مسند الشافعي

Musnad Syafi'i

Musnad Syafi'i #881

مسند الشافعي ٨٨١: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ مُوسَى بْنِ أَبِي تَمِيمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الدِّينَارُ بِالدِّينَارِ، وَالدِّرْهَمُ بِالدِّرْهَمِ، لَا فَضْلَ بَيْنَهُمَا»

Musnad Syafi'i 881: Malik mengabarkan kepada kami dari Musa bin Abu Tamim, dari Sa'id bin Yasar, dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda, "Dinar harus dengan dinar, dan dirham harus dengan dirham, tidak boleh ada yang lebih di antara keduanya."129

Musnad Syafi'i #882

مسند الشافعي ٨٨٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَبِيعُوا الذَّهَبَ بِالذَّهَبِ إِلَّا مِثْلًا بِمِثْلٍ، وَلَا تُشِفُّوا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلَا تَبِيعُوا الْوَرِقَ بِالْوَرِقِ إِلَّا مِثْلًا بِمِثْلٍ، وَلَا تُشِفُّوا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلَا تَبِيعُوا غَائِبًا مِنْهَا بِنَاجِزٍ»

Musnad Syafi'i 882: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi', dari Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali semisal dengan semisal dan janganlah kalian menambahi salah satu atas yang lainnya Janganlah kalian menjual perak dengan perak kecuali semisal dengan semisal secara serah-terima, dan janganlah kalian menambahi salah satu atas yang lainnya. Dan, janganlah menjual salah satunya yang belum ada di tangan dengan pembayaran kontan "130

Musnad Syafi'i #883

مسند الشافعي ٨٨٣: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، أَنَّهُ بَلَغَهُ عَنْ جَدِّهِ، مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ، عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَبِيعُوا الدِّينَارَ بِالدِّينَارَيْنِ، وَلَا الدِّرْهَمَ بِالدِّرْهَمَيْنِ»

Musnad Syafi'i 883: Malik mengabarkan kepada kami bahwa ia menerima hadits berikut dari kakeknya, Malik bin Abu Amir, dari Utsman, ia mengatakan: Rasulullah pernah bersabda, “Janganlah kalian menjual satu dinar dengan dua dinar, jangan pula satu dirham dengan dua dirham"131

Musnad Syafi'i #884

مسند الشافعي ٨٨٤: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الشُّفْعَةُ فِيمَا لَمْ يُقْسَمْ، فَإِذَا وَقَعَتِ الْحُدُودُ فَلَا شُفْعَةَ»

Musnad Syafi'i 884: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Sa'id bin Al-Musayyab dan Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Syuf'ah menyangkut berang yang beliau dibagi Apabila telah ada batasan-batasannya, maka tidak ada syuf'ah lagi" 132

Musnad Syafi'i #885

مسند الشافعي ٨٨٥: أَخْبَرَنَا الثِّقَةُ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ أَوْ مِثْلَ مَعْنَاهُ لَا يُخَالِفُهُ

Musnad Syafi'i 885: Orang yang dipercaya mengabarkan kepada kami dan Mamar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Jabir bin Abduliab , dari Rasulullah , dengan hadits yang semisal atau semakna tanpa ada perbedaan. 133

Musnad Syafi'i #886

مسند الشافعي ٨٨٦: أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ سَالِمٍ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «الشُّفْعَةُ فِيمَا لَمْ يُقْسَمْ، فَإِذَا وَقَعَتِ الْحُدُودُ فَلَا شُفْعَةَ»

Musnad Syafi'i 886: Sa'id bin Salim telah mengabarkan kepada kami, Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zubair, dari Jabir , dari Nabi bahwa beliau pernah bersabda, "Syuf'ah menyangkut sesuatu yang belum dibagi. Apabila telah dibuat batasan- batasan, maka tidak ada syufah lagi."134

Musnad Syafi'i #887

مسند الشافعي ٨٨٧: أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ: فَإِنَّ سُفْيَانَ أَخْبَرَهُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَيْسَرَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيدِ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الْجَارُ أَحَقُّ بِسَقَبِهِ»

Musnad Syafi'i 887: Asy-Syaifi mengabarkan kepada kami, ia mengatakan: bahwa Sufyan mengabarkannya dari Ibrahim bin Maisarah, dari Amr bin Asy-Syarid, dari Abu Rafi', bahwa Rasulullah bersabda, “Tetangga lebih berhak terhadap -syuf'ah-tetangganya"135

Musnad Syafi'i #888

مسند الشافعي ٨٨٨: أَخْبَرَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمْرَةَ، أَنَّهَا سَمِعَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَذُكِرَ لَهَا أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: إِنَّ الْمَيِّتِ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الْحَيِّ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ: أَمَا إِنَّهُ لَمْ يَكْذِبْ، وَلَكِنَّهُ أَخْطَأَ أَوْ نَسِيَ، إِنَّمَا مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى يَهُودِيَّةٍ وَهِيَ يَبْكِي عَلَيْهَا أَهْلُهَا فَقَالَ: «إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ عَلَيْهَا وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا»

Musnad Syafi'i 888: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Abdullah bin Abu Bakar, dori ayahnya, dari Amrah bahwa ia pernah mendengar dari Aisyah ketika disebutkan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar pernah berkata, "Sesungguhnya mayit itu benar-benar disiksa karena tangisan orang yang masih hidup." Maka Aisyah berkata, "Ingatlah, sesungguhnya ia tidak berdusta, melainkan keliru atau lupa, Sesungguhnya Rasulullah mendapati ada jenazah seorang wanita Yahudi yang sedang ditangisi oleh keluarganya, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya mereka benar-benar menangisinya, dan sesungguhnya ia benar-benar disiksa di dalam kuburnya'. 136

Musnad Syafi'i #889

مسند الشافعي ٨٨٩: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ: تُوُفِّيَتِ ابْنَةٌ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ بِمَكَّةَ فَجِئْنَا نَشْهَدُهَا، وَحَضَرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ وَابْنُ عُمَرَ، فَقَالَ: إِنِّي لَجَالِسٌ بَيْنَهُمَا جَلَسْتُ إِلَى أَحَدِهِمَا ثُمَّ جَاءَ الْآخَرُ فَجَلَسَ إِلَيَّ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ لِعَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ: أَلَا تَنْهَى عَنِ الْبُكَاءِ؛ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَدْ كَانَ عُمَرُ يَقُولُ بَعْضَ ذَلِكَ، ثُمَّ حَدَّثَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ: صَدَرْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ مِنْ مَكَّةَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ إِذَا بِرَكْبٍ تَحْتَ ظِلِّ شَجَرَةٍ، قَالَ: اذْهَبْ فَانْظُرْ مَنْ هَؤُلَاءِ الرَّكْبُ، فَذَهَبْتُ فَإِذَا صُهَيْبٌ، قَالَ: ادْعُهُ، فَرَجَعْتُ إِلَى صُهَيْبٍ فَقُلْتُ: ارْتَحِلْ فَالْحَقْ بِأَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ، فَلَمَّا أُصِيبَ عُمَرُ سَمِعْتُ صُهَيْبًا يَبْكِي وَهُوَ يَقُولُ: وَاأُخَيَّاهُ، وَاصَاحِبَاهُ، فَقَالَ عُمَرُ: يَا صُهَيْبُ، أَتَبْكِي عَلَيَّ وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . قَالَ: فَلَمَّا مَاتَ عُمَرُ ذَكَرْتُ ذَلِكَ لِعَائِشَةَ فَقَالَتْ: يَرْحَمُ اللَّهُ عُمَرَ، لَا وَاللَّهِ مَا حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ اللَّهَ يُعَذِّبُ الْمُؤْمِنَ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ، وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ يَزِيدُ الْكَافِرَ عَذَابًا بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ» . فَقَالَتْ عَائِشَةُ: حَسْبُكُمُ الْقُرْآنُ: {لَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى} [الْأَنْعَام: 164] وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عِنْدَ ذَلِكَ: وَاللَّهُ أَضْحَكَ وَأَبْكَى. قَالَ ابْنُ أَبِي [ص:183] مُلَيْكَةَ: فَوَاللَّهِ مَا قَالَ ابْنُ عُمَرَ مِنْ شَيْءٍ

Musnad Syafi'i 889: Abdul Majid bin Abdul Aziz mengabarkan kepada kami dan Ibnu Juraij, Ibnu Abu Mulaikah mengabarkan kepadaku: Salah seorang anak perempuan Utsman bin Affan meninggal dunia di Makkah, maka kami datang untuk melayatnya; ikut hadir pula Ibnu Abbas serta Ibnu Umar. Ibnu Abu Mulaikah melanjutkan perkataannya: Sesungguhnya aku duduk di antara keduanya. Pada awal mulanya aku duduk dengan salah seorang dari keduanya, kemudian datang yang lainnya, lalu duduk di sebelahku. Ibnu Umar berkata kepada Amr bin Utsman, "Tidakkah engkau berhenti dari tangismu, karena Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya mayit itu benar-benar disiksa sebab tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya' " Maka Ibnu Abbas berkata, "Umar pun pernah mengatakan sebagian dari itu." Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya: Aku berangkat bersama Umar bin Khaththab menuju Makkah. Ketika kami sampai di Al Baida, tiba-tiba kami berjumpa dengan suatu kafilah yang sedang istirahat di bawah naungan sebuah pohon. Lalu Umar berkata, "Pergilah, coba lihat siapakah rombongan kafilah itu!" Maka aku berangkat, dan ternyata aku bertemu dengan Shuhaib. Umar berkata, "Panggillah dia!" Aku kembali ke Shuhaib dan kukatakan kepadanya, "Berangkatlah dan bergabunglah dengan Amirul Mukminin!" Ketika Umar tertimpa malapetaka —yang mengantarkan kepada wafatnya—, aku mendengar Shuhaib menangis seraya berkata, "Aduhai saudaraku, aduhai temanku." Maka Umar berkata, "Hai Shuhaib, apakah engkau menangisi diriku, padahal Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya mayit itu benar-benar disiksa karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya'." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya: Ketika Umar wafat, aku ceritakan hadits tersebut kepada Aisyah . Maka ia berkata, "Semoga Allah merahmati Umar. Tidak, demi Allah, Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa mayit benar-benar disiksa karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya, melainkan Rasulullah telah bersabda, 'Sesungguhnya Allah menambah siksa terhadap orang kafir karena tangisan keluarganya yang ditujukan kepadanya'." Aisyah berkata, "Cukuplah bagi kalian ayat Al Qur'an yang menyatakan, 'Seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain'." (Qs. Al An'aam [6]: 164) Ketika itu Ibnu Abbas berkata, "Allah-lah yang membuat (seseorang) tertawa dan menangis." Ibnu Abu Mulaikah berkata, "Demi Allah, Ibnu Umar tidak mengatakan apapu." 137

Musnad Syafi'i #890

مسند الشافعي ٨٩٠: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى أَنْ تُسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةُ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا، قَالَ: فَقَدِمْنَا الشَّامَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ قَدْ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى

Musnad Syafi'i 890: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Atha' bin Yazid Al Laitsi, dari Abu Ayyub Al Anshari, dari Nabi ; Bahwa Nabi melarang menghadap ke arah kiblat sewaktu buang air besar atau kecil, namun menghadaplah kalian ke arah timur atau arah barat —ketika melakukannya—. Abu Ayyub melanjutkan kisahnya: Ketika kami tiba di negeri Syam, kami menjumpai tempat- tempat buang air telah dibangun menghadap ke arah kiblat, maka kami agak miring sedikit —jika buang hajat—, dan kami memohon ampun kepada Allah. 138