مسند الشافعي ١٢٤١: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ، وَعُبَيْدَ اللَّهِ، ابْنَيْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ خَرَجَا فِي جَيْشٍ إِلَى الْعِرَاقِ فَلَمَّا قَفَلَا مَرَّا بِعَامِلٍ لِعُمَرَ فَرَحَّبَ بِهِمَا وَسَهَّلَ، وَهُوَ أَمِيرُ الْبَصْرَةِ، وَقَالَ: لَوْ أَقْدِرُ لَكُمَا عَلَى أَمْرٍ أَنْفَعُكُمَا بِهِ لَفَعَلْتُ، ثُمَّ قَالَ: بَلَى، هَاهُنَا مَالٌ مِنْ مَالِ اللَّهِ، أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَ بِهِ إِلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ، فَأُسْلِفُكُمَاهُ فَتَبْتَاعَانِ بِهِ مَتَاعًا مِنْ مَتَاعِ الْعِرَاقِ، ثُمَّ تَبِيعَانِهِ بِالْمَدِينَةِ، فَتُؤَدِّيَانِ رَأْسَ الْمَالِ إِلَى أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ وَيَكُونُ لَكُمَا الرِّبْحُ، فَقَالَا: وَدِدْنَا، فَفَعَلَ، فَكَتَبَ لَهُمَا إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنْ يَأْخُذَ مِنْهُمَا الْمَالَ، فَلَمَّا قَدِمَا الْمَدِينَةَ بَاعَا فَرَبِحَا، فَلَمَّا دَفَعَاهُ إِلَى عُمَرَ قَالَ لَهُمَا: «أَكُلَّ الْجَيْشِ قَدْ أَسْلَفَهُ كَمَا أَسْلَفَكُمَا» ؟ فَقَالَا: لَا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: ابْنَا أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ فَأَسْلَفَكُمَا، أَدِّيَا الْمَالَ وَرِبْحَهُ، فَأَمَّا عَبْدُ اللَّهِ فَسَكَتَ، وَأَمَّا عُبَيْدُ اللَّهِ فَقَالَ: مَا يَنْبَغِي لَكَ هَذَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، لَوْ هَلَكَ هَذَا الْمَالُ أَوْ نَقَصَ لَضَمِنَّاهُ، فَقَالَ: أَدِّيَاهُ، فَسَكَتَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَاجَعَهُ عُبَيْدُ اللَّهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ جُلَسَاءِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، لَوْ جَعَلْتَهُ قِرَاضًا، فَأَخَذَ عُمَرُ رَأْسَ الْمَالِ وَنِصْفَ رِبْحِهِ، وَأَخَذَ عَبْدُ اللَّهِ وَعُبَيْدُ اللَّهِ نِصْفَ رِبْحِ ذَلِكَ الْمَالِ
Musnad Syafi'i 1241: Malik mengabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya; Abdullah dan Ubaidillah -kedua putra Umar bin Khaththab - keluar (berangkat) bersama serombongan pasukan menuju Irak. Ketika kembali, keduanya mampir pada seorang amil-nya Umar , maka amil itu menyambutnya dengan sambutan yang gembira dan hangat Amil tersebut adalah amir (gubernur) kota Bashrah. Amir Bashrah berkata, "Seandainya aku mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian berdua, niscaya aku lakukan." Kemudian ia berkata lagi, "Aku ingat, sesungguhnya di sini terdapat harta milik Allah. Aku bermaksud mengirimkannya kepada Amirul Mukminin, tetapi terlebih dahulu aku pinjamkan harta itu kepada kalian berdua, kemudian kamu belikan darinya barang dagangan yang ada di Irak untuk kalian jual di Madinah. Nanti modalnya kamu serahkan kepada Amirul Mukminin, sedangkan labanya buat kamu berdua." Keduanya menjawab, "Dengan senang hati." Amir Bashrah melaksanakan hal itu, dan ia menulis surat kepada Umar agar ia mengambil sejumlah harta dan keduanya. Setelah keduanya tiba di Madinah, lalu menjual barang dagangan itu, keduanya mendapat laba. Ketika keduanya menyerahkan modal dari harta itu kepada Umar . maka ia berkata kepada keduanya, "Apakah semua pasukan diberi pinjaman juga sama seperti kamu berdus7* Keduanya menjawab. 'Tidak." Umar berkata, "Karena kamu berdua adalah anak Amirul Mukminin, maka dia mau memberikan pinjaman kepadamu Sekarang serahkanlah semua harta itu dan keuntungannya!" Abdullah diam. langkau Ubaidillah berkata. "Tidak layak bagimu, hai Amirul Mukminin. Melakukan hal itu. Seandainya harta tersebut rusak dan berkurang. niscaya kamilah yang menanggung kerugiannya." Umar berkata, ''Serahkanlah." Abdullah diam, dan Ubaidillah kembali merujuk kepada Umar . Maka ada seorang lelaki dari kalangan pembantu Umar berkata, "Wahai Amirul Mukminin, seandainya engkau menjadikannya sebagai qardh (pinjaman), niscaya itu lebih baik." Akhirnya Umar RA mengambil modalnya dan separuh dari keuntungannya, sedangkan Abdullah dan Ubaidillah memperoleh separuh yang lain dari keuntungan harta itu. 476
مسند الشافعي ١٢٤٢: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الشِّغَارِ وَالشِّغَارُ: أَنْ يُزَوِّجَ الرَّجُلُ ابْنَتَهُ عَلَى أَنْ يُزَوِّجَهُ الْآخَرُ ابْنَتَهُ وَلَيْسَ بَيْنَهُمَا صَدَاقٌ
Musnad Syafi'i 1242: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi', dari Ibnu Umar : Bahwa Nabi telah melarang nikah syighar. Nikah syighar ialah bila seorang lelaki mengawinkan anak perempuannya (dengan seseorang) dengan syarat hendaknya lelaki itu mengawinkan pula anak perempuannya dengan dia tanpa ada maskawin di antara keduanya. 477
مسند الشافعي ١٢٤٣: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يَقُولُ: «إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الشِّغَارِ»
Musnad Syafi'i 1243: Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, Abu Az-Zubair mengabarkan kepada kami bahwa ia pernah mendengar Jabir bin Abdullah mengatakan: Sesungguhnya Nabi telah melarang melakukan nikah syighar. 478
مسند الشافعي ١٢٤٤: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا شِغَارَ فِي الْإِسْلَامِ»
Musnad Syafi'i 1244: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid: Nabi telah bersabda, "Tidak ada nikah syighar dalam Islam."479
مسند الشافعي ١٢٤٥: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، مَوْلَى ابْنِ عُمَرَ، عَنْ نُبَيْهِ بْنِ وَهْبٍ، أَخِي بَنِي عَبْدِ الدَّارِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ، أَرَادَ أَنْ يُزَوِّجَ، طَلْحَةَ بْنَ عُمَرَ بِنْتَ شَيْبَةَ بْنِ جُبَيْرٍ، فَأَرْسَلَ إِلَى أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ لِيَحْضُرَ ذَلِكَ وَهُمَا مُحْرِمَانِ، فَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهِ أَبَانُ وَقَالَ: سَمِعْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ، وَلَا يُنْكِحُ، وَلَا يَخْطُبُ»
Musnad Syafi'i 1245: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi' maula Ibnu Umar, dari Nabih bin Wahb, salah seorang dari kalangan Bani Abdud- Dar: Amr bin Ubaidillah bermaksud akan menikahkan Thalhah bin Umar dengan anak perempuan Syaibah bin Jubair. Kemudian Abdullah bin Umar mengundang Aban bin Utsman untuk menghadiri pernikahan tersebut, padahal keduanya (Aban dan Ibnu Umar) dalam keadaan ihram. Maka Aban memprotesnya dan berkata, “Aku pernah mendengar Utsman bin Affan mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda, 'Orang yang berihram tidak boleh menikah, tidak boleh menikahkan, dan tidak boleh melamar"480
مسند الشافعي ١٢٤٦: أَخْبَرَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى، عَنْ نُبَيْهِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ مَعْنَاهُ
Musnad Syafi'i 1246: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ayub bin Musa, dari Nabih bin Wahb, dari Aban bin Utsman bin Affan, dari Utsman, dari Nabi tentang hadits yang semakna dengan hadits di atas. 481
مسند الشافعي ١٢٤٧: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ رَبِيعَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ أَبَا رَافِعٍ مَوْلَاهُ وَرَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ فَزَوَّجَاهُ مَيْمُونَةَ بِنْتَ الْحَارِثِ وَهُوَ بِالْمَدِينَةِ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ
Musnad Syafi'i 1247: Malik mengabarkan kepada kami dari Rabi'ah, dari Sulaiman bin Yasar: Bahwa Rasulullah pernah mengutus Abu Rafi' —maula-nya— dan seorang lelaki dari kalangan Anshar, lalu keduanya menikahkan Nabi dengan Maimunah binti Harits, sedangkan beliau masih di Madinah dan belum berangkat. 482
مسند الشافعي ١٢٤٨: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، وَهُوَ ابْنُ أُخْتِ مَيْمُونَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكَحَ مَيْمُونَةَ وَهُوَ حَلَالٌ
Musnad Syafi'i 1248: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Yazid bin Al Asham, anak lelaki saudara perempuan Maimunah: Bahwa Rasulullah menikahi Maimunah, sedangkan beliau dalam keadaan halal. 483
مسند الشافعي ١٢٤٩: أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ قَالَ: «أَوْهَمَ الَّذِي رَوَى أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكَحَ مَيْمُونَةَ وَهُوَ مُحْرِمٌ، مَا نَكَحَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا وَهُوَ حَلَالٌ»
Musnad Syafi'i 1249: Sa'id bin Maslamah mengabarkan kepada kami dari Ismail bin Umayah, dari Sa'id bin Musayyab, ia mengatakan- Telah menduga (keliru) orang yang meriwayatkan bahwa Rasulullah menikahi Maimunah dalam keadaan ihram, padahal tidak sekali-kali beliau menikahinya melainkan dalam keadaan halal. 484
مسند الشافعي ١٢٥٠: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ الْحُصَيْنِ، عَنْ أَبِي غَطَفَانَ بْنِ طَرِيفٍ الْمُرِّيِّ، أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَاهُ طَرِيفًا تَزَوَّجَ امْرَأَةً وَهُوَ مُحْرِمٌ فَرَدَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ نِكَاحَهُ
Musnad Syafi'i 1250: Malik mengabarkan kepada kami dari Daud bin Hushain, dari Abu Ghathafan bin Tharif Al Murri, ia mengabarkan kepadanya: Bahwa ayahnya (yaitu Tharif) pernah mengawini seorang wanita, sedangkan ia dalam keadaan ihram, lalu pernikahannya itu ditolak oleh Umar bin Khaththab. 485