مسند عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله تعالى عنهما

Bab Musnad Abdullah bin Umar bin Al Khaththab Radliyallahu ta'ala 'anhuma

Musnad Ahmad #4396

مسند أحمد ٤٣٩٦: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُوقَةَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَفْصٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَذْنَبْتُ ذَنْبًا كَبِيرًا فَهَلْ لِي تَوْبَةٌ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَكَ وَالِدَانِ قَالَ لَا قَالَ فَلَكَ خَالَةٌ قَالَ نَعَمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبِرَّهَا إِذًا

Musnad Ahmad 4396: Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Suqah] dari [Abu Bakr bin Hafsh] dari [Ibnu Umar] ia berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya bertanya, "Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar, adakah pintu taubat bagiku?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam balik bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak." Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu masih memiliki bibi?" laki-laki itu menjawab, "Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas mengatakan: "Kalau begitu berbaktilah kepadanya."

Grade

Musnad Ahmad #4397

مسند أحمد ٤٣٩٧: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ مَكَّةَ دَخَلَ مِنْ الثَّنِيَّةِ الْعُلْيَا وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ مِنْ الثَّنِيَّةِ السُّفْلَى

Musnad Ahmad 4397: Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] telah menceritakan kepada kami [Ubaidullah] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar] ia berkata: "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk Makkah maka beliau memasukinya dari Tsaniyatul Ulya, dan bila keluar maka beliau melalui Tsaniyatus Sufla."

Grade

Musnad Ahmad #4398

مسند أحمد ٤٣٩٨: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا سُهَيْلُ بْنُ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كُنَّا نَعُدُّ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيٌّ وَأَصْحَابُهُ مُتَوَافِرُونَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ ثُمَّ نَسْكُتُ

Musnad Ahmad 4398: Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] telah menceritakan kepada kami [Suhail bin Abu Shalih] dari [Ayahnya] dari [Ibnu Umar] ia berkata: "Dulu kami pernah menduga-duga, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, para sahabatnya masih banyak, demikian pula Abu Bakr, Umar dan Utsman, setelah itu kami diam."

Grade

Musnad Ahmad #4399

مسند أحمد ٤٣٩٩: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ فِي الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ الْقَائِلُ كَذَا وَكَذَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ

Musnad Ahmad 4399: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj bin Abu Utsman] dari [Abu Az Zubair] dari ['Aun bin Abdullah bin Utbah] dari [Ibnu Umar] ia berkata: "Tatkala kami shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ada salah seorang laki-laki yang mengucapkan, 'ALLAHU AKBAR KABIRAN WAL HAMDULILLAHI KATSIRAN WA SUBHANALLAHI BUKRATAN WA ASHILAN (Maha Besar Allah, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha suci Allah di pagi dan sore hari) '. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Siapa yang mengucapkan kalimat ini dan ini?" Laki-laki itu menjawab, "Saya wahai Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Aku kagum dengannya, karena telah dibukakan pintu-pintu langit baginya (kalimat itu)." Ibnu Umar berkata: "Setelah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan hal itu, aku tidak pernah meninggalkan (mengucapkan) kalimat itu."

Grade

Musnad Ahmad #4400

مسند أحمد ٤٤٠٠: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ قَالَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا دَخَلَ أَدْنَى الْحَرَمِ أَمْسَكَ عَنْ التَّلْبِيَةِ فَإِذَا انْتَهَى إِلَى ذِي طُوًى بَاتَ فِيهِ حَتَّى يُصْبِحَ ثُمَّ يُصَلِّيَ الْغَدَاةَ وَيَغْتَسِلَ وَيُحَدِّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْعَلُهُ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ ضُحًى فَيَأْتِي الْبَيْتَ فَيَسْتَلِمُ الْحَجَرَ وَيَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ يَرْمُلُ ثَلَاثَةَ أَطْوَافٍ يَمْشِي مَا بَيْنَ الرُّكْنَيْنِ فَإِذَا أَتَى عَلَى الْحَجَرِ اسْتَلَمَهُ وَكَبَّرَ أَرْبَعَةَ أَطْوَافٍ مَشْيًا ثُمَّ يَأْتِي الْمَقَامَ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى الْحَجَرِ فَيَسْتَلِمُهُ ثُمَّ يَخْرُجُ إِلَى الصَّفَا مِنْ الْبَابِ الْأَعْظَمِ فَيَقُومُ عَلَيْهِ فَيُكَبِّرُ سَبْعَ مِرَارٍ ثَلَاثًا يُكَبِّرُ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Musnad Ahmad 4400: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [Ayyub] dari [Nafi'] ia berkata: "Jika [Ibnu Umar] masuk dan telah dekat dengan Al haram, ia menahan bacaan talbiyahnya, dan jika telah sampai Dzu Thuwa ia menginap hingga datang waktu Shubuh, kemudian ia shalat dan mandi. Kemudian ia menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga melakukan seperti ini. Setelah itu ia masuk Makkah pada waktu Dluha, ia mendatangi Baitullah dan beristilam (mencium, menyentuh atau berisyarat) kepada hajar aswad sambil mengucapkan: BISMILLAH ALLAHU AKBAR. Kemudian ia berlari tiga kali putaran dan berjalan di antara dua rukun, ketika melewati hajar aswad ia mengusapnya dan bertakbir setiap empat kali putaran dengan berjalan, lalu ia mendatangi maqam dan shalat dua rakaat, kemudian kembali ke hajar aswad dan menciumnya. Setelah itu ia keluar menuju Shafa dari Babul A'zham. Ia berdiri lalu bertakbir tujuh kali diulang sebanyak tiga kali, lalu bertakbir kemudian mengucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WA HUWA 'ALA KULLI SYAI`IN QADIIR (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia Maha Besat atas segala sesuatu) '."

Grade

Musnad Ahmad #4401

مسند أحمد ٤٤٠١: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ عَبْدِ الْخَالِقِ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ عَنْ النَّبِيذِ فَقَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ عِنْدَ مِنْبَرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا قَدِمَ وَفْدُ عَبْدِ الْقَيْسِ مَعَ الْأَشَجِّ فَسَأَلُوا نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الشَّرَابِ فَقَالَ لَا تَشْرَبُوا فِي حَنْتَمَةٍ وَلَا فِي دُبَّاءٍ وَلَا نَقِيرٍ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ وَالْمُزَفَّتُ فَظَنَنْتُ أَنَّهُ نَسِيَ فَقَالَ لَمْ أَسْمَعْهُ يَوْمَئِذٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَقَدْ كَانَ يَكْرَهُهُ

Musnad Ahmad 4401: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dari [Abdul Khaliq] ia berkata: Aku bertanya kepada [Sa'id bin Al Musayyab] tentang nabidz (sari buah kurma), ia pun menjawab, "Aku pernah mendengar [Abdullah bin Umar] mengatakan di samping mimbar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini, 'Ini utusan Abdul Qais datang bersama Al Asyajj bertanya Nabiyullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang minuman, maka beliau menjawab: "Jangan kalian minum menggunakan hantamah atau dubba` dan juga naqir." Lalu aku katakan kepadanya, 'Wahai Abu Muhammad, bagaimana dengan muzaffat? ' aku kira ia lupa. Maka ia menjawab, 'Waktu itu aku tidak mendengarnya dari Abdullah bin Umar, namun ia membencinya.'

Grade

Musnad Ahmad #4402

مسند أحمد ٤٤٠٢: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَكَمِ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ عَسْبِ الْفَحْلِ

Musnad Ahmad 4402: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] telah menceritakan kepada kami [Ali bin Al Hakam] dari [Nafi'] dari [Ibnu Umar], bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menjual mani hewan jantan."

Grade

Musnad Ahmad #4403

مسند أحمد ٤٤٠٣: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَا حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ ابْنُ جَعْفَرٍ فِي حَدِيثِهِ أَخْبَرَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ غَيْلَانَ بْنَ سَلَمَةَ الثَّقَفِيَّ أَسْلَمَ وَتَحْتَهُ عَشْرُ نِسْوَةٍ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْتَرْ مِنْهُنَّ أَرْبَعًا فَلَمَّا كَانَ فِي عَهْدِ عُمَرَ طَلَّقَ نِسَاءَهُ وَقَسَمَ مَالَهُ بَيْنَ بَنِيهِ فَبَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ فَقَالَ إِنِّي لَأَظُنُّ الشَّيْطَانَ فِيمَا يَسْتَرِقُ مِنْ السَّمْعِ سَمِعَ بِمَوْتِكَ فَقَذَفَهُ فِي نَفْسِكَ وَلَعَلَّكَ أَنْ لَا تَمْكُثَ إِلَّا قَلِيلًا وَايْمُ اللَّهِ لَتُرَاجِعَنَّ نِسَاءَكَ وَلَتَرْجِعَنَّ فِي مَالِكَ أَوْ لَأُوَرِّثُهُنَّ مِنْكَ وَلَآمُرَنَّ بِقَبْرِكَ فَيُرْجَمُ كَمَا رُجِمَ قَبْرُ أَبِي رِغَالٍ

Musnad Ahmad 4403: Telah menceritakan kepada kami [Isma'il] dan [Muhammad bin Ja'far] keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhri], [Ibnu Ja'far] menyebutkan dalam haditsnya: Telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] dari [Salim] dari [ayahnya], bahwa Ghailan bin Salamah Ats Tsaqafi masuk Islam sementara ia memiliki sepuluh isteri, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepadanya: "Pilihlah empat dari mereka." Kemudian pada masa pemerintahan Umar, ia menceraikan para isterinya dan membagikan hartanya di antara anak-anaknya. Ketika hal itu sampai ke telinga Umar, maka ia pun berkata: "Sungguh, aku punya prediksi bahwa setan yang biasa mencuri pendengaran, ia telah mendengar berita kematianmu sehingga ia melemparkannya ke dalam jiwamu. Dan kamu tidak tidak akan lama lagi untuk tingga (hidup di dunia). Demi Allah, engkau segera merujuk mereka dan mengambil hartamu, atau aku akan wariskan kepada mereka semua dari hartamu, dan aku akan perintahkan untuk melempari kuburanmu sebagaimana kubur Abu Righal dilempari batu."

Grade

Musnad Ahmad #4404

مسند أحمد ٤٤٠٤: حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ الْعَوَّامِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ حُسَيْنٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ كِتَابَ الصَّدَقَةِ فَلَمْ يُخْرِجْهُ إِلَى عُمَّالِهِ حَتَّى قُبِضَ فَقَرَنَهُ بِسَيْفِهِ فَلَمَّا قُبِضَ عَمِلَ بِهِ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَتَّى قُبِضَ ثُمَّ عُمَرُ حَتَّى قُبِضَ فَكَانَ فِيهِ فِي خَمْسٍ مِنْ الْإِبِلِ شَاةٌ وَفِي عَشْرٍ شَاتَانِ وَفِي خَمْسَ عَشْرَةَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ وَفِي عِشْرِينَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ وَفِي خَمْسٍ وَعِشْرِينَ ابْنَةُ مَخَاضٍ قَالَ أَبِي ثُمَّ أَصَابَتْنِي عِلَّةٌ فِي مَجْلِسِ عَبَّادِ بْنِ الْعَوَّامِ فَكَتَبْتُ تَمَامَ الْحَدِيثِ فَأَحْسَبُنِي لَمْ أَفْهَمْ بَعْضَهُ فَشَكَكْتُ فِي بَقِيَّةِ الْحَدِيثِ فَتَرَكْتُهُ بِهَذَا الْحَدِيثِ فِي الْمُسْنَدِ فِي حَدِيثِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ لِأَنَّهُ كَانَ قَدْ جَمَعَ حَدِيثَ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ فَحَدَّثَنَا بِهِ فِي حَدِيثِ سَالِمٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَزِيدَ بِتَمَامِهِ وَفِي حَدِيثِ عَبَّادٍ عَنْ عَبَّادِ بْنِ الْعَوَّامِ

Musnad Ahmad 4404: Telah menceritakan kepada kami [Abbad Ibnul Awwam] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Husain] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [Ibnu Umar], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menulis ketentuan sedekah (zakat) dan belum memberlakukannya kepada para 'amil zakat sampai beliau wafat, dan beliau menyertakannya dengan pedang beliau. Ketika beliau telah wafat, Abu Bakar pun memberlakukannya hingga ia wafat, kemudian Umar juga memberlakukannya hingga ia wafat pula. Dan aturannya ialah: jika mempunyai lima unta, wajib mengeluarkan zakat satu kambing. Jika memiliki sepuluh unta, wajib mengeluarkan dua kambing. Jika memiliki lima belas unta, wajib mengeluarkan zakat tiga kambing. Jika memiliki dua puluh unta, wajib mengeluarkan zakat empat kambing, dan jika memiliki dua puluh lima unta, wajib mengeluarkan zakat anak unta yang berumur satu tahun." Bapakku berkata: "Kemudian aku mendapatkan sakit di majelis Ubad bin Awam, hingga akupun menulis kelengkapan hadits tersebut. Dan sepertinya aku tidak memahami betul sebagian hadits hingga terusannya aku agak ragu. Dan akupun membiarkan hadits itu dalam bentuk seperti ini di dalam musnad pada hadits [Az Zuhri] dari [Salim]. Sebab dia telah mengumpulkan hadits Zuhri dari Salim, maka ia menceritakan sanad tersebut dalam hadits Salim, dari [Muhammad bin Yazid] dengan lafadz yang sempurna, juga dalam hadits Abbad, dari Abbad Ibnul Awwam."

Grade

Musnad Ahmad #4405

مسند أحمد ٤٤٠٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ عَنْ سُفْيَانَ يَعْنِي ابْنَ حُسَيْنٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَتَبَ الصَّدَقَةَ وَلَمْ يُخْرِجْهَا إِلَى عُمَّالِهِ حَتَّى تُوُفِّيَ قَالَ فَأَخْرَجَهَا أَبُو بَكْرٍ مِنْ بَعْدِهِ فَعَمِلَ بِهَا حَتَّى تُوُفِّيَ ثُمَّ أَخْرَجَهَا عُمَرُ مِنْ بَعْدِهِ فَعَمِلَ بِهَا قَالَ فَلَقَدْ هَلَكَ عُمَرُ يَوْمَ هَلَكَ وَإِنَّ ذَلِكَ لَمَقْرُونٌ بِوَصِيَّتِهِ فَقَالَ كَانَ فِيهَا فِي الْإِبِلِ فِي كُلِّ خَمْسٍ شَاةٌ حَتَّى تَنْتَهِيَ إِلَى أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ فَإِذَا بَلَغَتْ إِلَى خَمْسٍ وَعِشْرِينَ فَفِيهَا بِنْتُ مَخَاضٍ إِلَى خَمْسٍ وَثَلَاثِينَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ ابْنَةُ مَخَاضٍ فَابْنُ لَبُونٍ فَإِذَا زَادَتْ عَلَى خَمْسٍ وَثَلَاثِينَ فَفِيهَا ابْنَةُ لَبُونٍ إِلَى خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ فَإِذَا زَادَتْ وَاحِدَةٌ فَفِيهَا حِقَّةٌ إِلَى سِتِّينَ فَإِذَا زَادَتْ فَفِيهَا جَذَعَةٌ إِلَى خَمْسٍ وَسَبْعِينَ فَإِذَا زَادَتْ فَفِيهَا ابْنَتَا لَبُونٍ إِلَى تِسْعِينَ فَإِذَا زَادَتْ فَفِيهَا حِقَّتَانِ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ فَإِذَا كَثُرَتْ الْإِبِلُ فَفِي كُلِّ خَمْسِينَ حِقَّةٌ وَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ ابْنَةُ لَبُونٍ وَفِي الْغَنَمِ مِنْ أَرْبَعِينَ شَاةٌ إِلَى عِشْرِينَ وَمِائَةٍ فَإِذَا زَادَتْ فَفِيهَا شَاتَانِ إِلَى مِائَتَيْنِ فَإِذَا زَادَتْ فَفِيهَا ثَلَاثٌ إِلَى ثَلَاثِ مِائَةٍ فَإِذَا زَادَتْ بَعْدُ فَلَيْسَ فِيهَا شَيْءٌ حَتَّى تَبْلُغَ أَرْبَعَ مِائَةٍ فَإِذَا كَثُرَتْ الْغَنَمُ فَفِي كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ وَكَذَلِكَ لَا يُفَرَّقُ بَيْنَ مُجْتَمِعٍ وَلَا يُجْمَعُ بَيْنَ مُتَفَرِّقٍ مَخَافَةَ الصَّدَقَةِ وَمَا كَانَ مِنْ خَلِيطَيْنِ فَهُمَا يَتَرَاجَعَانِ بِالسَّوِيَّةِ لَا تُؤْخَذُ هَرِمَةٌ وَلَا ذَاتُ عَيْبٍ مِنْ الْغَنَمِ

Musnad Ahmad 4405: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yazid] -yakni Al Wasithi- dari [Sufyan] -yakni Ibnu Husain- dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [ayahnya] ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah membuat ketetapan atas wajibnya sedekah (zakat), namun beliau belum sempat mengeluarkan kepada para pekerjanya hingga beliau wafat." Perawi melanjutkan, "Setelah itu Abu Bakar mengeluarkannya dan terus melakukannya hingga ia meninggal, kemudian setelah itu Umar mengeluarkannya dan terus melakukannya." Perawi melanjutkan lagi, "Maka saat Umar meninggal, pesan wasiat itu pun masih ada. Di antara isinya adalah, bahwa setiap unta yang berjumlah lima ekor hingga dua puluh empat zakatnya adalah satu ekor kambing. Jumlah dua puluh lima hingga tiga puluh ekor zakatnya adalah bintu makhadl, jika tidak ada bintu makhadl maka bisa dengan ibnu labun. Jika jumlah lebih dari tiga puluh lima hingga empat puluh lima, maka zakatnya adalah bintu labun. Jika bertambah lagi satu hingga enam puluh ekor maka zakatnya adalah hiqqah. Jika bertambah lagi hingga jumlah tujuh puluh lima maka zakatnya adalah jadza'ah. Jika bertambah lagi hingga sembilan puluh ekor, maka zakatnya adalah dua bintu labun. Jika bertambah lagi hingga seratus dua puluh maka zakatnya adalah dua hiqqah. Jika jumlah unta terus bertambah, maka setiap lima puluh ekor unta zakatnya adalah satu hiqqah, dan setiap empat puluh zakatnya bintu labun. Sementara untuk kambing, maka setiap jumlah empat puluh hingga seratus dua puluh zakatnya adalah satu ekor kambing. Jika bertambah lagi hingga sejumlah dua ratus maka zakatnya adalah dua ekor kambing. Jika bertambah lagi hingga jumlah tiga ratus maka zakatnya adalah tiga ekor kambing. Jika bertambah lagi maka tidak ada zakat, kecuali jika jumlahnya sampai empat ratus. Jika kambing terus bertambah, maka untuk setiap penambahan seratus ekor zakatnya adalah satu ekor, tidak boleh memisahkan kambing yang telah terkumpul (dalam jumlah tertentu) atau menggabungkan kambing yang sudah terpisah untuk menghindari atau mengurangi kadar kewajiban zakat, dan kambing yang dimiliki secara bersama harus digabung secara adil (sama rata), jangan diambil kambing yang umurnya sudah diluar batas kewajaran, dan bukan pula yang memiliki cacat."

Grade