صحيح ابن خزيمة ١٣١: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرِ بْنِ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَغْلِقْ بَابَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ مُغْلَقًا، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَوْكِ سِقَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ وَاذْكُرِ اللَّهَ، وَلَوْ بِعُودٍ تَعْرُضُهُ عَلَيْهِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 131: Abdurrahman bin Bisyr bin Al Hakam menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, Atha' mengabarkan kepadaku, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tutuplah pintu rumahmu dan sebut nama Allah, karena Syetan tidak dapat membuka yang ditutup. Matikan lampu dan sebut nama Allah, ikat tempat air dan sebut nama Allah dan tutup tempat dan sebut nama Allah walaupun dengan melintangkan sebatang kayu di atasnya.” 236
صحيح ابن خزيمة ١٣٢: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا جَرِيرٌ، عَنْ فِطْرِ بْنِ خَلِيفَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَغْلِقُوا أَبْوَابَكُمْ، وَأَوْكُوا أَسْقِيَتَكُمْ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ، وَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ غَلَقًا، وَلَا يَحُلُّ وِكَاءً، وَلَا يَكْشِفُ غِطَاءً، وَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا أَضْرَمَتْ عَلَى أَهْلِ الْبَيْتِ بَيْتَهُمْ نَارًا، وَكُفُّوا فَوَاشِيَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ عِنْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى أَنْ تَذْهَبَ فَجْوَةُ الْعِشَاءِ» قَالَ لَنَا يُوسُفُ: فَحْوَةُ الْعِشَاءِ، وَهَذَا تَصْحِيفٌ، وَإِنَّمَا هُوَ فَجْوَةُ الْعِشَاءِ وَهِيَ: اشْتِدَادُ الظَّلَامِ " قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «فَفِي الْخَبَرِ دَلَالَةٌ عَلَى أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَمَرَ بِتَغْطِيَةِ الْأَوَانِي، وَإِيكَاءِ الْأَسْقِيَةِ، إِذِ الشَّيْطَانُ لَا يَحُلُّ وِكَاءَ السِّقَاءِ، وَلَا يَكْشِفُ غِطَاءَ الْإِنَاءِ لَا أَنَّ تَرْكَ تَغْطِيَةِ الْإِنَاءِ مَعْصِيَةٌ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَا أَنَّ الْمَاءَ يَنْجُسُ بِتَرْكِ تَغْطِيَةِ الْإِنَاءِ، إِذِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَعْلَمَ أَنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا وَجَدَ السِّقَاءَ غَيْرَ مُوكَإٍ شَرِبَ مِنْهُ، فَيُشْبِهُ أَنْ يَكُونَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَمَرَ بِإِيكَاءِ السِّقَاءِ وَتَغْطِيَةِ الْإِنَاءِ، وَأَعْلَمَ أَنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا وَجَدَ السِّقَاءَ غَيْرَ مُوكَأٍ شَرِبَ مِنْهُ كَانَ فِي هَذَا مَا دَلَّ عَلَى أَنَّهُ إِذَا وَجَدَ الْإِنَاءَ غَيْرَ مُغَطًّى شَرِبَ مِنْهُ، حَدَّثَنَا بِالْخَبَرِ الَّذِي ذَكَرْتُ مِنْ إِعْلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَجَدَ السِّقَاءَ غَيْرَ مُوكَأٍ شَرِبَ مِنْهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 132: Yusuf bin Musa mengabarkan kepada kami, Jarir mengabarkan kepada kami dari Fithr bin Khalifah dari Abu Az-Zubair dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami, “Tutuplah pintu, ikatlah wadah air, tutuplah wadah-wadah kalian dan matikan lampu, karena syetan tidak membuka yang tertutup, tidak dapat melepas ikatan, tidak dapat membuka penutup. Sesungguhnya tikus bisa jadi menyalakan api (sehingga membakar, - peneij.) rumah. Tahanlah (jagalah) harta kalian (fawaasyiikum; seperti hewan ternak, -penerj.) dan keluargamu saat terbenam matahari sampai gelap waktu 'Isya' hilang.”237 Yusuf berkata kepada kami, “fahwah al 'isya” Ini kesalahan tulis. Yang benar fajwah al ‘isya 'yaitu sangat gelap.” Abu Bakar berkata, “Dalam hadits itu ada petunjuk bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam hanya memerintahkan untuk menutup wadah, mengikat tempat air, karena syethan tidak dapat melepas ikatan tempat air dan tidak dapat membuka penutup suatu tempat, tidak berarti bahwa meninggalkan perintah untuk menutup tempat merupakan kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla dan juga tidak berarti air menjadi najis lantaran tempat tidak ditutup. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa syetan itu bila mendapati ada tempat air tidak diikat, ia minum darinya. Tidak berlebihan bila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sewaktu memberi perintah untuk mengikat wadah air dan menutup tempat lainnya, memberitahukan bahwa syetan bila mendapati ada tempat air tidak diikat, ia minum darinya. Pada jalur hadits ini terdapat petunjuk bahwa bila syethan mendapati ada tempat tidak ditutup, ia minum dari tempat itu.” Kami pernah diceritakan hadits yang telah aku sebutkan; berupa pemberitahuan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bila syetan mendapati ada tempat air yang tidak diikat, ia minum dari tempat tersebut.
صحيح ابن خزيمة ١٣٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ الصَّنْعَانِيُّ أَبُو هِشَامٍ، نا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَقِيلِ بْنِ مَعْقِلِ بْنِ مُنَبِّهٍ، عَنْ أَبِيهِ عُقَيْلٍ، عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ: هَذَا مَا سَأَلْتُ عَنْهُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ، وَأَخْبَرَنِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: «أَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ، وَغَلِّقُوا الْأَبْوَابَ إِذَا رَقَدْتُمْ بِاللَّيْلِ، وَخَمِّرُوا الشَّرَابَ وَالطَّعَامَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي فَإِنْ لَمْ يَجِدِ الْبَابَ مُغْلَقًا دَخَلَهُ، وَإِنْ لَمْ يَجِدِ السِّقَاءَ مُوكَأً شَرِبَ مِنْهُ، وَإِنْ وَجَدَ الْبَابَ مُغْلَقًا وَالسِّقَاءَ مُوكَأً لَمْ يَحُلَّ وِكَاءً، وَلَمْ يَفْتَحْ مُغْلَقًا، وَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ لِإِنَائِهِ مَا يُخَمَّرُ بِهِ فَلْيَعْرِضْ عَلَيْهِ عُودًا» وَإِنَّمَا بَدَأْنَا بِذِكْرِ السِّوَاكِ قَبْلَ صِفَةِ الْوُضُوءِ لِبَدْءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِ قَبْلَ الْوُضُوءِ عِنْدَ دُخُولِ مَنْزِلِهِ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 133: Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami, Isma’il bin Abdul Karim Ash-Shan’ani Abu Hisyam mengabarkan kepada kami, Ibrahim bin Aqil bin Ma’qil bin Munabbih mengabarkan kepada kami dari ayahnya; Uqail, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata, “Ini hal yang aku tanyakan kepada Jabir bin Abdullah Al Anshari dan ia mengabarkan kepadaku bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ikatlah tempat-tempat air, kuncilah pintu bila engkau tidur waktu malam. Tutuplah minuman dan makanan, karena syetan itu akan datang. Jika ia mendapati pintu tidak dikunci, ia masuk. Dan, jika ia mendapati tempat air tidak diikat, ia minum darinya. Tapi jika ia mendapati pintu terkunci, tempat air terikat, ia tidak dapat melepas ikatan dan tidak dapat membuka yang terkunci. Jika salah seorang di antara kamu tidak menemukan sesuatu yang dapat digunakan untuk menutup tempat, lintangkan sebatang kayu di atasnya”238 Kami mengawalinya dengan menyebutkan siwak sebelum berwudhu, karena Nabi memulai dengan siwak sebelum wudhu ketika masuk rumah.
Grade
صحيح ابن خزيمة ١٣٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، وَنا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، نا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا مِسْعَرٌ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا عَلِيٌّ يَعْنِي ابْنَ يُونُسَ، عَنْ مِسْعَرٍ كِلَاهُمَا، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ: " بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْدَأُ إِذَا دَخَلَ الْبَيْتَ؟ قَالَتْ: بِالسِّوَاكِ " وَقَالَ يُوسُفُ: إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ
Shahih Ibnu Khuzaimah 134: Muhammad bin Basysyar mengabarkan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi mengabarkan kepada kami, Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Sufyan menceritakan kepada kami, Muhammad bin Basysyar mengabarkan kepada kami, Yazid Ibnu Harun menceritakan kepada kami, Mis’ar mengabarkan kepada kami, Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, Ali -maksudnya adalah Ibnu Yunus- mengabarkan kepada kami, dari Mis’ar, keduanya dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, ia berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah, “Dulu dengan perbuatan apa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memulai ketika memasuki rumah?" Ia menjawab, “Dengan siwak." Yusuf mengatakan, “Bila beliau masuk rumahnya.” 239
Grade
صحيح ابن خزيمة ١٣٥: نا الْحَسَنُ بْنُ قَزَعَةَ بْنِ عُبَيْدٍ الْهَاشِمِيُّ، نا سُفْيَانُ بْنُ حَبِيبٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 135: Al Hasan bin Qaz’ah bin Ubaid Al Hasyimi mengabarkan kepada kami, Sufyan bin Habib mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij dari Utsman bin Abu Sulaiman dari Ubaid bin Umair dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Siwak itu mensucikan mulut, menjadi keridhaan bagi Tuhan.”240
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Rijal Isnadnya Tsiqat,
صحيح ابن خزيمة ١٣٦: نا أَبُو حَصِينِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ يُونُسَ، نا عَنْزٌ يَعْنِي ابْنَ الْقَاسِمِ، نا حُصَيْنٌ، وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ، وَهَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ قَالَا: حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ قَالَ عَلِيٌّ: قَالَ: حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، وَقَالَ هَارُونُ: عَنْ حُصَيْنٍ، وَحَدَّثَنَا بُنْدَارٌ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ حُصَيْنٍ، وَحَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُومِيُّ، نا سُفْيَانُ يَعْنِي ابْنَ عُيَيْنَةَ، عَنْ مَنْصُورٍ، وَحَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، نا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، وَحُصَيْنٍ، وَالْأَعْمَشِ، وَنا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا وَكِيعٌ، نا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، وَحُصَيْنٍ كُلُّهُمْ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ لِلتَّهَجُّدِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ» هَذَا لَفْظُ حَدِيثِ هَارُونَ بْنِ إِسْحَاقَ، لَمْ يَقُلْ أَبُو مُوسَى، وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ لِلتَّهَجُّدِ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 136: Abu Hashin bin Ahmad bin Yunus mengabarkan kepada kami, ‘Anz —maksudnya Ibnu Al Qasim— mengabarkan kepada kami, Hushain mengabarkan kepada kami, Ali bin Al Mundzir dan Harun bin Ishaq menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, Ali berkata:Ibnu Fudhail berkata: Hushain bin Abdurrahman menceritakan kepada kami, Harun berkata: Dari Hushain, Bundar menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Adi menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Hushain; Sa'id bin Abdurrahman Al Makhzumi menceritakan kepada kami, Sufyan —maksudnya Ibnu Uyainah— menceritakan kepada kami dari Manshur; Abu Musa menceritakan kepada kami, Abdurrahman menceritakan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami dari Manshur, Hushain dan Al A’masy dan Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, W aki’ mengabarkan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Manshur dan Hushain, seluruhnya dari Abu Wa'il dari Hudzaifah, ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bila bangun malam untuk tahajjud, beliau menggosok mulutnya dengan siwak.” 241 Ini redaksi hadits Harun bin Ishaq. Abu Musa dan Sa’id bin Abdurrahman tidak mengatakan, “Untuk tahajjud."
صحيح ابن خزيمة ١٣٧: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعِيدٍ، نا أَبِي، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: فَذَكَرَ مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ شِهَابٍ الزُّهْرِيُّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَضْلُ الصَّلَاةِ الَّتِي يُسْتَاكُ لَهَا عَلَى الصَّلَاةِ الَّتِي لَا يُسْتَاكُ لَهَا سَبْعِينَ ضِعْفًا» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «أَنَا اسْتَثْنَيْتُ صِحَّةَ هَذَا الْخَبَرِ لِأَنِّي خَائِفٌ أَنْ يَكُونَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ وَإِنَّمَا دَلَّسَهُ عَنْهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 137: Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami, Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’id menceritakan kepada kami, ayahku mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, ia berkata, “Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Syihab Az- Zuhri menyebutkan dari Urwah dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Keistimewaan shalat yang didahului dengan bersiwak melebihi shalat yang tidak didahului siwak dengan tujuh puluh kali lipat.”242 Abu Bakar berkata, “Aku mengecualikan ke-shahih-an hadits ini, karena aku takut Muhammad bin Ishaq tidak mendengar dari Muhammad bin Muslim, akan tetapi ia hanya men tadlis hadits itu darinya.”
Grade
صحيح ابن خزيمة ١٣٨: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا أَحْمَدُ بْنُ خَالِدٍ الْوَاهِبِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قُلْتُ: تَوَضَّأَ ابْنُ عُمَرَ لِكُلِّ صَلَاةٍ طَاهِرًا أَوْ غَيْرَ طَاهِرٍ عَمَّنْ ذَاكَ؟ قَالَ: حَدَّثَتْهُ أَسْمَاءُ بِنْتُ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ حَنْظَلَةَ بْنِ أَبِي عَامِرٍ حَدَّثَهَا، " أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَرَ بِالْوَضُوءِ لِكُلِّ صَلَاةٍ طَاهِرًا كَانَ أَوْ غَيْرَ طَاهِرٍ، فَلَمَّا شَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِ أَمَرَ بِالسِّوَاكِ لِكُلِّ صَلَاةٍ ". فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَرَى أَنَّ بِهِ قُوَّةً عَلَى ذَلِكَ فَكَانَ لَا يَدَعُ الْوُضُوءَ لِكُلِّ صَلَاةٍ
Shahih Ibnu Khuzaimah 138: Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Khalid Al Wahibi mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, dari Abdullah bin Abdullah bin Umar, ia berkata, Aku berkata (22 -ba), “Ibnu Umar berwudhu setiap hendak melaksanakan shalat, baik ia dalam keadaan suci atau tidak, dari siapa hal itu?” la berkata, “Asma' binti Zaid bin Al Khaththab menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Hanzhalah bin Abu Amir menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diperintah untuk berwudhu setiap kali akan melaksanakan shalat, baik dalam keadaan masih suci atau tidak. Sewaktu hal itu terasa berat bagi beliau, beliau diperintah untuk bersiwak setiap kali hendak melaksanakan shalat. Ibnu Umar memandang bahwa ia memiliki kemampuan untuk itu, sehingga ia tidak pernah meninggalkan wudhu setiap kah hendak shalat.” 243
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Ibnu Ishaq Telah Menjelaskan Dengan "Menceritakan" Pada Riwayat Ahmad Dan Al Hakim, Maka Sanadnya Hasan,
صحيح ابن خزيمة ١٣٩: نا عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ وَهُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذَكْوَانَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَحَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ وَهُوَ ابْنُ عُيَيْنَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِتَأْخِيرِ الْعِشَاءِ، وَالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ» لَمْ يُؤَكِّدِ الْمَخْزُومِيُّ تَأْخِيرَ الْعِشَاءِ "
Shahih Ibnu Khuzaimah 139: Ali bin Khasyram mengabarkan kepada kami, Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zunad —ia adalah Abdullah bin Dzakwan— dari Al A’raj dari Abu Hurairah hingga Nabi SAW; Abdul Jabbar bin Al Ala' dan Sa’id bin Abdurrahman menceritakan kepada kami, keduanya berkata, Sufyan —ia adalah Ibnu Uyainah— menceritakan kepada kami dengan sanad ini, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kalau saja aku tidak memberatkan ummatku, tentu aku perintahkan mereka untuk mengakhirkan shalat Isya' dan bersiwak setiap kali hendak shalat.” 244
صحيح ابن خزيمة ١٤٠: نا عَلِيُّ بْنُ مَعْبَدٍ، نا رَوْحُ بْنُ عِبَادَةَ، نا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «هَذَا الْخَبَرُ فِي الْمُوَطَّأِ» عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: «لَوْلَا أَنْ يَشُقَّ عَلَى أُمَّتِهِ لَأَمَرَهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وَضُوءٍ» وَرَوَاهُ الشَّافِعِيُّ، وَبِشْرُ بْنُ عُمَرَ كَرِوَايَةِ رَوْحٍ
Shahih Ibnu Khuzaimah 140: Ali bin Ma’bad mengabarkan kepada kami, Rauh bin Ubadah mengabarkan kepada kami, Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Humaid bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kalau saja aku tidak memberatkan ummatku, tentu aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu.”245 Abu Bakar berkata, “Hadits ini disebutkan dalam AlMuwaththa' dari Abu Hurairah, “Kalau saja beliau tidak memberatkan ummat, tentu beliau memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali akan berwudhu.” Asy Syafi’i, Bisyr bin Umar meriwayatkannya seperti riwayat Rauh.”
Grade