صحيح ابن خزيمة ١٠١: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ عُتْبَةَ بْنِ أَبِي عُتْبَةَ، عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قِيلَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ حَدِّثْنَا مِنْ شَأْنِ سَاعَةِ الْعُسْرَةِ، فَقَالَ عُمَرُ: خَرَجْنَا إِلَى تَبُوكَ فِي قَيْظٍ شَدِيدٍ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا أَصَابَنَا فِيهِ عَطِشٌ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّ رِقَابَنَا سَتَنْقَطِعُ حَتَّى أَنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيَذْهَبُ يَلْتَمِسُ الْمَاءَ فَلَا يَرْجِعُ حَتَّى يَظُنَّ أَنَّ رَقَبَتَهُ سَتَنْقَطِعُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ يَنْحَرُ بَعِيرَهُ فَيَعْصِرُ فَرْثَهُ فَيَشْرَبُهُ وَيَجْعَلُ مَا بَقِيَ عَلَى كَبِدِهِ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَوَّدَكَ فِي الدُّعَاءِ خَيْرًا فَادْعُ لَنَا، فَقَالَ: «أَتُحِبُّ ذَلِكَ؟» قَالَ: نَعَمْ، فَرَفَعَ يَدَيهُ فَلَمْ يُرْجِعْهُمَا حَتَّى قَالَتِ السَّمَاءُ فَأَظْلَمَتْ، ثُمَّ سَكَبَتْ فَمَلَأُوا مَا مَعَهُمْ، ثُمَّ ذَهَبْنَا نَنْظُرُ فَلَمْ نَجِدْهَا جَازَتِ الْعَسْكَرَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «فَلَوْ كَانَ مَاءُ الْفَرْثِ إِذَا عُصِرَ نَجِسًا لَمْ يَجُزْ لِلْمَرْءِ أَنْ يَجْعَلَهُ عَلَى كَبِدِهِ فَيَنْجُسَ بَعْضُ بَدَنِهِ، وَهُوَ غَيْرُ وَاجِدٍ لِمَاءٍ طَاهِرٍ يَغْسِلُ مَوْضِعَ النَّجَسِ مِنْهُ، فَأَمَّا شُرْبُ الْمَاءِ النَّجِسِ عِنْدَ خَوْفِ التَّلَفِ إِنْ لَمْ يَشْرَبْ ذَلِكَ الْمَاءَ فَجَائِزٌ إِحْيَاءُ النَّفْسِ بِشُرْبِ مَاءٍ نَجِسٍ، إِذِ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَبَاحَ عِنْدَ الِاضْطِرَارِ إِحْيَاءَ النَّفْسِ بِأَكْلِ الْمَيْتَةِ وَالدَّمِ وَلَحْمِ الْخِنْزِيرِ إِذَا خِيفَ التَّلَفَ إِنْ لَمْ يَأْكُلْ ذَلِكَ، وَالْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ نَجَسٌ مُحَرَّمٌ عَلَى الْمُسْتَغْنِي عَنْهُ مُبَاحٌ لِلْمُضْطَرِّ إِلَيْهِ لِإِحْيَاءِ النَّفْسِ بِأَكْلِهِ، فَكَذَلِكَ جَائِزٌ لِلْمُضْطَرِّ إِلَى الْمَاءِ النَّجِسِ أَنْ يُحْيِيَ نَفْسَهُ بِشُرْبِ مَاءٍ نَجِسٍ إِذَا خَافَ التَّلَفَ عَلَى نَفْسِهِ بِتَرْكِ شُرْبِهِ، فَأَمَّا أَنْ يَجْعَلَ مَاءً نَجِسًا عَلَى بَعْضِ بَدَنِهِ، والْعِلْمُ مُحِيطٌ أَنَّهُ إِنْ لَمْ يَجْعَلْ ذَلِكَ الْمَاءَ النَّجِسَ عَلَى بَدَنِهِ لَمْ يَخَفِ التَّلَفَ عَلَى نَفْسِهِ، وَلَا كَانَ فِي إِمْسَاسِ ذَلِكَ الْمَاءِ النَّجِسِ بَعْضَ بَدَنِهِ إِحْيَاءَ نَفْسِهِ بِذَلِكَ، وَلَا عِنْدَهُ مَاءٌ طَاهِرٌ يَغْسِلُ مَا نَجُسَ مِنْ بَدَنِهِ بِذَلِكَ الْمَاءِ فَهَذَا غَيْرُ جَائِزٍ، وَلَا وَاسِعٍ لِأَحَدٍ فِعْلُهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 101: Yunus bin Abdul A’la mengabarkan kepada kami, Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, Amr bin Al Harits mengabarkan kepadaku dari Sa'id bin Abu Hilal dari Utbah bin Abu Utbah dari Nafi’ bin Jubair dari Abdullah bin Abbas, bahwa ditanyakan kepada Umar bin Al Khaththab, “Ceritakan kepada kami mengenai masalah sa ‘ ahal ‘usrah (masa kesulitan).” Umar berkata, “Kami pergi menuju Tabuk saat terik matahari menyengat, lalu kami singgah di sebuah tempat di mana kami dilanda kehausan sampai kami mengira leher-leher kami akan putus, hingga ada seseorang pergi mencari air (17-1), dan ia pun belum kembali, hingga ia mengira lehernya akan putus. Sampai ada seseorang menyembelih untanya, lalu memeras kotorannya, meminumnya dan sisanya ia letakkan pada bagian tubuhnya. Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah selalu memberi kebaikan kepadamu dalam berdoa, karena itu doakan untuk kami.” Beliau bertanya, “Apakah kau menyukainya?” Abu Bakar menjawab, “Ya.” Lalu beliau mengangkat kedua tangan. Belum lagi beliau mengembalikan kedua tangannya, tiba-tiba awan datang, cuaca pun gelap kemudian hujan turun. Merekapun memenuhi bejana yang mereka punya. Kemudian kami pergi lagi menanti tapi kami tidak mendapatkannya melewati tentara.” 206 Abu Bakar berkata, “Seandainya air kotoran bila diperas itu najis, maka seseorang tidak boleh meletakkan air kotoran itu pada bagian tubuhnya, sehingga sebagian badannya terkena najis, padahal ia tidak menemukan air suci yang dapat dipakai untuk membasuh tempat najis itu. Adapun minum air najis ketika khawatir mati jika tidak meminumnya, hal itu boleh demi mempertahankan hidup, karena Allah 'Azza wa Jalla membolehkan makan bangkai, darah, daging babi ketika terdesak untuk mempertahankan hidup, bila khawatir akan mati. Padahal bangkai, darah, daging babi adalah najis yang diharamkan bagi orang yang tidak sedang membutuhkan, tetapi dibolehkan memakannya bagi orang yang terdesak demi mempertahankan hidup. Demikian pula boleh bagi orang yang terdesak demi mempertahankan hidupnya meminum air najis bila ia khawatir mati jika tidak meminumnya. Adapun meletakkan air najis pada sebagian badannya, padahal diketahui bahwa jika air najis itu tidak diletakkan pada badannya, ia tidak mengkhawatirkan dirinya akan mati, dan dalam mengusap air najis itu ke sebagian badan, tidak demi mempertahankan hidup padahal ia tidak mempunyai air suci yang bisa dipakai membasuh bagian badannya yang terkena najis, hal ini tidak boleh dan tidak seorangpun mendapat kelonggaran untuk melakukannya.”
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Dikeluarkan Oleh Ibnu Hibban Dan Al Hakim. Adz Dzahabi Berkata: Sesuai Syarat Keduanya.,
صحيح ابن خزيمة ١٠٢: نا أَبُو حَاتِمٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ، نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ مُسَافِعِ بْنِ شَيْبَةَ الْحَجَبِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ مَنْصُورَ ابْنَ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ يُحَدِّثُ، عَنْ أُمَّهِ صَفِيَّةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُمْ: «إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ هِيَ كَبَعْضِ أَهْلِ الْبَيْتِ» يَعْنِي: الْهِرَّةَ
Shahih Ibnu Khuzaimah 102: Abu Hatim Muhammad bin Idris mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abu Ja’far Ar-Razi mengabarkan kepada kami, Sulaiman bin Musafi’ bin Syaibah Al Hajabi menceritakan kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Manshur bin Shafiyah binti Syaibah menceritakan dari ibunya, Syafiyah dari Aisyah (17-ba’), bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka, “Sesungguhnya ia bukan najis, ia seperti sebagian penghuni rumah” —maksud beliau adalah kucing—.207
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Adz Dzahabi Berkata Di Dalam Al Mizan: Sulaiman bin Musafi' Tidak Dikenal Dan Datang Dengan Khabar Munkar.,
صحيح ابن خزيمة ١٠٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ: كَانَ أَبُو قَتَادَةَ «يَتَوَضَّأُ مِنَ الْإِنَاءِ وَالْهِرَّةُ تَشْرَبُ مِنْهُ» وَقَالَ عِكْرِمَةُ، قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْهِرَّةُ مِنْ مَتَاعِ الْبَيْتِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 103: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Al Hakam Ibnu Aban menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku dari Ikrimah, ia berkata, “Abu Qatadah pernah berwudhu dari satu bejana, sementara kucing pun pernah minum darinya.” Lalu Ikrimah berkata, “Abu Hurairah berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kucing itu termasuk barang (yang biasa ada dan menghiasi) rumah tangga”208
Grade
صحيح ابن خزيمة ١٠٤: نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّدَفِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ حُمَيْدَةَ بِنْتِ عُبَيْدِ بْنِ رِفَاعَةَ، عَنْ كَبْشَةَ بِنْتِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، وَكَانَتْ تَحْتَ ابْنِ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّ أَبَا قَتَادَةَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَسَكَبَتْ لَهُ وُضُوءًا، فَجَاءَتْ هِرَّةٌ تَشْرَبُ مِنْهُ فَأَصْغَى لَهَا أَبُو قَتَادَةَ الْإِنَاءَ حَتَّى شَرِبَتْ قَالَتْ كَبْشَةُ فَرَآنِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ: أَتَعْجَبِينَ يَا بِنْتَ أَخِي؟ قَالَتْ: فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ إِنَّمَا هِيَ مِنَ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ أَوِ الطَّوَّافَاتِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 104: Yunus bin Abdul A’la Al Shadafi menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, bahwa Malik mengabarkan kepadanya dari Ishaq bin Abdullah -ia adalah Ibnu Abu Thalhah dari Humaidah binti Ubaid bin Rifa’ah dari Kabsyah binti Ka’b bin Malik —ia menjadi isteri Abu Qatadah—, bahwa Abu Qatadah pernah menemuinya, lalu ia menyiramkan air wudhu kepadanya. Lalu datanglah seekor kucing meminum dari air tersebut. Abu Qatadah memiringkan tempat itu untuknya hingga kucing itu minum. Kabsyah berkata, “Ia (Abu Qatadah) melihat aku memandanginya, iapun lalu bertanya, ‘Apakah engkau heran wahai keponakanku?’.” Kabsyah berkata, “Aku menjawab, ‘Ya’.” Ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ia (kucing) tidaklah najis. Ia hanya hewan yang berkeliaran di sekitarmu.”209
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Shahih,
صحيح ابن خزيمة ١٠٥: نا أَبُو الْخَطَّابِ زِيَادُ بْنُ يَحْيَى الْحَسَّانِيُّ، نا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، نا مُحَمَّدُ بْنُ عَجْلَانَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً، وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً، وَإِنَّهُ يُتَّقَى بِجَنَاحِهِ الَّذِي فِيهِ الدَّاءُ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَنْتَزِعْهُ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 105: Abu Al Khaththab Ziad bin Yahya Al Hassam mengabarkan kepada kami, Bisyr bin Al Mufadhdhal mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Ajian menceritakan kepada kami dari Sa’id bin Abu Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bila ada lalat jatuh ke dalam bejana salah seorang di antara kamu, maka sesungguhnya pada salah satu dari dua sayapnya ada penyakit dan pada sayap yang lain terdapat obat. Sesungguhnya ia melindungi diri dengan sayap yang ada penyakitnya, karena itu masukkan seluruhnya kemudian angkat.” 210
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Hasan,
صحيح ابن خزيمة ١٠٦: نا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ الْعَلَاءِ، نا سُفْيَانُ قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ الْمُنْكَدِرِ يَقُولُ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: " مَرِضْتُ فَجَاءَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي، وَأَبُو بَكْرٍ مَاشِيَيْنِ، فَوَجَدَنِي قَدْ أُغْمِيَ عَلَيَّ فَتَوَضَّأَ فَصَبَّهُ عَلَيَّ فَأَفَقْتُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي؟ كَيْفَ أَمْضِيَ فِي مَالِي؟ فَلَمْ يُجِبْنِي بِشَيْءٍ حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ الْمِيرَاثِ: {إِنِ امْرُؤٌ هَلَكَ لَيْسَ لَهُ وَلَدٌ وَلَهُ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ} [النساء: 176] الْآيَةَ " وَقَالَ مَرَّةً: «حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ الْكَلَالَةِ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 106: Abdul Jabbar bin Al Ala' mengabarkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami, ia berkata, aku mendengar Muhammad bin Al Munkadir (18-1) berkata, Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Aku pernah sakit, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar menjengukku dengan beijalan kaki. Beliau mendapatiku dalam keadaan pingsan, lalu beliau berwudhu dan menuangkan air kepadaku, akupun sadar. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dapat ku lakukan pada hartaku? Bagaimana aku meninggalkan hartaku? Beliau tidak menjawab apa-apa hingga turun ayat tentang waris, ‘Jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya." (Qs. An-Nisaa' [4]: 176). Dalam satu kesempatan, Jabir berkata, “hingga turun ayat kalaalah.” 211
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Shahih Sesuai Syarat Muslim,
صحيح ابن خزيمة ١٠٧: نا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، نا عَبِيدَةُ بْنُ حُمَيْدٍ، نا الْأَسْوَدُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ نُبَيْحٍ الْعَنَزِيِّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَافَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَمَا فِي الْقَوْمِ طَهُورٌ؟» قَالَ: فَجَاءَ رَجُلٌ بِفَضْلِ مَاءٍ فِي إِدَاوَةٍ قَالَ: فَصَبَّهُ فِي قَدَحٍ فَتَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ثُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ أَتَوْا بَقِيَّةَ الطَّهُورِ، فَقَالَ: تَمَسَّحُوا بِهِ، فَسَمِعَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «عَلَى رِسْلِكُمْ» فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ فِي الْقَدَحِ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، ثُمَّ قَالَ: «أَسْبِغُوا الطُّهُورَ» ، فَقَالَ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: وَالَّذِي أَذْهَبَ بَصَرِي قَالَ: وَكَانَ قَدْ ذَهَبَ بَصَرُهُ لَقَدْ رَأَيْتُ الْمَاءَ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَرْفَعْ يَدَهُ حَتَّى تَوَضَّئُوا أَجْمَعُونَ قَالَ عَبِيدَةُ: قَالَ الْأَسْوَدُ حَسِبْتُهُ قَالَ: «كُنَّا مِائَتَيْنِ أَوْ زِيَادَةً»
Shahih Ibnu Khuzaimah 107: Al H asan bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Abidah bin Humaid mengabarkan kepada kami, Al Aswad bin Qais mengabarkan kepada kami dari Nubaih Al Anazi dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Kami pemah melakukan perjalanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu tiba waktu shalat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Adakah air bersuci pada orang-orang. Jabir berkata, “Lalu seseorang datang membawa sisa air dalam kantong kulit.” Jabir berkata, “Ia menuangkannya ke dalam gelas lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu.” Jabir berkata, “Kemudian orang-orang mendatangi sisa air bersuci itu.” Ia lalu berkata, “Mengusaplah kalian dengan air itu.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar mereka. Ia berkata, “Pelan-pelan.” Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memukulkan tangan beliau ke dalam air gelas itu, kemudian beliau bersabda, “Sempurnakanlah bersuci kalian!” Jabir bin Abdullah berkata, “Demi Allah yang menghilangkan penglihatanku —saat itu ia buta— sungguh aku melihat air terpancar dari sela jari-jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau tidak mengangkat tangan sampai semua orang berwudhu.” 212 Abidah berkata, “Al Aswad beikata, “Aku mengira Jabir beikata, ‘Dulu kami berjumlah dua ratus orang atau lebih’.”
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Shahih,
صحيح ابن خزيمة ١٠٨: نا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، نا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، وَحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِسْحَاقَ الْجَوْهَرِيُّ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ: أَكْبَرُ عِلْمِي وَالَّذِي يَخْطِرُ عَلَى بَالِي أَنَّ أَبَا الشَّعْثَاءِ أَخْبَرَنِي، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ، «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَوَضَّأُ بِفَضْلِ مَيْمُونَةَ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 108: Muhammad bin Rafi’ mengabarkan kepada kami, Abur-Razzaq mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij; dan Abdullah bin Ishaq Al Jauhari menceritakan kepada kami, Abu Ashim mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Juraij, ia berkata, “Amr bin Dinar mengabarkan kepadaku, ia berkata, “Hal terbesar yang aku ketahui dan yang terlintas dalam pikiranku adalah Abu Al Sya’tsa' mengabarkan kepadaku bahwa ia mendengar dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berwudhu dengan air sisa Maimunah.” 213
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu 'Ala Syarthi Muslim,
صحيح ابن خزيمة ١٠٩: نا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَأَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ وَهُوَ الزُّبَيْرِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، وَحَدَّثَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، وَحَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، «أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَتْ مِنَ الْجَنَابَةِ، فَتَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوِ اغْتَسَلَ مِنْ فَضْلِهَا» هَذَا حَدِيثُ وَكِيعٍ " وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ: «فَتَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ فَضْلِهَا» . وَقَالَ أَبُو مُوسَى، وَعُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ: فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ مِنْ فَضْلِهَا، فَقَالَتْ لَهُ: فَقَالَ: «الْمَاءُ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ»
Shahih Ibnu Khuzaimah 109: Abu Musa Muhammad bin Al Mutsnna dan Ahmad bin Mani’ mengabarkan kepada kami, keduanya berkata, “Abu Ahmad -ia adalah Az-Zubairi- menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami; Utbah bin Abdullah menceritakan kepada kami, Ibnu Al Mubarak mengabarkan kepada kami, Sufyan mengabarkan kepada kami; dan Salam bin Junadah menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami dari Sufyan dari Simak bin Harb dari Ikrimah dari Ibnu Abbas (18-ba’), bahwa salah seorang isteri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mandi jinabat, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu -atau mandi- dari air sisanya. 214 Ini hadits Waki’. Ahmad bin Mani’ berkata, “Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu dari sisanya.’’ Abu Musa dan Utbah bin Abdullah berkata, “Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan berwudhu dari sisanya. Isterinya berkata kepada beliau dan beliaupun bersabda, “Air itu tidak dapat dinajiskan oleh apapun”
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Shahih,
صحيح ابن خزيمة ١١٠: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، نا جَرِيرٌ، عَنْ مِسْعَرِ بْنِ كِدَامٍ، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِالْإِنَاءِ فَأَبْدَأُ فَأَشْرَبُ وَأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ يَأْخُذُ الْإِنَاءَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِي، وَآخُذُ الْعِرْقَ فَأَعُضُّهُ، ثُمَّ يَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيَّ» نا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، نا وَكِيعٌ، عَنْ مِسْعَرٍ، وَسُفْيَانَ، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
Shahih Ibnu Khuzaimah 110: Yusuf bin Musa mengabarkan kepada kami, Jarir mengabarkan kepada kami, dari Jarir bin Kidam, dari Al Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Dulu Rasulullah pernah dibawakan sebuah wadah, lalu aku yang memulai meminum sementara —saat itu— aku sedang haid, kemudian beliau mengambil tempat itu, beliau meletakkan mulutnya pada tempat di mana mulutku ku letakkan. Aku mengambil daging urat lalu ku gigit, kemudian beliau pun meletakkan mulutnya pada tempat dimana mulutku menggigitnya.” 215 Salin bin Junadah menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan hadits senada kepada kami dari Mis’ar dan Sufyan dari Al Miqdam bin Syuraih dengan sanad ini.
Grade
Abu Thahir Zubair 'Ali Zai : Isnaduhu Shahih,