المستدرك ٥٦١: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحُسَيْنِ الْقَاضِي، بِمَرْوَ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ أَبِي أُسَامَةَ، ثنا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، ثنا أَبُو عَامِرٍ الْخَرَّازُ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا اسْتَجْمَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُوتِرْ، فَإِنَّ اللَّهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ، أَمَا تَرَى السَّمَاوَاتِ سَبْعًا، وَالْأَرَضِينَ سَبْعًا، وَالطَّوَافَ» وَذَكَرَ أَشْيَاءَ. «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ بِهَذِهِ الْأَلْفَاظِ إِنَّمَا اتَّفَقَا عَلَى» مَنِ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ «فَقَطْ»
Al Mustadrak 561: Abu Al Abbas Abdullah bin Al Husain Al Qadhi menceritakan kepada kami di Marwa, Al Harits bin Abu Usamah menceritakan kepada kami, Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Kharraz menceritakan kepada kami dari Atha', dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian beristijmar (ber-istinja dengan batu), maka dia hendaknya melakukannya secara ganjil, karena Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil Tidakkah kalian lihat bahwa langit itu tujuh, bumi itu tujuh, dan thawaf juga tujuh (putaran)?” Beliau lalu menyebutkan beberapa hal. Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkan dengan redaksi ini, dan hanya sepakat pada redaksi, مَنِ اسْتَجْمَرَ فَلْيُوتِرْ "Barangsiapa ber-istijmar, maka dia hendaknya melakukannya secara ganjil"
المستدرك ٥٦٢: أَخْبَرَ أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الْمَحْبُوبِيُّ بِمَرْوَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ مَسْعُودٍ، أَنْبَأَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَسَمِعْتُهَا تَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ: «غُفْرَانَكَ»
Al Mustadrak 562: Abu Al Abbas Muhammad bin Ahmad Al Mahbubi mengabarkan (kepada kami) di Marwa, Sa’id bin Mas’ud menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Musa memberitakan (kepada kami), Israil menceritakan kepada kami dari Yusuf bin Abu Burdah, dari ayahnya, dia berkata: Aku masuk menemui Aisyah lalu aku mendengar dia berkata, "Apabila Rasulullah keluar dari kamar mandi, maka beliau mengucapkan, 'Ghufraanaka (aku minta ampun kepada-Mu)'."
المستدرك ٥٦٣: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ النَّضْرِ، ثنا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو، ثنا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ: «غُفْرَانَكَ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ، فَإِنَّ يُوسُفَ بْنَ أَبِي بُرْدَةَ مِنْ ثِقَاتِ آلِ أَبِي مُوسَى وَلَمْ نَجِدْ أَحَدًا يَطْعُنُ فِيهِ، وَقَدْ ذَكَرَ سَمَاعَ أَبِيهِ مِنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا»
Al Mustadrak 563: Abu Bakar Ahmad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ahmad bin An-Nadhr memberitakan (kepada kami), Mu’awiyah bin Amr menceritakan kepada kami, (Yahya bin Abu Bukair menceritakan kepada kami), Israil menceritakan kepada kami dari Yusuf bin Abu Burdah, dari ayahnya, dari Aisyah, dia berkata, “Apabila Rasulullah berdiri (keluar atau selesai) dari buang air besar, maka beliau mengucapkan, 'Ghufraanaka (aku minta ampun kepada-Mu) '.” Hadits ini shahih, karena Yusuf bin Abu Burdah termasuk periwayat tsiqah dari keluarga Abu Musa. Selain itu, kami tidak mendapati seorang ulama pun yang menganggapnya cacat. Dia juga menyebutkan bahwa ayahnya mendengar dari Aisyah radliyallahu 'anha.
المستدرك ٥٦٤: حَدَّثَنَا أَبُو عَمْرٍو عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ السَّمَّاكِ، ثَنَا حَنْبَلُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا قَبِيصَةُ، ثَنَا سُفْيَانُ، أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ حَلِيمٍ الْمَرْوَزِيُّ، أَنْبَأَنَا أَبُو الْمُوَجِّهِ، أَنْبَأَنَا عَبْدَانُ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ،: «أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَتْ مِنْ جَنَابَةٍ، فَتَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوِ اغْتَسَلَ مِنْ فَضْلِهَا» . تَابَعَهُ شُعْبَةُ عَنْ سِمَاكٍ
Al Mustadrak 564: Abu Umar dan Utsman bin Ahmad bin As-Sammak menceritakan kepada kami, Hanbal bin Ishaq menceritakan kepada kami, Qabishah menceritakan kepada kami, Sufyon menceritakan kepada kami. Al Hasan bin Halim Al Marwazi mengabarkan kepada kami, Abu Al Muwajjih memberitakan kepada kami, Abdan memberitakan (kepada kami), Abdullah memberitakan (kepada kami), Sufyan memberitakan (kepada kami) dari Simak bin Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa salah seorang istri Nabi mandi junub, lalu Nabi berwudhu atau mandi dengan sisa air yang telah digunakannya. Hadits ini diperkuat oleh riwayat Syu’bah dari Simak.
المستدرك ٥٦٥: حَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَالَوَيْهِ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، وَحدثنا أَبُو عَلِيٍّ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحَافِظُ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقَطِيعِيُّ، وَحَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ الْعَبَّاسِ بْنِ الْوَلِيدِ الْبَجَلِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ، قَالُوا: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، ثنا شُعْبَةُ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتَوَضَّأَ مِنْ إِنَاءٍ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْ نِسَائِهِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ تَوَضَّأْتُ مِنْ هَذَا، فَتَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وقَالَ: «الْمَاءُ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ» قَدِ احْتَجَّ الْبُخَارِيُّ بِأَحَادِيثِ عِكْرِمَةَ، وَاحْتَجَّ مُسْلِمٌ بِأَحَادِيثِ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، وَهَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ فِي الطَّهَارَةِ، وَلَمْ يُخْرِجَاهُ، وَلَا يُحْفَظُ لَهُ عِلَّةٌ
Al Mustadrak 565: Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Balawaih menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku. Abu Ali Al Husain bin Ali Al Hafizh menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq memberitakan (kepada kami), Muhammad bin Yahya Al Qathi’i menceritakan kepada kami. Abu Ali menceritakan kepada kami, Ali bin Al Abbas bin Al Walid Al Bajali menceritakan kepada kami, Ahmad bin Al Miqdam menceritakan kepada kami, mereka berkata: Muhammad bin Bakar menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ketika Nabi hendak berwudhu dari sebuah bejana, lalu salah seorang dari istrinya berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah berwudhu dengan air ini’. Nabi pun berwudhu dengannya, lalu bersabda, '‘Air itu, tidak ada sesuatu pun yang membuatnya najis'." Al Bukhari berhujjah dengan hadits-hadits Ikrimah, sementara Muslim berhujjah dengan hadits-hadits Simak bin Harb. Ini merupakan sanad yang shahih tentang Thaharah, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Selain itu, hadits ini juga tidak ber-illat.
المستدرك ٥٦٦: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَحْمَدَ الْجُرْجَانِيُّ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الْعَسْقَلَانِيُّ، ثنا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَ ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ عُتْبَةَ وَهُوَ ابْنُ أَبِي حَكِيمٍ، عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ قِيلَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، حَدِّثْنَا عَنْ شَأْنِ سَاعَةِ الْعُسْرَةِ، فَقَالَ عُمَرُ: خَرَجْنَا إِلَى تَبُوكَ فِي قَيْظٍ شَدِيدٍ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا أَصَابَنَا فِيهِ عَطَشٌ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّ رِقَابَنَا سَتَنْقَطِعُ، حَتَّى أَنَّ الرَّجُلَ لَيَنْحَرُ بَعِيرَهُ، فَيَعْصِرُ فَرْثَهُ فَيَشْرَبُهُ وَيَجْعَلُ مَا بَقِيَ عَلَى كَبِدِهِ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَوَّدَكَ فِي الدُّعَاءِ خَيْرًا فَادْعُ لَهُ، فَقَالَ: «أَتُحِبُّ ذَلِكَ؟» قَالَ: نَعَمْ، فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يُرْجِعْهُمَا حَتَّى قَالَتِ السَّمَاءُ، فَأَظَلَّتْ ثُمَّ سَكَبَتْ فَمَلئُوا مَا مَعَهُمْ، ثُمَّ ذَهَبْنَا نَنْظُرُ فَلَمْ نَجِدْهَا جَازَتِ الْعَسْكَرَ. «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، وَقَدْ ضَمَّنَهُ سُنَّةً غَرِيبَةً، وَهُوَ أَنَّ الْمَاءَ إِذَا خَالَطَهُ فَرْثُ مَا يُؤْكَلُ لَحْمُهُ لَمْ يُنَجِّسْهُ، فَإِنَّهُ لَوْ كَانَ يُنَجِّسُ الْمَاءَ لَمَا أَجَازَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَجْعَلَهُ عَلَى كَبِدِهِ حَتَّى يُنَجِّسَ يَدَيْهِ»
Al Mustadrak 566: Abu Sa’id Ismail bin Ahmad Al Juijani menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Hasan Al Asqalani memberitakan (kepada kami), Harmalah bin Yahya menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb memberitakan (kepada kami). Amr bin Al Harits mengabarkan kepadaku dari Sa’id bin Abu Hilal, dari Utbah —yaitu Ibnu Abu Hakim—, dari Nafi' bin Jubair, dari Abdullah bin Abbas, bahwa Umar bin Khaththab ditanya, "Ceritakanlah kepada kami tentang saat-saat kalian sedang sangat susah." Umar berkata, "Kami keluar menuju Tabuk pada musim kemarau yang sangat panas, lalu kami beristirahat di suatu tempat. Saat itu kami sangat kehausan, sehingga kami merasa leher-leher kami hampir putus. Bahkan sampai ada seorang laki-laki yang menyembelih untanya lalu memeras kotorannya, kemudian meminumnya, sementara sisanya dia masukkan ke dalam perutnya (dimakan). Abu Bakar lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah membekali engkau untuk berdoa dalam kebaikan (yaitu memberi fasilitas doa, dan bila beliau berdoa tentang kebaikan maka akan dikabulkan), maka berdoalah kepada Allah’. Nabi balik bertanya, ‘Apakah kalian menyukai ini'. Dia menjawab, ‘Ya’. Beliau pun mengangkat kedua tangannya, dan tidak sampai beliau menariknya kembali, tiba-tiba langit sudah mendung dan turun hujan, menuangkan airnya, hingga memenuhi apa saja yang bersama mereka. Kami kemudian pergi melihat-lihat, ternyata kami dapatkan bahwa hujan tersebut tidak sampai melewati kamp (tenda-tenda peristirahatan)." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya. Hadits ini mengandung Sunnah yang aneh, yaitu apabila air bercampur dengan kotoran binatang yang dagingnya boleh dimakan, maka air tersebut tidak menjadi najis, karena seandainya najis, tentu Rasulullah tidak akan membolehkan seorang muslim pun memasukkannya ke dalam perutnya, yang akan menjadikan tangannya najis.
المستدرك ٥٦٧: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَفَّانَ، ثنا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، ثنا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ حُمَيْدَةَ بِنْتِ عُبَيْدِ بْنِ رِفَاعَةَ، عَنْ كَبْشَةَ بِنْتِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، وَكَانَتْ تَحْتَ ابْنِ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّ أَبَا قَتَادَةَ، دَخَلَ عَلَيْهَا فَسَكَبَتْ لَهُ وَضُوءًا، فَجَاءَتْ هِرَّةٌ لِتَشْرَبَ مِنْهُ فَأَصْغَى لَهَا أَبُو قَتَادَةَ الْإِنَاءَ حَتَّى شَرِبَتْهُ، قَالَتْ كَبْشَةُ: فَرَآنِي أَنْظُرُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: أَتَعْجَبِينَ يَا بِنْتَ أَخِي؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ، إِنَّهَا مِنَ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ، وَالطَّوَّافَاتِ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ عَلَى أَنَّهُمَا عَلَى مَا أَصَّلَاهُ فِي تَرْكِهِ، غَيْرَ أَنَّهُمَا قَدْ شَهِدَا جَمِيعًا لِمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ أَنَّهُ الْحَكَمُ فِي حَدِيثِ الْمَدَنِيِّينَ، وَهَذَا الْحَدِيثُ مِمَّا صَحَّحَهُ مَالِكٌ، وَاحْتَجَّ بِهِ فِي الْمُوَطَّأِ، وَمَعَ ذَلِكَ فَإِنَّ لَهُ شَاهِدًا بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ»
Al Mustadrak 567: Abu Al Abbas menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Ali bin Affan menceritakan kepada kami, Zaid bin Al Hubab menceritakan kepada kami, Malik bin Anas menceritakan kepada kami dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, dari Humaidah binti Ubaid bin Rifa’ah, dari Kabsyah binti Ka’ab bin Malik, istri Ibnu Abu Qatadah, bahwa Abu Qatadah masuk menemuinya, lalu memberikan bejana kepadanya untuk berwudhu. Kemudian datang seekor kucing betina ingin meminumnya, maka Abu Qatadah memberikan bejana tersebut kepadanya hingga kucing tersebut meminumnya. Kabsyah berkata, “Rupanya, dia melihatku memperhatikan tingkahnya, maka dia bertanya, ‘Apakah kamu heran wahai putri saudaraku?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Dia berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ia (kucing) tidak najis, akan tetapi keduanya (kucing jantan dan betina) merupakan salah satu binatang yang suka berkeliaran di tengah-tengah kalian.” Hadits ini shahih, namun tidak diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim. Keduanya memang meninggalkannya, tetapi keduanya telah menyatakan bahwa Malik bin Anas merupakan barometer (patokan) bagi hadits orang-orang Madinah (yaitu bahwa haditsnya dijadikan hujjah). Hadits ini termasuk yang dinilai shahih oleh Malik dan dijadikan sebagai hujjah olehnya dalam Al Muwaththa' Disamping itu, dia juga memiliki hadits syahid dengan sanad yang shahih.
المستدرك ٥٦٨: حَدَّثَنَاهُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُوسَى الْقَاضِي بِبُخَارَى، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ أَيُّوبَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ، ثنا سُلَيْمَانُ بْنُ مُسَافِعِ بْنِ شَيْبَةَ الْحَجَبِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ مَنْصُورَ بْنَ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ، يُحَدِّثُ، عَنْ أُمِّهِ صَفِيَّةَ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا. . . . . . . . «وَقَدْ صَحَّ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ ضِدُّ هَذَا، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ أَيْضًا»
Al Mustadrak 568: Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Musa Al Qadhi menceritakan kepada kami di Bukhara, Muhammad bin Ayyub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abu Ja’far Ar-Razi menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Musafi' bin Syaibah Al Hajabi menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Manshur bin Shafiyyah binti Syaibah menceritakan dari ibunya Shafiyyah, dari Aisyah [....]. Ada juga hadits shahih yang bertentangan dengan ini sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya pun tidak meriwayatkannya.
المستدرك ٥٦٩: حَدَّثَنَاهُ أَبُو مُحَمَّدٍ أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيُّ بِبُخَارَى، ثنا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ إِمْلَاءً مِنْ كِتَابِهِ سَنَةَ سِتٍّ وَتِسْعِينَ وَمِائَتَيْنِ، ثنا أَبُو بَكْرَةَ بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ قَاضِي الْفُسْطَاطِ، ثنا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ، عَنْ قُرَّةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَطُهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يُغْسَلَ سَبْعَ مَرَّاتٍ، الْأُولَى بِالتُّرَابِ، وَالْهِرَّةُ مِثْلُ ذَلِكَ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، فَإِنَّ أَبَا بَكْرَةَ ثِقَةٌ مَأْمُونٌ، وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّ أَبَا بَكْرَةَ يَنْفَرِدُ بِهِ، عَنْ أَبِي عَاصِمٍ، وَإِنَّمَا تَفَرَّدَ بِهِ أَبُو عَاصِمٍ وَهُوَ حُجَّةٌ»
Al Mustadrak 569: Abu Muhammad Ahmad bin Abdullah Al Muzani menceritakannya kepada kami di Bukhara, Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah menceritakan kepada kami dengan cara mendikte dari bukunya pada tahun 296 (H), Abu Bakrah Bakkar bin Qutaibah Al Qadhi Al Fusthath menceritakan kepada kami, Abu Ashim Adh-Dhahhak bin Makhlad menceritakan kepada kami dari Qurrah bin Khalid, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Cara mensucikan bejana kalian ketika dijilat anjing adalah dibasuh sebanyak tujuh kali dengan air, yang pertama (dicampur) dengan tanah, dan (bila dijilat) kucing juga demikian.” Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, karena Abu Bakrah seorang periwayat tsiqah. Ada yang keliru berpersepsi bahwa Abu Bakar meriwayatkannya secara menyendiri dari Abu Ashim, padahal yang meriwayatkannya secara sendiri adalah Abu Ashim. Dia juga periwayat yang haditsnya dijadikan sebagai hujjah.
المستدرك ٥٧٠: حَدَّثَنَا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو بَكْرٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الْفَقِيهُ، ثنا بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ، وَحَمَّادُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَنْبَسَةَ، قَالَا: ثنا أَبُو عَاصِمٍ، ثنا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «طُهُورُ الْإِنَاءِ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يُغْسَلَ سَبْعَ مَرَّاتٍ، الْأُولَى بِالتُّرَابِ، وَالْهِرَّةُ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ» . «قُرَّةُ يَشُكُّ»
Al Mustadrak 570: Abu Al Hasan Ali bin Umar Al Hafizh menceritakan kepada kami, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ziyad Al Faqih menceritakan kepada kami, Bakkar bin Qutaibah dan Hammad bin Al Hasan bin Anbasah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Ashim menceritakan kepada kami, Qurrah bin Khalid menceritakan kepada kami, Muhammad bin Sirin menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Cara mensucikan bejana ketika jika dijilat arying adalah dibasuh (dengan air) sebanyak tujuh kali, yang pertama (dicampur) dengan tanah, sedangkan (jilatan) kucing cukup dibasuh satu atau dua kali” Qurrah ragu-ragu dalam riwayat ini.