengemukakan sebagian hadits dan berkata: Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajak melaksanakan shalat, lalu beliau melaksanakan shalat dengan para sahabat, lalu shalat pun usai dilaksanakan. Tiba-tiba ada seorang laki-laki menyendiri tidak melaksanakan shalat bersama kaum yang lainnya. Lalu Nabi bertanya kepadanya: "Wahai fulan Apakah yang menghalangimu shalat bersama kaum yang lain?" Ia berkata: "Wahai Rasulullah! Aku sedang junub dan tidak ada air". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bertayamumlah engkau dengan debu, maka ia cukup bagimu". Kemudian Nabi berjalan dan para sahabat mengadu kepada beliau —karena dahaga—. Kemudian Nabi memanggil fulan —Abu Raja' menyebutkan namanya sementara Auf melupakannya— lalu ia memanggil Ali bin Abu Thalib, kemudian beliau bersabda kepadanya: "Pergilah kalian berdua dan carilah air untuk kami". Lalu keduanya berangkat, kemudian bertemu dengan seorang wanita yang berada di antara dua tong air yang berukuran besar atau dua tempat air yang terbuat dari kulit. Kemudian ia menyebutkan hadits. Imran berkata: Kemudian para sahabat dipanggil untuk minum lalu mereka minum. Nabi memberikan minum siapa saja yang beliau kehendaki dan siapa saja dapat meminumnya. Imran berkata lagi: Di akhir pembagian air, Nabi memberikan satu bejana air kepada laki-laki yang sedang junub, lalu beliau bersabda: "Pergilah dan habiskan air ini untukmu." 387 Abu Bakar berkata: "Di dalam hadits ini juga terdapat keterangan bahwa orang yang bertayamum apabila melaksanakan shalat kemudian ia menjumpai air lalu ia mandi besar jika mengalami janabah atau berwudhu apabila ia hanya mengalami hadats, maka tidak wajib baginya mengulang shalat yang dilakukan dengan tayamum, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memerintahkan orang yang melaksanakan shalat dengan tayamum untuk mengulang shalatnya (sementara dalam hal mandi, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengulanginya). Di dalam hadits juga terdapat keterangan bahwa orang yang junub tidak wajib berwudhu sebelum menuangkan air pada tubuhnya, kecuali anggota wudhu itu sendiri. Karena Nabi memerintahkan orang yang sedang dalam keadaan junub untuk menghabiskan air untuk dirinya, dan beliau tidak memerintahkan untuk memulainya dengan berwudhu lalu membasuh anggota wudhu kemudian meratakan air untuk seluruh tubuh. Dengan demikian, maka perintah Nabi kepada hal tersebut jelas dan shahih bahwa orang yang mengalami junub apabila ia telah meratakan air pada seluruh tubuhnya berarti telah melakukan bagian dari wajibnya mandi. Dan, dalam hal ini tidak menunjukkan bahwa seseorang yang akan mandi junub memulai dengan berwudhu, kemudian meratakan air keseluruh tubuh secara suka rela dan menginginkan pahala sunah yang tidak termasuk fardhu dan wajib.
صحيح ابن خزيمة ٢٧٢: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا جَرِيرٌ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ يَرْفَعْهُ فِي قَوْلِهِ: {وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ} [النساء: 43] الْآيَةَ قَالَ: «إِذَا كَانَتْ بِالرَّجُلِ الْجِرَاحَةُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ الْقُرُوحُ أَوِ الْجُدَرِيُّ فَيَجْنُبُ فَيَخَافُ إِنِ اغْتَسَلَ أَنْ يَمُوتَ فَلْيَتَيَمَّمْ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «هَذَا خَبَرٌ لَمْ يَرْفَعْهُ غَيْرُ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 272: Yusuf bin Musa mengabarkan kepada kami, Jarir mengabarkan kepada kami dari Atha#39&; bin As-Sa#39&;ib, dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas yang me-rafa’kannya; di dalam firman Allah SWT, “Dan, apabila kalian sakit atau dalam bepergian.” Ibnu Abbas berkata, “Apabila seseorang terluka sebab berperang di jalan Allah, lalu bernanah atau cacar, lalu ia mengalami junub, kemudian takut apabila mandi akan menyebabkan meninggal dunia, maka hendaklah bertayamum.”388 Abu Bakar berkata: “Ini adalah hadits yang tidak di-marfu’-kan kecuali oleh Atha bin Saib.”
صحيح ابن خزيمة ٢٧٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا عُمَرُ بْنُ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ، نا أَبِي، أَخْبَرَنِي إِيَّاهُ الْوَلِيدُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، أَنَّ عَطَاءً حَدَّثَهُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَجُلًا أَجْنَبَ فِي شِتَاءٍ فَسَأَلَ فَأُمِرَ بِالْغُسْلِ، فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ، فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَا لَهُمْ؟ قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ - ثَلَاثًا - قَدْ جَعَلَ اللَّهُ الصَّعِيدَ أَوِ التَّيَمُّمَ طَهُورًا» شَكَّ فِي ابْنِ عَبَّاسٍ، ثُمَّ أَثْبَتَهُ بَعْدُ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 273: Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami, Umar bin Hafsh bin Ghiyats mengabarkan kepada kami, Ayahku mengabarkan kepada kami, Al Walid bin Ubaidullah bin Abu Rabah menceritakan kepadaku bahwa Atha#39&; menceritakan hadits dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya seorang laki-laki sedang dalam keadaan junub di musim dingin, lalu ia bertanya -kepada salah seorang sahabat— kemudian ia diperintahkan untuk mandi besar, maka ia mandi, lalu ia meninggal dunia. Kemudian hal tersebut dituturkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda, “Apa yang terjadi pada mereka, sungguh mereka telah membunuhnya, dan semoga Allah membinasakan mereka, —beliau menyebutkannya tiga kali—. Sungguh Allah telah menjadikan tanah —untuk tayammum— itu suci.”389 Terdapat keraguan pada Ibnu Abbas kemudian setelah itu ia dikukuhkan.
صحيح ابن خزيمة ٢٧٤: نا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْمُرَادِيُّ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ يَعْنِي ابْنَ اللَّيْثِ، عَنِ اللَّيْثِ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ، عَنْ عُمَيْرٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ: أَقْبَلْتُ أَنَا وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَسَارٍ مَوْلَى مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى أَبِي الْجُهَيْمِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ الصِّمَّةِ الْأَنْصَارِيِّ، فَقَالَ أَبُو جُهَيْمٍ: «أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَحْوِ بِئْرِ جَمَلٍ، فَلَقِيَهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ، فَلَمْ يَرُدَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى الْجِدَارِ، فَمَسَحَ بِوَجْهِهِ وَيَدَيْهِ فَرَدَّ عَلَيْهِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 274: Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi mengabarkan kepada kami, Syu'aib —Maksudnya adalah Ibnu Al-Laits— mengabarkan kepada kami dari Al-Laits dari Ja'far bin Rabi'ah dari Abdurrahman bin Hurmuz dari Umair —hamba sahaya Ibnu Abbas—, ia mendengarnya berkata, “Aku dan Abdullah bin Yasar, —hamba sahaya dari Maimunah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam—, datang hingga akhirnya kami bertemu dengan Abu Al Juhaim bin Al Harits bin Ash-Shammah Al Anshari. Abu Juhaim berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang dari kawasan Bi'ri Jamal, lalu seorang laki-laki bertemu dengan beliau dan mengucapkan salam. Akan tetapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjawab salam tersebut hingga ia membelakangi tembok lalu mengusap wajah dan kedua tangan (bertayamum) kemudian beliau menjawab salam. 390
صحيح ابن خزيمة ٢٧٥: نا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ، أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، ح وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، ح وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، ح وَحَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، ح وَحَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُمْ كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، نا أَبُو أُسَامَةَ، نا هِشَامٌ، ح وَنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمُخَرِّمِيُّ، نا أَبُو مُعَاوِيَةَ، نا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ، أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ دَمِ الْحَيْضِ يُصِيبُ الثَّوْبَ، فَقَالَ: «حُتِّيهِ، ثُمَّ اقْرُصِيهِ بِالْمَاءِ، ثُمَّ انْضَحِيهِ» هَذَا حَدِيثُ حَمَّادٍ " وَفِي خَبَرِ ابْنِ عُيَيْنَةَ: «ثُمَّ رُشِّي وَصَلِّي فِيهِ» . وَفِي خَبَرِ يَحْيَى: «ثُمَّ تَنْضَحِيهِ وَتُصَلِّي فِيهِ» . " وَلَمْ يَذْكُرِ الْآخَرُونَ النَّضْحَ وَلَا الرَّشَّ، إِنَّمَا ذَكَرُوا الْحَتَّ، وَالْقَرْصَ بِالْمَاءِ، ثُمَّ الصَّلَاةَ فِيهِ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ وَكِيعٍ: وَحُتِّيهِ، ثُمَّ اقْرُصِيهِ بِالْمَاءِ «لَمْ يَزِدْ عَلَى هَذَا»
Shahih Ibnu Khuzaimah 275: Ahmad bin Abdah mengabarkan kepada kami, Hamad bin Zaid mengabarkan kepada kami, Ha’, Ali bin Kasyram menceritakan kepada kami, Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami, Ha, Yahya bin Hakim menceritakan kepada kami, Yahya bin Said menceritakan kepada kami, Ha, Salam bin Junadah menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami, Ha, Yunus bin Abd Al A'la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami sesungguhnya Malik menceritakan kepada mereka. Mereka semua dari Hisyam bin Urwah, Ha’, Muhammad bin Al Ala' bin Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Usamah menceritakan kepada kami, Hisyam menceritakan kepada kami, Ha, Muhammad bin Abdullah Al Mukharrami menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami, Hisyam bin Urwah menceritakan kepada kami, dari Fathimah bin Al Mundziri, dari Asma' binti Abu Bakar bahwa, Seorang wanita pernah bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai darah haid yang mengenai pakaian, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Keriklah, kemudian gosoklah dengan air, lalu bilaslah". 391 Ini adalah hadits Hammad. Di dalam hadits Ibnu Uyainah disebutkan "Kemudian siramlah dan shalatlah di dalamnya (menggunakan kain tersebut)". Di dalam hadits Yahya, "Kemudian bilaslah dan shalatlah di dalamnya (menggunakan kain tersebut)". Para ahli hadits lainnya tidak mengemukakan kata-kata membilas dan menyiram. Mereka hanya mengemukakan kata-kata mengerik dan menggosok dengan air kemudian melaksanakan shalat di atasnya. Hanya saja hadits Waqi' berbunyi: "Dan kerik lalu gosoklah dengan air". (41 -alif) dan Ia tidak menambahkannya.
صحيح ابن خزيمة ٢٧٦: نا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ: سَمِعْتُ فَاطِمَةَ بِنْتِ الْمُنْذِرِ تُحَدِّثُ، عَنْ جَدَّتِهَا أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ، أَنَّهَا سَمِعَتِ امْرَأَةً تَسْأَلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: إِحْدَانَا إِذَا طَهُرَتْ كَيْفَ تَصْنَعُ بِثِيَابِهَا الَّتِي كَانَتْ تَلْبَسُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ رَأَتْ فِيهِ شَيْئًا فَلْتَحُكُّهُ، ثُمَّ لِتَقْرُصْهُ بِشَيْءٍ مِنْ مَاءٍ، وَتَنْضَحُ فِي سَائِرِ الثَّوْبِ مَاءً وَتُصَلِّي فِيهِ» نا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، نا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ بِهَذَا مِثْلَهُ وَقَالَ: وَقَالَ: «إِنْ رَأَيْتِ فِيهِ دَمًا فَحُكِّيهِ، ثُمَّ اقْرُصِيهِ بِالْمَاءِ، ثُمَّ انْضَحِي سَائِرَهُ، ثُمَّ صَلِّي فِيهِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 276: Yahya bin Hakim mengabarkan kepada kami, Umar bin Ali mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Ishaq mengabarkan kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Fathimah bin Al Mundziri menceritakan hadits dari neneknya; Asma' binti Abu Bakar, Sesungguhnya ia mendengar seorang wanita bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu ia berkata: "Salah seorang wanita dari kami apabila telah suci, apa yang ia lakukan dengan pakaian yang ia kenakan?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila ia melihat sesuatu di dalamnya, maka keriklah lalu gosoklah dengan air dan bilaslah seluruh pakaian dengan air serta shalatlah di dalamnya (menggunakan kain tersebut)". Ibnu Abu Adi mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ishaq dengan hadits sejenis, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila engkau melihat darah di dalamnya, maka kerik lalu gosoklah dengan air, kemudian bilas secara keseluruhan lalu shalatlah di dalamnya (menggunakan kain tersebut)".
صحيح ابن خزيمة ٢٧٧: نا بُنْدَارٌ، نا يَحْيَى، نا سُفْيَانُ، عَنْ ثَابِتٍ وَهُوَ الْحَدَّادُ، عَنْ عَدِيِّ بْنِ دِينَارٍ مَوْلَى أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ دَمِ الْحَيْضِ يُصِيبُ الثَّوْبَ، فَقَالَ: «اغْسِلِيهِ بِالْمَاءِ وَالسِّدْرِ، وَحُكِّيهِ بِضِلْعٍ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 277: Bundar mengabarkan kepada kami, Yahya mengabarkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami, dari Tsabit —Ia adalah tukang besi— dari Adi bin Dinar, hamba sahaya Ummu Qais binti Muhshan, dari Ummu Qais binti Muhshan, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai darah haid yang mengenai pakaian. Lalu beliau bersabda, ‘Basuhlah dengan air dan kapur harus serta keriklah dengan tulang’.”393
صحيح ابن خزيمة ٢٧٨: نا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي سُرَيْجٍ الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبُو أَحْمَدَ، نا الْمِنْهَالُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: - أَوْ قِيلَ لَهَا - كَيْفَ كُنْتُنَّ تَصْنَعْنَ بِثِيَابِكُنَّ إِذَا طَمِثْتُنَّ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: «إِنْ كُنَا لَنَطْمِثُ فِي ثِيَابِنَا، وَفِي دُرُوعِنَا فَمَا نَغْسِلُ مِنْهَا إِلَّا أَثَرَ مَا أَصَابَهُ الدَّمُ، وَإِنَّ الْخَادِمَ مِنْ خَدَمِكُمُ الْيَوْمَ لَيَتَفَرَّغُ يَوْمَ طُهُرِهَا لِغَسْلِ ثِيَابِهَا»
Shahih Ibnu Khuzaimah 278: Ahmad bin Abu Suraij Ar-Razi mengabarkan kepada kami, Al Minhal bin Khalifah mengabarkan kepada kami dari Khalid bin Salamah dari Mujahid dari Umu Salamah. Sesungguhnya Umu Salmah berkata atau dikatakan kepadanya, “Apa yang kalian lakukan dengan pakaian kalian apabila kalian mengalami haid di masa rasulullah SAW?” Umu Salamah menjawab, “Apabila kami haid lalu mengenai pakaian kami dan baju perang kami, maka kami tidak membasuh darinya kecuali bekas bagian yang terkena darah saja. Dan sesungguhnya pembantu dari pembantu-pembantu kalian menghabiskan waktu sucinya untuk mencuci pakaiannya.”394
صحيح ابن خزيمة ٢٧٩: نا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنِ الرَّجُلِ يَأْتِي أَهْلَهُ ثم يَلْبَسُ الثَّوْبَ فَيَعْرَقُ فِيهِ نَجِسًا ذَلِكَ؟ فَقَالَتْ: «قَدْ كَانَتِ الْمَرْأَةُ تُعِدُّ خِرْقَةً أَوْ خِرَقًا، فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ مَسَحَ بِهَا الرَّجُلُ الْأَذَى عَنْهُ، وَلَمْ يَرَ أَنَّ ذَلِكَ يُنَجِّسُهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 279: Said bin Abdurrahman Al Makhzumi menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Yahya bin Said dari Al Qasim bin Muhammad, ia berkata, “Aku batanya kepada Aisyah mengenai seorang laki-laki yang berhubungan intim dengan isterinya kemudian ia memakai baju dan berkeringat di dalamnya, apakah keringatnya najis?” Aisyah berkata, “Seorang wanita (41-ba’) hendaknya menyiapkan satu serbet atau beberapa serbet, di mana apabila hal tersebut terjadi, maka laki-laki tersebut mengusap hal yang berbahaya tersebut darinya dan ia tidak melihat bahwa hal tersebut adalah najis.”395
صحيح ابن خزيمة ٢٨٠: نا مُحَمَّدُ بْنُ مَيْمُونٍ الْمَكِّيُّ، نا الْوَلِيدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنِي الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِيهِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: «تَتَّخِذُ الْمَرْأَةُ الْخِرْقَةَ، فَإِذَا فَرَغَ زَوْجُهَا ناوَلَتْهُ فَيَمْسَحُ عَنْهُ الْأَذَى، وَمَسَحَتْ عَنْهَا ثُمَّ صَلَّيَا فِي ثَوْبَيْهِمَا»
Shahih Ibnu Khuzaimah 280: Muhammad bin Maimun Al Makki menceritakan kepada kami, Al Walid —maksudnya adalah Ibnu Muslim— mengabarkan kepada kami, Al Auza’i menceritakan kepadaku, Abdurrahman bin Al Qasim menceritakan kepadaku, dari ayahnya; Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah; isteri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, “Seorang wanita hendaknya mengambil kain serbet, apabila suaminya selesai berhubungan intim, maka ia memberikan serbet tersebut kepadanya lalu suaminya mengusap hal yang berbahaya dan ia pun mengusapnya, lalu keduanya melaksanakan shalat dengan baju yang dikenakan.”