سنن الدارقطني ٤٥٠١: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو الْغَزِّيُّ , نا الْفِرْيَابِيُّ , نا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ , عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيِّ , عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ , عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ , عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ: «مِنْ بَاعَ سِلْعَةً فَأَفْلَسَ صَاحِبُهَا فَوَجَدَهَا بِعَيْنِهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا»
Sunan Daruquthni 4501: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Muhammad bin Amr Al Ghazzi menceritakan kepada kami, Al Firyabi menceritakan kepada kami, Sufyan Ats-Tsauri menceritakan kepada kami dan Yahya bin Sa'id Al Anshari, dari Abu Bakar bin Muhammad, dari Umar bin Abdul Aziz, dari Abu Bakar bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjual suatu barang dagangan, lalu pembelinya bangkrut, kemudian dia (si penjual) mendapati barangnya masih utuh, maka dia lebih berhak atas barang tersebut."
سنن الدارقطني ٤٥٠٢: نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الشَّافِعِيُّ , نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَسَدِيُّ , نا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ , نا الْيَمَانُ بْنُ عَدِيٍّ , نا الزُّبَيْدِيُّ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي سَلَمَةَ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيُّمَا رَجُلٍ أَفْلَسَ وَعِنْدَهُ مَالُ امْرِئٍ بِعَيْنِهِ لَمْ يَقْتَضِ مِنْهُ شَيْئًا فَهُوَ أُسْوَةُ الْغُرَمَاءِ , وَأَيُّمَا امْرِئٍ مَاتَ وَعِنْدَهُ مَالُ امْرِئٍ بِعَيْنِهِ اقْتَضَى مِنْهُ أَوْ لَمْ يَقْتَضِ فَهُوَ أُسْوَةُ الْغُرَمَاءِ». خَالَفَهُ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ , عَنِ الزُّبَيْدِيِّ , وَمُوسَى بْنِ عُقْبَةَ. وَالْيَمَانُ بْنُ عَدِيٍّ وَإِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ ضَعِيفَانِ
Sunan Daruquthni 4502: Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman Al Asadi menceritakan kepada kami, Amr bin Utsman menceritakan kepada kami, Al Yaman bin Adi menceritakan kepada kami, Az-Zubaidi menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Siapa pun yang mengalami kebangkrutan dan ada padanya harta orang lain yang masih utuh dan belum dibayar sedikit pun, maka dia (pemilik harta semula) seperti pemilik utang. Dan siapa pun meninggal dan masih ada harta seseorang yang masih utuh padanya, baik sudah dibayar (sebagian) atau pun belum, maka dia seperti pemilik utang''." Riwayat Ismail bin Ayyash dari Az-Zubaidi dan Musa bin Uqbah menyelishinya. Al Yaman bin Adi dan Ismail bin Ayyasy adalah perawi dha‘if.
سنن الدارقطني ٤٥٠٣: نا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ ثَابِتٍ , نا عُبَيْدُ بْنُ شَرِيكٍ , نا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ , نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ ح وَنا دَعْلَجُ بْنُ أَحْمَدَ , نا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفِرْيَابِيُّ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ الْخَبَائِرِيُّ , نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ , عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَيُّمَا رَجُلٍ بَاعَ سِلْعَةً فَأَدْرَكَ سِلْعَتَهُ بِعَيْنِهَا عِنْدَ رَجُلٍ قَدْ أَفْلَسَ وَلَمْ يَقْتَضِ مِنْ ثَمَنِهَا شَيْئًا فَهِيَ لَهُ , وَإِنْ كَانَ قَضَى مِنْ ثَمَنِهَا شَيْئًا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ أُسْوَةُ الْغُرَمَاءِ». وَاللَّفْظُ لِدَعْلَجٍ
Sunan Daruquthni 4503: Muhammad bin Utsman bin Tsabit menceritakan kepada kami, Ubaid bin Syarik menceritakan kepada kami, Hisyam bin Ammar menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayyasy menceritakan kepada kami (h) Da'laj bin Ahmad menceritakan kepada kami, Ja'far bin Muhammad Al Firyabi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Abdul Jabbar Al Khaba'iri menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Musa bin Uqbah, dari Az-Zuhri, dari Abu Bakar bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Laki-laki manapun yang menjual barang lalu mendapati barangnya masih utuh di tangan seseorang (pembeli) yang mengalami kebangkrutan, sedang dia belum membayar sedikit pun dari harga barang tersebut, maka barang itu miliknya, tapi bila dia telah membayar sebagian harganya, maka untuk sisanya adalah seperti pemilik utang." Ini adalah lafazh Da'laj
سنن الدارقطني ٤٥٠٤: نا دَعْلَجُ بْنُ أَحْمَدَ , نا جَعْفَرٌ الْفِرْيَابِيُّ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ , نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ , عَنِ الزُّبَيْدِيِّ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , مِثْلَهُ وَزَادَ فِيهِ: «وَأَيُّمَا امْرِئٍ هَلَكَ وَعِنْدَهُ مَالُ امْرِئٍ بِعَيْنِهِ اقْتَضَى مِنْهُ شَيْئًا أَوْ لَمْ يَقْتَضِ فَهُوَ أُسْوَةُ الْغُرَمَاءِ»
Sunan Daruquthni 4504: Da'laj bin Ahmad menceritakan kepada kami, Ja'far Al Firyabi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Abdul Jabbar menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abu Bakar bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW dengan redaksi yang sama, dan dia menambahkan, "Orang manapun meningga lyang padanya terdapat harta orang lain yang masih utuh, baik orang (yang meninggal) itu sudah membayar sebagian ataupun belum (sama sekali), maka dia seperti pemilik utang."
سنن الدارقطني ٤٥٠٥: نا عُمَرُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَلِيٍّ الْمَرْوَزِيُّ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جُبَيْرٍ الْمَرْوَزِيُّ , نا أَبُو إِسْحَاقَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْفُرَاتِ الْخُزَاعِيُّ , نا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ قَاضِي الْيَمَنِ , عَنْ مَعْمَرٍ , عَنِ ابْنِ شِهَابٍ , عَنِ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ , عَنْ أَبِيهِ , أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «حَجَرَ عَلَى مُعَاذٍ مَالَهُ وَبَاعَهُ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَيْهِ»
Sunan Daruquthni 4505: Umar bin Ahmad bin Ali Al Marwazi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Abu Jubair Al Marwazi menceritakan kepada kami, Abu Ishaq Ibrahim bin Mu'awiyah bin Al Furat Al Khuza'i menceritakan kepada kami, Hisyam bin Yusuf qadhi Yaman menceritakan kepada kami dari Ma'mar, dari Ibnu Syihab, dari Ibnu Ka'b bin Malik, dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW pernah meng-hajr (mencekal) harta Mu'adz, dan beliau menjualnya untuk melunasi utangnya.
Grade
سنن الدارقطني ٤٥٠٦: نا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ الصَّوَّافُ , نا حَامِدُ بْنُ شُعَيْبٍ , نا سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ , نا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ هُوَ أَبُو يُوسُفَ الْقَاضِي , نا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ , عَنْ أَبِيهِ , أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جَعْفَرٍ أَتَى الزُّبَيْرَ فَقَالَ: إِنِّي اشْتَرَيْتُ بَيْعَ كَذَا وَكَذَا وَإِنَّ عَلِيًّا يُرِيدُ أَنْ يَأْتِيَ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ فَيَسْأَلَهُ أَنْ يَحْجُرَ عَلَيَّ فِيهِ , فَقَالَ الزُّبَيْرُ: فَأَنَا شَرِيكُكَ فِي الْبَيْعِ , فَأَتَى عَلِيُّ عُثْمَانَ , فَقَالَ: إِنَّ ابْنَ جَعْفَرٍ اشْتَرَى بَيْعَ كَذَا وَكَذَا فَاحْجُرْ عَلَيْهِ , فَقَالَ الزُّبَيْرُ: أَنَا شَرِيكُهُ فِي الْبَيْعِ , فَقَالَ عُثْمَانُ: " كَيْفَ أَحْجُرُ عَلَى رَجُلٍ فِي بَيْعٍ شَرِيكُهُ فِيهِ الزُّبَيْرُ؟. قَالَ يَعْقُوبُ: أنا آخُذُ بِالْحَجْرِ وَأُرَاهُ , وَأَحْجُرُ وَأُبْطِلُ بَيْعَ الْمَحْجُورِ عَلَيْهِ وَشِرَاءَهُ , وَإِذَا اشْتَرَى أَوْ بَاعَ قَبْلَ الْحَجْرِ فَإِنْ كَانَ صَلَاحًا أَجَزْتُهُ وَإِنْ كَانَ مَعْنًى يَسْتَحِقُّ الْحَجْرَ حَجَرْتُ عَلَيْهِ وَرَدَدْتُ عَلَيْهِ بَيْعَهُ وَإِنْ كَانَ مِمَّنْ لَا يَسْتَحِقُّ الْحَجْرَ عَلَيْهِ أَجَزْتُ بَيْعَهُ. قَالَ يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ: وَكَانَ أَبُو حَنِيفَةَ لَا يَحْجُرُ وَلَا يَأْخُذُ بِالْحَجْرِ
Sunan Daruquthni 4506: Muhammad bin Ahmad bin Al Hasan Ash-Shawwaf menceritakan kepada kami, Hamid bin Syu'aib menceritakan kepada kami, Suraij bin Yunus menceritakan kepada kami, Ya'qub bin Ibrahim —yaitu Abu Yusuf Al Qadhi,— menceritakan kepada kami, Hisyam bin Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, bahwa Abdullah bin Ja'far pernah menemui Az-Zubair, lalu berkata, 'Sesungguhnya aku telah membeli suatu pembelian begini dan begitu, namun Ali ingin menemui Amirul Mukminin dan memintanya untuk mencekalku menggunakan hartaku.' Az-Zubair berkata, 'Aku mitramu dalam pembelian itu.' Ali kemudian menemui Utsman (saat itu sebagai Amirul Mukminin) lantas berkata, 'Sesungguhnya Ibnu Ja'far telah membeli begini dan begitu, maka cekallah dia.' Lalu Az-Zubair berkata, 'Aku mitranya dalam penjualan itu.' Utsman berkata, 'Bagaimana aku mencekal pembelian yang dilakukan seseorang yang bermitra dengan Az-Zubair?'." Ya'qub menyebutkan (dalam redaksinya), "Aku menetapkan pencekalan." Aku rasa dia juga berkata, '"Aku mencekalnya dan membatalkan penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh orang yang dicekal. Bila dia membeli atau menjual sebelum pencekalan, jika itu baik maka aku membolehkannya, tapi bila mengandung arti yang berhak dicekal, maka aku mengembalikan penjualannya, dan bila dia tidak termasuk orang yang layak dicekal, maka aku membolehkan penjualan (yang dilakukannya)." Ya'qub bin Ibrahim berkata, "Abu Hanifah tidak mencekal dan tidak menghukum dengan pencekalan."
Grade
سنن الدارقطني ٤٥٠٧: نا أَبُو عَلِيٍّ الصَّفَّارُ , نا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ , نا أَبُو عَاصِمٍ , نا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ , عَنْ مَكْحُولٍ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ الْيَدَ وَاللِّسَانَ»
Sunan Daruquthni 4507: Abu Ali Ash-Shaffar menceritakan kepada kami, Abbas bin Muhammad menceritakan kepada kami, Abu Ashim menceritakan kepada kami, Tsaur bin Yazid menceritakan kepada kami dari Makhul, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya pemilik hak boleh menggunakan tangan dan lisan.”
Grade
سنن الدارقطني ٤٥٠٨: نا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ الْمُقْرِئُ , نا عِيسَى بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى الْمَرْوَزِيُّ , نا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحُسَيْنِ , نا أَبِي , نا عِيسَى بْنُ مُوسَى , نا أَبُو حَمْزَةَ , عَنْ جَابِرٍ , عَنْ نَافِعٍ , عَنِ ابْنِ عُمَرَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا مَاتَ الرَّجُلُ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ إِلَى أَجْلٍ وَلَهُ دَيْنٌ إِلَى أَجْلٍ فَالَّذِي عَلَيْهِ حَالٌّ وَالَّذِي لَهُ إِلَى أَجَلِهِ»
Sunan Daruquthni 4508: Ahmad bin Ibrahim bin Abu Qatadah Al Muqri menceritakan kepada kami, Isa bin Muhammad bin Isa Al Marwazi menceritakan kepada kami, Umar bin Muhammad bin Al Husain menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, Isa bin Musa menceritakan kepada kami, Abu Hamzah menceritakan kepada kami dari Jabir, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, „Bila seseorang meninggal dan dia mempunyai (menanggung) utang yang belum jatuh tempo, dan dia juga mempunyai piutang (pada orang lain) yang juga belum jatuh tempo, maka yang menjadi tanggungannya jatuh temponya pada saat itu, sedangkan yang menjadi haknya dibiarkan hingga jatuh tempo'."
Grade
سنن الدارقطني ٤٥٠٩: نا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى , نا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورِ بْنِ سَيَّارٍ الرَّمَادِيُّ , نا عَبْدُ الرَّزَّاقِ , عَنْ مَعْمَرٍ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي سَلَمَةَ , عَنْ جَابِرٍ , قَالَ: «إِنَّمَا جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشُّفْعَةَ فِي كُلِّ مَا لَمْ يُقْسَمْ , فَإِذَا قُسِمَ وَوَقَعَتِ الْحُدُودُ وَصُرِّفَتِ الطُّرُقُ فَلَا شُفْعَةَ»
Sunan Daruquthni 4509: Abu Bakar Ibnu Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Musa menceritakan kepada kami, Ahmad bin Manshur bin Sayyar Ar-Ramadi menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Jabir, dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW memberlakukan syuf‘ah pada setiap (kepemilikan) yang belum dibagi. Tapi bila telah dibagikan, maka batasbatasnya telah ditetapkan dan cara-caranya telah ditentukan, sehingga tidak ada lagi syuf'ah (di dalamnya)."
Grade
سنن الدارقطني ٤٥١٠: نا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ , وَعُمَرُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ الشَّيْبَانِيُّ , قَالَا: نا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ مُسَاوِرٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَعْمَرٍ هُوَ ابْنُ أَخِي أَبِي مَعْمَرٍ الْقَطِيعِيِّ , نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْوَاسِطِيُّ , عَنِ الْأَعْمَشِ , عَنْ أَبِي وَائِلٍ , عَنْ حُذَيْفَةَ , أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَجَازَ شَهَادَةَ الْقَابِلَةِ». مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ لَمْ يَسْمَعْهُ مِنَ الْأَعْمَشِ بَيْنَهُمَا رَجُلٌ مَجْهُولٌ
Sunan Daruquthni 4510: Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq dan Umar bin Al Hasan bin Ali Asy-Syaibani menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ahmad bin Al Qasim bin Musawir menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ibrahim bin Ma'mar, —yaitu putra saudaranya Abu Ma'mar Al Qathi'i,— menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdul Malik Al Wasithi menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Wa'il, dari Hudzaifah, bahwa Nabi SAW membolehkan kesaksian dukun beranak (paraji atau semacam bidan, yakni yang menangani kelahiran). Muhammad bin Abdul Malik tidak pernah mendengarnya dari Al A'masy, di antara keduanya juga ada perawi yang tidak diketahui.
Grade