كِتَابُ الْوُضُوءِ

Kitab Wudhu'

Shahih Ibnu Khuzaimah #261

صحيح ابن خزيمة ٢٦١: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، نا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ هِشَامٍ يَعْنِي ابْنَ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا اسْتَعَارَتْ قِلَادَةً مِنْ أَسْمَاءَ فَهَلَكَتْ، فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ناسًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِي طَلَبِهَا، فَأَدْرَكَتْهُمُ الصَّلَاةُ فَصَلَّوْا بِغَيْرِ وُضُوءٍ، فَلَمَّا أَتَوَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَكَوْا ذَلِكَ إِلَيْهِ، فَنَزَلَتْ آيَةَ التَّيَمُّمِ " قَالَ أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ: «جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَوَاللَّهِ مَا نَزَلَ بِكَ أَمْرٌ قَطُّ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ لَكَ مِنْهُ مَخْرَجًا، وَجَعَلَ لِلْمُسْلِمِينَ فِيهِ بَرَكَةً»

Shahih Ibnu Khuzaimah 261: Muhammad bin Al Ala' bin Kuraib mengabarkan kepada kami, Abu Usamah mengabarkan kepada kami dari Hasyim —Maksudnya Ibnu Urwah— dari ayahnya dari 'Aisyah. Sesungguhnya 'Aisyah pernah meminjam kalung dari Asma, lalu kalung tersebut hilang, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengutus orang-orang dari para sahabat beliau untuk mencarinya. —Dalam pencarian ini— para sahabat mengetahui masuknya waktu shalat, lalu mereka pun melaksanakan shalat tanpa berwudhu. Ketika mereka menjumpai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mengadu mengenai hal tersebut, lalu turunlah ayat mengenai tayamum. Usaid bin Hudhair berkata: Mudah-mudahan Allah membalas kebaikanmu. Demi Allah, sama sekali tidak akan turun suatu perkara kepadamu, kecuali Allah akan menjadikan jalan keluar bagimu dari perkara tersebut dan Allah menjadikan keberkahan bagi umat Islam dalam perkara tersebut. 374

Shahih Ibnu Khuzaimah #262

صحيح ابن خزيمة ٢٦٢: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ مُسْلِمٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ حَتَّى إِذَا كُنَا بِالْبَيْدَاءِ أَوْ بِذَاتِ الْجَيْشِ انْقَطَعَ عِقْدٌ لِي، فَأَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْتِمَاسِهِ، وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ، فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ فَقَالُوا: أَلَا تَرَى إِلَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ؟ أَقَامَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِالنَّاسِ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ، وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ، فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ، فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ

Shahih Ibnu Khuzaimah 262: Yunus bin Abdul A'la mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Wahab bin Muslim mengabarkan kepada kami, sesungguhnya Malik menceritakan hadits dari Abdurrahman bin Al Qasim, dari ayahnya, dari Aisyah radliyallahu 'anha (38 ba’) sesungguhnya ia berkata: Beberapa kali kami melakukan perjalanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hingga ketika di padang pasir —dikawasan Dzatul Jaisy— kalung milikku terputus. Kemudian Rasulullah berusaha untuk mencarinya, lalu para sahabat juga ikut serta mencarinya. Padahal mereka tidak memiliki air. Lalu para sahabat datang menemui Abu Bakar dan berkata: "Apakah engkau mengetahui apa yang dilakukan oleh 'Aisyah? Ia bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya berusaha mencari, padahal mereka tidak berada dekat sumber air dan tidak juga memiliki air". Abu Bakar kemudian datang sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang meletakkan kepalanya di atas pahaku dalam keadaan tertidur. Lalu hadits disebutkan dengan panjang lebar. 375

Shahih Ibnu Khuzaimah #263

صحيح ابن خزيمة ٢٦٣: نا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ الْقُرَشِيُّ، نا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ وَهُوَ سَعِيدُ بْنُ طَارِقٍ الْأَشْجَعِيُّ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فُضِّلَتْ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَجُعِلَتْ صُفُوفَنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَأُعْطِيتُ هَذِهِ الْآيَاتِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ بَيْتِ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ لَمْ يُعْطَ مِنْهُ أَحَدٌ قَبْلِي وَلَا أَحَدٌ بَعْدِي "

Shahih Ibnu Khuzaimah 263: Salim bin Junadah Al Qarsyi mengabarkan kepada kami, Abu Muawiyah mengabarkan kepada kami —Ia adalah Said bin Thariq Al Asyja'i— dari Rib'i bin Hirasy dari Khudaifah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Umat ini dimuliakan atas umat-umat lainnya dengan tiga hal: Tanah dijadikan untuk kita sebagai masjid dan suci (bisa digunakan untuk bersuci), barisan kami dijadikan seperti barisan para Malaikat. Dan aku diberikan ayat-ayat dari akhir surat Al Baqarah ini, dari sebuah rumah emas di bawah Al 'Arsy, di mana Allah belum pernah memberikan kepada siapapun sebelumku dan sesudahku sama sekali". 376

Shahih Ibnu Khuzaimah #264

صحيح ابن خزيمة ٢٦٤: نا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ حَبِيبِ بْنِ الشَّهِيدِ، نا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " فُضِّلْنَا عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدًا، وَجُعِلَ تُرَابُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ، وَجُعِلَتْ صُفُوفُنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَأُوتِيتُ هَؤُلَاءِ الْآيَاتِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ، مِنْ بَيْتِ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ لَمْ يُعْطَ مِنْهُ أَحَدٌ قَبْلِي , وَلَا أَحَدٌ بَعْدِي "

Shahih Ibnu Khuzaimah 264: Ishak bin Ibrahim bin Habib bin Asy- Syahid mengabarkan kepada kami, Ibnu Fudhail mengabarkan kepada kami, dari Abu Malik Al Asyja'i, dari Rib'i bin Hirasy, dari Hudzaifah bin Al Yaman, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kami diberikan keutamaan atas segenap manusia dengan tiga hal: Seluruh bumi dijadikan masjid bagi kami dan debunya dijadikan suci bagi kami apabila tidak menjumpai air, dan barisan kami dijadikan seperti barisan para malaikat, serta diberikan ayat-ayat dari akhir surat Al Baqarah ini, dari sebuah rumah emas di bawah Al 'Arsy, di mana Allah belum pernah memberikan siapapun sebelum dan sesudahku sama sekali". 378

Shahih Ibnu Khuzaimah #265

صحيح ابن خزيمة ٢٦٥: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّدَفِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: لَمْ أَعْقِلْ أَبَوَيَّ قَطُّ إِلَّا وَهُمْ يَدِينَانِ الدِّينَ، وَلَمْ يَمُرَّ عَلَيْنَا يَوْمٌ إِلَّا يَأْتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَفَيِ النَّهَارِ بُكْرَةً وَعَشِيَّةً - فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ - وَقَالَ فِي الْخَبَرِ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ أُرِيتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ، أُرِيتُ سَبِخَةً ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ وَهُمَا الْحَرَّتَانِ» فَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ فِي هِجْرَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " فَفِي قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُرِيتُ سَبِخَةً ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لَابَتَيْنِ» ، وَإِعْلَامِهِ إِيَّاهُمْ أَنَّهَا دَارُ هِجْرَتِهِمْ، وَجَمِيعُ الْمَدِينَةِ كَانَتْ هِجْرَتَهُمْ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ جَمِيعَ الْمَدِينَةِ سَبِخَةٌ، وَلَوْ كَانَ التَّيَمُّمُ غَيْرَ جَائِزٍ بِالسَّبِخَةِ وَكَانَتِ السَّبِخَةُ عَلَى مَا تَوَهَّمَ بَعْضُ أَهْلِ عَصْرِنَا أَنَّهُ مِنَ الْبَلَدِ الْخَبِيثِ بِقَوْلِهِ: {وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا} [الأعراف: 58] لَكَانَ قَوْدُ هَذِهِ الْمَقَالَةِ أَنَّ أَرْضَ الْمَدِينَةِ خَبِيثَةٌ لَا طَيِّبَةٌ، وَهَذَا قَوْلُ بَعْضِ أَهْلِ الْعِنَادِ لَمَّا ذَمَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ، فَقَالَ: إِنَّهَا خَبِيثَةٌ فَاعْلَمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمَّاهَا طَيْبَةً أَوْ طَابَةً، فَالْأَرْضُ السَّبِخَةُ هِيَ طَيِّبَةٌ عَلَى مَا خَبَّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الْمَدِينَةَ طَيْبَةٌ، وَإِذَا كَانَتْ طَيِّبَةً وَهِيَ سَبِخَةٌ، فَاللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَمَرَ بِالتَّيَمُّمِ بِالصَّعِيدِ الطَّيِّبِ فِي نَصِّ كِتَابِهِ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَعْلَمَ أَنَّ الْمَدِينَةَ طَيْبَةٌ أَوْ طَابَةٌ مَعَ إِعْلَامِهِ إِيَّاهُمْ أَنَّهَا سَبِخَةٌ، وَفِي هَذَا مَا بَانَ وَثَبَتَ أَنَّ التَّيَمُّمَ بِالسِّبَاخِ جَائِزٌ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 265: Yunus bin Abdul A’la Ash-Shadafi mengabarkan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami Yunus bin Yazid dari Ibnu Syihab mengabarkan kepada kami, Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepada kami, sesungguhnya 'Aisyah, isteri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, berkata: Aku tidak mengetahui sama sekali kecuali kedua orang tuaku telah memeluk agama (Islam). Tidak pernah terlewati satu haripun kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi kami di penghujung waktu siang dari pagi dan sore harinya. Lalu ia menyebutkan hadits secara panjang lebar dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku telah diperlihatkan tempat hijrah kalian dan aku telah diperlihatkan tanah yang bergaram (subuh) yang hampir saja tidak bisa ditumbuhi kurma di antara dua batu hitam". Keduanya adalah tanah lapang, lalu ia menyebutkan hadits panjang lebar dalam masalah hijrah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari kota Makkah menuju Madinah. 381 Abu Bakar berkata: Dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Aku telah diperlihatkan tanah yang bergaram yang hampir saja tidak bisa ditumbuhi kurma di antara dua batu hitam", dan informasi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabat bahwa kota Madinah adalah tempat hijrah kalian, —dan seluruh kota Madinah adalah tempat hijrah mereka—. Ini menunjukkan bahwa tanah seluruh kota Madinah mengandung garam. Seandainya bertayamum tidak boleh dengan tanah yang mengandung garam —adapun tanah bergaram yang diasumsikan oleh sebagian ulama pada masa kami, adalah termasuk negeri yang kotor dengan firmanNya, {Dan, tanah yang tidak subur tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana} (Qs. Al A'raaf [7]: 58) niscaya pernyataan ini menunjukkan bahwa kota Madinah adalah kotor dan tidak suci. Ketahuilah bahwa ini termasuk pendapat sebagian orang-orang yang membangkang saat mereka mencaci penduduk Madinah dengan berkata: "Sesungguhnya kota Madinah adalah buruk". Ketahuilah bahwa Nabi menjuluki kota Madinah dengan julukan thibah yang berarti kota yang baik atau suci. Tanah yang bergaram adalah tanah yang baik sebagaimana dikatakan oleh Nabi; bahwa kota Madinah adalah kota yang baik. Apabila kota Madinah adalah kota yang baik, padahal ia bergaram, maka Allah Azza wa Jalla dalam Al Qur'an telah memerintahkan bertayamum dengan debu yang baik dan Nabi telah menginformasikan bahwa kota Madinah adalah kota yang baik berdasarkan informasi yang diberikan kepada mereka; bahwa kota Madinah bergaram. Dengan demikian jelas dan tetap bahwa bertayamum dengan debu yang bergaram adalah boleh.

Shahih Ibnu Khuzaimah #266

صحيح ابن خزيمة ٢٦٦: نا عَلِيُّ بْنُ مَعْبَدٍ، نا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ ذَرٍّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي التَّيَمُّمِ: «ضَرْبَةٌ لِلْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 266: Ali bin Mabad mengabarkan kepada kami, Yazid bin Harun mengabarkan kepada kami, Syubah mengabarkan kepada kami, dari Al Hakam dari Dzar, dari Said bin Abdurrahman, dari ayahnya dari Ammar bin Yasir Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda mengenai tayamum: "Satu Usapan untuk wajah dan kedua telapak tangan". 382

Shahih Ibnu Khuzaimah #267

صحيح ابن خزيمة ٢٦٧: نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، نا ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عَرَزَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّيَمُّمِ قَالَ: «ضَرْبَةٌ لِلْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 267: Ya’kub bin Ibrahim mengabarkan kepada kami, Ibnu Ulaiyah mengabarkan kepada kami dari Said bin Qatadah, dari Arazah dari Said bin Abdurrahman bin Abza, dari ayahn ya, dari Amar bin (39 -ba') Yasir dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Mengenai tayamum, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Satu Usapan untuk wajah dan kedua telapak tangan". 383

Shahih Ibnu Khuzaimah #268

صحيح ابن خزيمة ٢٦٨: حَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، نا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، نا شُعْبَةُ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ ذَرٍّ، عَنِ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَجُلًا أَتَى عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَقَالَ: إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ، فَقَالَ عُمَرُ: لَا تُصَلِّ، فَقَالَ عَمَّارٌ: أَمَا تَذْكُرُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ أَنَا وَأَنْتَ فِي سَرِيَّةٍ فَأَجْنَبْنَا، فَلَمْ نَجْدِ الْمَاءَ، فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ، وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فِي التُّرَابِ فَصَلَّيْتُ، فَلَمَّا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ» ، «وَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ عَلَى الْأَرْضِ، ثُمَّ نَفَخَ فِيهَا، وَمَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ»

Shahih Ibnu Khuzaimah 268: Bundar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far mengabarkan kepada kami, Syu’bah bin Al Hakam mengabarkan kepada kami, dari Dzar dari Ibnu Abdurrahman bin Abza dari ayahnya: Sesunggguhnya seorang laki-laki pernah mendatangi Umar bin Al Khaththab, lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku sedang dalam keadaan junub dan aku tidak menjumpai air?” Umar menjawab: "Janganlah kamu shalat". Ammar berkata: "Tidakkah kamu ingat saat aku dan kamu berada dalam satu pasukan, lalu kita mengalami junub kemudian kita tidak menjumpai air. Adapun kamu —memilih untuk— tidak melaksanakan shalat. Sementara aku menggosokkan tanganku pada debu kemudian aku melaksanakan shalat. Setelah itu kita mendatangi Nabi, lalu aku menyampaikan hal tersebut kepada beliau, lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya hal demikian cukup bagimu'. Lalu Nabi memukulkan tangannya ke tanah kemudian meniup dan mengusap wajah dan kedua telapak tangannya". 384

Shahih Ibnu Khuzaimah #269

صحيح ابن خزيمة ٢٦٩: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، نا أَبُو يَحْيَى يَعْنِي التَّيْمِيَّ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سَلَمَةَ بنِ كُهَيْلٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ فَقَالَ: إِنَّا نَجْنُبُ، وَلَيْسَ مَعَنَا مَاءٌ - فَذَكَرَ قِصَّتَهُ مَعَ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ وَقَالَ - وَقَالَ: يَعْنِي عَمَّارًا فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَقُولَ بِيَدَيْكَ هَكَذَا وَهَكَذَا , وَضَرَبَ بِيَدَيْهِ إِلَى التُّرَابِ، ثُمَّ نَفَضَهُمَا، ثُمَّ نَفَخَ فِيهِمَا وَمَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «أَدْخَلَ شُعْبَةُ بَيْنَ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، وَبَيْنَ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي هَذَا الْخَبَرِ ذَرًّا» رَوَاهُ الثَّوْرِيُّ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى " إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ فِي خَبَرِ الثَّوْرِيِّ، وَشُعْبَةَ: نَفْضُ الْيَدَيْنِ مِنَ التُّرَابِ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 269: Abdullah bin Said Al Asyaj mengabarkan kepada kami, Abu Yahya —maksudnya adalah At-Taimi— mengabarkan kepada kami dari Al Amasy dari Salamah bin Kuhail dari Sa'id bin Abdurrahman dari ayahnya, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Umar lalu ia berkata: "Sesungguhnya kami sedang mengalami junub dan kami tidak memiliki air". Lalu Umar menyebutkan kisah ini bersama Ammar bin Yasir, dan ia berkata —Maksudnya Ammar—: "Kemudian aku mendatangi Rasulullah dan memberitahukan hal itu. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya cukup bagimu untuk melakukannya dengan tanganmu seperti ini dan seperti ini'. Dan beliau memukulkan tangannya pada debu, lalu mengibaskannya lalu meniupnya dan dengan keduanya beliau mengusap muka dan kedua tangannya". 385 Abu Bakar berkata: "Syu'bah memasukkan Dzar pada hadits ini antara Salamah bin Kuhail dan Sa'id bin Abdurrahman. Hadits ini diriwayatkan oleh Ats-Tsauri dari Salamah dari Abu Malik dan Abdullah bin Abdurrahman bin Abza dari Abdurrahman bin Abza. Hanya saja di dalam hadits Ats-Tsauri dan Syu'bah tidak ada redaksi: 'Mengibaskan kedua tangan dari debu'.

Shahih Ibnu Khuzaimah #270

صحيح ابن خزيمة ٢٧٠: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، نا الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا مَعَ عَبْدِ اللَّهِ، وَأَبِي مُوسَى، فَقَالَ أَبُو مُوسَى: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا أَجْنَبَ فَلَمْ يَجِدِ الْمَاءَ شَهْرًا يَتَيَمَّمُ؟ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: لَا يَتَيَمَّمُ، فَقَالَ أَبُو مُوسَى: أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ عَمَّارٍ لِعُمَرَ: بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ، فَتَمَرَّغْتُ فِي الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَضْرِبَ بِكَفَّيْكَ عَلَى الْأَرْضِ، ثُمَّ تَمْسَحَهُمَا، ثُمَّ تَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَكَ وَكَفَّيْكَ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: " فَقَوْلُهُ فِي هَذَا الْخَبَرِ: ثُمَّ تَمْسَحَهُمَا هُوَ النَّفْضُ بِعَيْنِهِ وَهُوَ مَسْحُ إِحْدَى الرَّاحَتَيْنِ بِالْأُخْرَى لِيَنْفُضَ مَا عَلَيْهِمَا مِنَ التُّرَابِ "

Shahih Ibnu Khuzaimah 270: Yusuf bin Musa mengabarkan kepada kami, Abu Muawiyah mengabarkan kepada kami, Al ‘Amasy dari Syaqiq telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Suatu saat aku sedang duduk bersama Abdullah dan Abu Musa. Abu Musa berkata, ‘Wahai Abu Abdurrahman bagaimana pendapatmu apabila seseorang sedang dalam keadaan junub, sementara ia tidak menjumpai air selama satu bulan, apakah ia boleh bertayamum?’ Abdullah berkata, ‘Ia tidak boleh bertayamum.’ Abu Musa berkata, ‘Apakah kamu tidak mendengar ucapan Ammar kepada Umar; Rasulullah pernah mengutus diriku untuk suatu kepentingan, lalu aku mengalami junub sementara aku tidak menemukan air, lalu aku berguling-guling di atas permukaan tanah sebagaimana binatang melata berguling-guling. Aku mengemukakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, “Cukup bagimu memukulkan kedua telapak tanganmu di atas tanah, kemudian engkau mengusapnya dan mengusap wajah serta kedua telapak tanganmu dengan kedua tangan tersebut!” 386 Abu Bakar berkata, “Sabda nabi, ‘Kemudian engkau mengusapnya’ adalah mengibaskan debu itu sendiri. Dalam arti saling mengusap kedua telapak tangan agar debu yang berada di atas tangan terkibas.”