مسند الشافعي ١٤٢٦: أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ الثَّقَفِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، مِنْ ثَقِيفٍ أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: " لَوِ اسْتَطَعْتُ لَجَعَلْتُهَا حَيْضَةً وَنِصْفًا، فَقَالَ رَجُلٌ: فَاجْعَلْهَا شَهْرًا وَنِصْفًا، فَسَكَتَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ "
Musnad Syafi'i 1426: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Amr bin Dinar, dari Amr bin Aus Ats-Tsaqafl, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Tsaqif bahwa ia pernah mendengar Umar bin Al Khaththab berkata, "Seandainya aku mampu, niscaya aku menjadikannya sekali haid dan separuhnya." Maka seorang lelaki berkata, "Jadikan saja satu setengah bulan." Maka, Umar diam (yakni setuju dengan pendapat lelaki tersebut). 660
مسند الشافعي ١٤٢٧: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّهُ قَالَ فِي أُمِّ الْوَلَدِ يُتَوَفَّى عَنْهَا سَيِّدُهَا قَالَ: «تَعْتَدُّ بِحَيْضَةٍ»
Musnad Syafi'i 1427: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi', dari Abdullah bin Umar bahwa ia pernah berkata sehubungan dengan Ummul Walad yang ditinggal mati oleh tuannya, "Dia beriddah selama sekali haid." 661
مسند الشافعي ١٤٢٨: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: سُئِلَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَأَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ الْمُتَوَفَّى، عَنْهَا زَوْجُهَا وَهِيَ حَامِلٌ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: آخِرُ الْأَجَلَيْنِ، وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: إِذَا وَلَدَتْ فَقَدْ حَلَّتْ، فَدَخَلَ أَبُو سَلَمَةَ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهَا عَنْ ذَلِكَ فَقَالَتْ: وَلَدَتْ سُبَيْعَةُ الْأَسْلَمِيَّةُ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِنِصْفِ شَهْرٍ فَخَطَبَهَا رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا شَابٌّ وَالْآخَرُ كَهْلٌ، فَخُطِبَتْ إِلَى الشَّابِّ فَقَالَ الْكَهْلُ: لَمْ تَحْلِلْ، وَكَانَ أَهْلُهَا غُيَّبًا وَرَجَا إِذَا جَاءَ أَهْلُهَا أَنْ يُؤْثِرُوهُ بِهَا، فَجَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «قَدْ حَلَلْتِ، فَانْكِحِي مَنْ شِئْتِ»
Musnad Syafi'i 1428: Malik mengabarkan kepada kami dari Abdu Rabbih bin Said bin Qais, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia mengatakan: Ibnu Abbas dan Abu Hurairah pernah ditanya mengenai masalah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Maka Ibnu Abbas menjawab, "Hingga akhir iddahnya (maksudnya 4 bulan 10 hari)." Sedangkan Abu Hurairah menjawab, "Apabila dia melahirkan, berarti telah halal untuk kawin lagi." Maka, masuklah Abu Salamah menemui Ummu Salamah, istri Nabi , lalu menanyakan masalah tersebut kepadanya. Ummu Salamah berkata, "Subai'ah Al Aslamiyah melahirkan anaknya selang setengah bulan sesudah kematian suaminya, lalu ia dilamar oleh 2 orang lelaki; yang seorang pemuda, sedangkan yang lainnya kakek-kakek. Ternyata Subai'ah menerima lamaran si pemuda, maka si kakek itu berkata, "Dia masih belum halal untuk kawin." Keluarga Subai'ah sedang tidak ada di tempat, dan si kakek berharap apabila keluarga Subai'ah tiba akan memilihnya untuk menjadi suami Subai'ah. Maka, Subai'ah datang kepada Rasulullah , dan beliau bersabda, "Engkau telah halal, maka kawinlah dengan orang yang kamu sukai."662
مسند الشافعي ١٤٢٩: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ، وَأَبَا سَلَمَةَ، اخْتَلَفَا فِي الْمَرْأَةِ تُنْفَسُ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: آخِرُ الْأَجَلَيْنِ، وَقَالَ أَبُو سَلَمَةَ: إِذَا نُفِسَتْ فَقَدْ حَلَّتْ. فَجَاءَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَالَ: أَنَا مَعَ ابْنِ أَخِي، يَعْنِي أَبَا سَلَمَةَ، فَبَعَثُوا كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ يَسْأَلُهَا عَنْ ذَلِكَ، فَجَاءَهُمْ فَأَخْبَرَهُمْ أَنَّهَا قَالَتْ: وَلَدَتْ سُبَيْعَةُ الْأَسْلَمِيَّةُ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهَا: «قَدْ حَلَلْتِ فَانْكِحِي»
Musnad Syafi'i 1429: Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa'id, dari Sulaiman bin Yasar: Ibnu Abbas dan Abu Salammah berselisih pendapat mengenai masalah seorang wanita yang melahirkan sesudah kematian suaminya lewat beberapa malam. Maka Ibnu Abbas berkata, "Hingga akhir masa iddahnya." Sedangkan Abu Salamah berkata, "Apabila dia telah melahirkan, berarti telah halal." Maka datanglah Abu Hurairah, lalu berkata, "Aku sependapat dengan keponakanku." Yakni, Abu Salamah. Lalu mereka menyuruh Kuraib maula Ibnu Abbas menemui Ummu Salamah untuk menanyakan masalah tersebut Ketika Kuraib kembali kepada mereka, ia langsung memberitahukan bahwa Ummu Salamah berkata, "Subai'ah Al Aslamiyah pernah melahirkan anak sesudah kematian suaminya selang beberapa malang lalu ia menceritakan hal itu kepada Rasulullah , maka beliau bersabda kepadanya, 'Kamu telah halal, maka kawinlah' 663
مسند الشافعي ١٤٣٠: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْمِسْوَرِ بْنِ مَخْرَمَةَ، أَنَّ سُبَيْعَةَ الْأَسْلَمِيَّةَ، نُفِسَتْ بَعْدَ وَفَاةِ زَوْجِهَا بِلَيَالٍ فَجَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ فِي أَنْ تُنْكَحَ فَأَذِنَ لَهَا
Musnad Syafi'i 1430: Malik mengabarkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Al Miswar bin Makhramah: Bahwa Subai'ah Al Aslamiyah melahirkan anak selang beberapa malam sesudah suaminya meninggal dunia, lalu ia datang kepada Rasulullah dan meminta izin kepadanya untuk kawin, maka beliau mengizinkannya. 664
مسند الشافعي ١٤٣١: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، بِأَنَّهُ سُئِلَ عَنِ الْمَرْأَةِ، يُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا وَهِيَ حَامِلٌ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: إِذَا وَضَعَتْ حَمْلَهَا فَقَدْ حَلَّتْ، فَأَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: «لَوْ وَلَدَتْ وَزَوْجُهَا عَلَى سَرِيرِهِ لَمْ يُدْفَنْ لَحَلَّتْ»
Musnad Syafi'i 1431: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwa ia pernah ditanya mengenai masalah seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil, maka Ibnu Umar menjawab, "Apabila dia telah melahirkan, berarti dia telah halal (untuk kawin)." Ia mendapat berita dari seorang lelaki kalangan Anshar bahwa Umar bin Al Khaththab pernah berkata, "Seandainya seorang istri melahirkan, sedangkan jenazah suaminya masih ada di atas peraduannya dan belum dikebumikan, dia benar- benar telah halal (untuk kawin lagi)." 665
مسند الشافعي ١٤٣٢: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: «لَيْسَ لِلْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا نَفَقَةٌ، حَسْبُهَا الْمِيرَاثُ»
Musnad Syafi'i 1432: Abdul Majid menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Abu Az-Zubair, dari Jabir, ia berkata, 'Tidak ada nafkah bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, sudah cukup baginya mendapat warisan." 666
مسند الشافعي ١٤٣٣: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ قَالَ فِي الْمَرْأَةِ الْبَادِيَةِ يُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا أَنَّهَا «تَنْتَوِي حَيْثُ يَنْتَوِي أَهْلُهَا»
Musnad Syafi'i 1433: Malik mengabarkan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya yang mengatakan sehubungan dengan masalah seorang wanita badui yang ditinggal mati suaminya: Bahwa wanita tersebut tinggal di tempat keluarganya berdiam. 667
مسند الشافعي ١٤٣٤: أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، وَعَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، مِثْلَهُ أَوْ مِثْلَ مَعْنَاهُ، لَا يُخَالِفُهُ
Musnad Syafi'i 1434: Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Hisyam, dari ayahnya dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah tentang hal yang semisal atau semakna dengannya, tanpa ada perbedaan. 668
مسند الشافعي ١٤٣٥: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ نَافِعٍ، عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ، أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ هَذِهِ الْأَحَادِيثَ الثَّلَاثَةَ، قَالَ: قَالَتْ زَيْنَبُ: " دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ تُوُفِّيَ أَبُو سُفْيَانَ، فَدَعَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ بِطِيبٍ فِيهِ صُفْرَةٌ، خَلُوقٌ أَوْ غَيْرُهُ فَدَهَنَتْ مِنْهُ جَارِيَةً ثُمَّ مَسَحَتْ بِعَارِضَيْهَا، ثُمَّ قَالَتْ: وَاللَّهِ مَالِي بِالطِّيبِ مِنْ حَاجَةٍ، غَيْرَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ، إِلَّا عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا»
Musnad Syafi'i 1435: Malik menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, dari Humaid bin Nafi', dari Zainab binti Abu Sfllamah bahwa dia telah menceritakan kepadanya (Humaid bin Nafif) ketiga hadits berikut. Zainab menceritakan: Aku masuk menemui Ummu Habibah - istri Nabi - ketika Abu Sufyan meninggal dunia. Lalu Ummu Habibah meminta wewangian yang terbuat dari minyak za'faran atau lainnya dan memakaikan sebagian darinya kepada budak perempuannya, kemudian ia sendiri mengusap dadanya dengan minyak itu, lalu ia berkata, "Demi Allah, sebenarnya aku tidak memerlukan minyak wangi melainkan aku pernah mendengar Rasulullah bersabda “Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari kemudian melakukan belasungkawa atas mayit lebih dari 3 malam; kecuali bila ditinggal mati oleh suami, maka (iddahnya) 4 bulan 10 hari"