سنن الدارقطني ٣٧٧٩: نا أَبُو بَكْرٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ شَاذَانَ , نا مُعَلَّى , نا عَبْدُ الْوَارِثِ , عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ , عَنِ الْحَسَنِ , قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: «إِذَا أَغْلَقَ بَابًا وَأَرْخَى سِتْرًا فَقَدْ وَجَبَ لَهَا الصَّدَاقُ , وَعَلَيْهَا الْعِدَّةُ , وَلَهَا الْمِيرَاثُ»
Sunan Daruquthni 3779: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Syadzan menceritakan kepada kami, Mu'alla menceritakan kepada kami, Abdul Warits menceritakan kepada kami dari Ashim Al Ahwal, dari Al Hasan, dia berkata: Umar bin Khaththab berkata, "Jika pintu telah ditutup dan tirai sudah dibentangkan, maka mahar wajib dibayar, sang istri harus ber-iddah, dan hak waris pun ia dapatkan."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٠: نا أَبُو بَكْرٍ , نا مُحَمَّدُ , عَنْ مُعَلَّى , نا ابْنُ لَهِيعَةَ , نا أَبُو الْأَسْوَدِ , عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ ثَوْبَانَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ كَشَفَ خِمَارَ امْرَأَةٍ وَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَدْ وَجَبَ الصَّدَاقُ دَخَلَ بِهَا أَوْ لَمْ يَدْخُلْ بِهَا»
Sunan Daruquthni 3780: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Mu'alla menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi'ah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Abdurrahman bin Tsauban, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membuka kerudung perempuan dan melihatnya, maka ia wajib membayar maharnya, baik ia sudah menyetubuhinya maupun belum.”
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨١: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ مُعَلَّى , نا لَيْثٌ , عَنْ بُكَيْرِ بْنِ الْأَشَجِّ , عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ , قَالَ: تَزَوَّجَ الْحَارِثُ بْنُ الْحَكَمِ امْرَأَةً فَأَغْلَقَ عَلَيْهَا الْبَابَ ثُمَّ خَرَجَ فَطَلَّقَهَا وَقَالَ: لَمْ أَطَأْهَا , وَقَالَتِ الْمَرْأَةُ: قَدْ وَطِئَنِي فَاخْتَصَمُوا إِلَى مَرْوَانَ فَدَعَا زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ , فَقَالَ: كَيْفَ تَرَى فَإِنَّ الْحَارِثَ عِنْدَنَا مُصَدَّقٌ؟ , فَقَالَ زَيْدٌ: «أَكُنْتَ رَاجِمَهَا لَوْ حَبِلَتْ؟» , قَالَ: لَا , قَالَ: «فَكَذَلِكَ تُصَدَّقُ الْمَرْأَةُ فِي مِثْلِ هَذَا»
Sunan Daruquthni 3781: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad menceritakan kepada kami, Mu'alla menceritakan kepada kami, Laits menceritakan kepada kami dari Bukair bin Al Asyajj, dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata: Al Harits bin Al Hakam menikahi seorang wanita lalu ia menutup pintu (berduaan di dalam kamar -penerj). Tak lama kemudian ia keluar dan menceraikannya. Ia berkata, "Aku belum menyentuhnya." Tapi si wanita berkata, "Sudah." Akhirnya mereka bersengketa di hadapan Marwan, dan Marwan pun memanggil Zaid bin Tsabit. Ia bertanya, "Bagaimana pendapat Anda? Karena Al Harits ini menurut kami adalah orang yang jujur." Zaid berkata, "Apakah Anda akan merajam wanita ini jika ia hamil?" Marwan menjawab, "Tidak." Zaid berkata, "Demikianlah, maka ia pun berhak mendapat mahar dalam hal seperti ini."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٢: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُكَيْرٍ , نا سَعِيدٌ , عَنْ قَتَادَةَ , عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ , «أَنَّهُ كَانَ لَا يَرَى بَأْسًا إِذَا بَتَّ طَلَاقَ امْرَأَتِهِ أَنْ يَتَزَوَّجَ خَامِسَةً حَامِلًا كَانَتِ امْرَأَتُهُ أَوْ غَيْرِ حَامِلٍ»
Sunan Daruquthni 3782: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Abdullah bin Bukair menceritakan kepada kami, Sa'id menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Sa'id bin Al Musayyab, ia berpendapat bahwa tidak ada salahnya seorang pria menikahi istri kelima bila ia telah menceraikan salah satu dari empat istrinya dengan talak ba‘in, baik istri yang dicerai itu hamil maupun tidak."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٣: نا أَبُو بَكْرٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ , نا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ , وَسُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ , قَالَا: نا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ , نا قَتَادَةُ , عَنِ الْحَسَنِ , وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ , وَخِلَاسِ بْنِ عَمْرٍو ح قَالَ: وَنا حُمَيْدٌ , عَنْ بَكْرٍ الْمُزَنِيِّ , أَنَّهُمْ قَالُوا: «إِذَا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَامِلٌ إِنْ شَاءَ تَزَوَّجَ أُخْتَهَا فِي عِدَّتِهَا» قَالَ: وَنا حَمَّادٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ مِثْلَهُ
Sunan Daruquthni 3783: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muslim bin Ibrahim dan Suraij bin An-Nu'man menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Al Hasan, Sa'id bin Al Musayyab, dan Khallas bin Amr, (h) Humaid juga menceritakan kepada kami dari Bakar Al Muzani, mereka berkata, "Jika seorang wanita telah dicerai dalam keadaan hamil, maka mantan suaminya boleh menikahi saudari wanita itu meski masih dalam iddah." Ia berkata, "Hammad juga menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya dengan redaksi yang sama."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٤: نا أَبُو بَكْرٍ , نا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ , أنا الشَّافِعِيُّ , أنا مَالِكٌ , عَنْ رَبِيعَةَ , أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ , وَعُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ كَانَا يَقُولَانِ فِي الرَّجُلِ يَكُونُ عِنْدَهُ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ فَيُطَلِّقُ إِحْدَاهُنَّ الْبَتَّةَ: «يَتَزَوَّجُ إِذَا شَاءَ وَلَا يَنْظُرُ أَنْ تَنْقَضِيَ عِدَّتُهَا»
Sunan Daruquthni 3784: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Ar-Rabi' bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami, Malik menceritakan kepada kami dari Rabi'ah bahwa Al Qasim bin Muhammad dan Urwah bin Az-Zubair berkata, "Seorang laki-laki yang memiliki empat istri bila sudah mentalak salah satunya dengan talak ba'in (tidak bisa rujuk lagi), maka ia boleh menikah dengan istri baru kapan saja ia mau, meski istri yang ditalak belum selesai masa iddah-nya."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٥: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بِشْرٍ , نا سُفْيَانُ , عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى أَبِي طَلْحَةَ , عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ , عَنْ عُمَرَ , قَالَ: «يَنْكِحُ الْعَبْدُ امْرَأَتَيْنِ وَيُطَلِّقُ تَطْلِيقَتَيْنِ وَتَعْتَدُّ الْأَمَةُ حَيْضَتَيْنِ فَإِنْ لَمْ تَحِضْ فَشَهْرَيْنِ أَوْ شَهْرًا وَنِصْفًا»
Sunan Daruquthni 3785: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Bisyir menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdurrahman maula Abu Thalhah menceritakan kepada kami dari Sulaiman bin Yasar, dari Abdullah bin Utbah, dari Umar, dia berkata, "Seorang budak pria boleh menikahi dua wanita, baginya ada dua kali talak, istrinya mendapat dua kali haid sebagai iddah, jika tidak lagi haid maka iddah-nya dua bulan, atau sebulan setengah."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٦: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ بْنِ مَزْيَدٍ , نا عُقْبَةُ بْنُ عَلْقَمَةَ , أَخْبَرَنِي مُسْلِمُ بْنُ خَالِدٍ , حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ جَدِّهِ , عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ , أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يَقُولُ فِي الرَّجُلِ يَبْتَاعُ الْجَارِيَةَ فَيُصِيبُهَا ثُمَّ يَظْهَرُ عَلَى عَيْبٍ فِيهَا لَمْ يَكُنْ رَآهُ أَنَّ الْجَارِيَةَ تَلْزَمُهُ وَيُوضَعُ عَنْهُ قَدْرُ الْعَيْبِ , وَقَالَ: «لَوْ كَانَ كَمَا يَقُولُ النَّاسُ يَرُدُّهَا وَيَرُدُّ الْعَقْرَ كَانَ ذَلِكَ شِبْهَ الْإِجَارَةِ وَكَانَ الرَّجُلُ يُصِيبُهَا وَهُوَ يَرَى الْعَيْبَ لَمْ يَرُدِ الْعَقْرَ وَلَكِنَّهُ إِذَا أَصَابَهَا لَزِمَتْهُ الْجَارِيَةُ وَوُضِعَ عَنْهُ قَدْرُ الْعَيْبِ»
Sunan Daruquthni 3786: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Abbas bin Al Walid bin Mazid menceritakan kepada kami, Muslim bin Khalid mengabarkan kepadaku, Ja'far bin Muhammad menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Al Husain bin Ali bahwa Ali bin Abu Thalib RA pernah berkata, "Pria yang membeli seorang budak wanita lalu menyetubuhinya, kemudian terlihat ada cacatnya yang belum ia ketahui sebelumnya, maka ia tetap wajib membeli budak itu, tapi ia akan mendapat potongan harga akibat cacat tersebut." Ali lanjut berkata, "Kalau keadaannya seperti kata orang, ia harus mengembalikannya dan mengembalikan barang, maka itu seperti sewa menyewa. Tapi jika ia sudah menyetubuhi budak tersebut maka ia harus mempertahankannya dan minta potongan harga akibat aib."
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٧: نا دَعْلَجُ بْنُ أَحْمَدَ , نا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ , نا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ , عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مُحَمَّدٍ , عَنْ جَعْفَرٍ , عَنْ مُحَمَّدٍ , عَنْ أَبِيهِ , أَنَّ عَلِيًّا قَالَ: «إِذَا ابْتَاعَ الْأَمَةَ ثُمَّ أَصَابَهَا ثُمَّ وَجَدَ بِهَا عَيْبًا بَعْدَ إِصَابَتِهِ أَخَذَ قِيمَةَ الْعَيْبِ» هَذَا مُرْسَلٌ.
Sunan Daruquthni 3787: Da'laj bin Ahmad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ali bin Zaid menceritakan kepada kami, Sa'id bin Manshur menceritakan kepada kami dari Abdul Aziz bin Muhammad, dari Ja'far, dari Muhammad, dari ayahnya, bahwa Ali berkata, "Jika seorang budak wanita sudah dibeli, lalu disetubuhi kemudian terlihat ada aib, maka ganti rugi boleh dimintai akibat cacat tersebut." Hadits ini mursal.
Grade
سنن الدارقطني ٣٧٨٨: نا جَعْفَرُ بْنُ أَحْمَدَ الْوَاسِطِيُّ , نا مُوسَى بْنُ إِسْحَاقَ , نا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ , نا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ , عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ , عَنْ عَلِيٍّ , قَالَ: «لَا يَرُدُّهَا وَلَكِنَّهَا تُكْسَرُ فَيَرُدُّ عَلَيْهِ قِيمَةَ الْعَيْبِ» , وَهَذَا أَيْضًا مُرْسَلٌ
Sunan Daruquthni 3788: Ja'far bin Ahmad Al Wasithi menceritakan kepada kami, Musa bin Ishaq menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Hafash bin Ghiyats menceritakan kepada kami dari Ja'far bin Muhammad, dari ayahnya, dari Ali bin Al Hasain, dair Ali, dia berkata, "Ia tidak boleh mengembalikannya (budak wanita tadi) tetapi ia boleh minta ganti rugi dan mendapat ganti dari cacat tersebut." Hadits ini juga mursal.