كِتَابُ النِّكَاحِ

Kitab Nikah

Sunan Daruquthni #3481

سنن الدارقطني ٣٤٨١: نا عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْهَيْثَمِ الْبَزَّازُ , وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَطِيرِيُّ , قَالَا: نا عِيسَى بْنُ أَبِي حَرْبٍ , نا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ , نا عَدِيُّ بْنُ الْفَضْلِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ , عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ , عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ , وَأَيُّمَا امْرَأَةٍ أَنْكَحَهَا وَلِيُّ مَسْخُوطٌ عَلَيْهِ فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ». رَفَعَهُ عَدِيُّ بْنُ الْفَضْلِ وَلَمْ يَرْفَعْهُ غَيْرُهُ

Sunan Daruquthni 3481: Ali bin Ahmad bin Al Haitsam Al Bazzaz dan Muhammad bin Ja'far Al Mathiri menceritakan kepada kami, mereka berkata: Isa bin Abu Harb menceritakan kepada kami, Yahya bin Abu Bakar menceritakan kepada kami, Adi bin Al Fadhl menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Utsman bin Khaitsam, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Nikah tidak sah kecuali jika menyertakan seorang wali dan dua saksi yang adil. Wanita mana saja yang dinikahkan oleh wali yang tidak disukai maka nikahnya tidak sah." Adi bin Al Fadhl meriwayatkan hadits ini secara marfu' sedangkan yang lain tidak.

Grade

Sunan Daruquthni #3482

سنن الدارقطني ٣٤٨٢: نا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عِيسَى بْنِ أَبِي حَيَّةَ إِمْلَاءً , نا إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيلَ , نا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ , عَنِ ابْنِ الْهَادِ , عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ , عَنْ أَبِي سَلَمَةَ , قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ كَمْ كَانَ صَدَاقُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَزْوَاجَهُ؟ , فَقَالَتْ: «كَانَ صَدَاقُهُ اثْنَيْ عَشَرَ أُوقِيَّةٍ وَنَشٍّ» , قَالَتْ: «هَلْ تَدْرِي مَا النَّشُّ؟ هُوَ نِصْفُ الْأُوقِيَّةِ , فَذَلِكَ خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ»

Sunan Daruquthni 3482: Abdul Wahhab bin Isa bin Abu Hayyah menceritakan kepada kami dengan cara imla'. Ishaq bin Abu Isra'il menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad Ad Darawardi menceritakan kepada kami dari Ibnu Al Had, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dia berkata: Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah tentang jumlah mahar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para istrinya? Ia menjawab: "Mahar beliau 12 uqiyah dan satu nasy." Ia berkata lagi: "Tahukah kamu apa itu nasy? Dia adalah setengah uqiyah. Itu semua sejumlah 500 dirham."

Grade

Sunan Daruquthni #3483

سنن الدارقطني ٣٤٨٣: نا سَعِيدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الْحَنَّاطُ , نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى , نا عُثْمَانُ بْنُ الْيَمَانِ , عَنْ دَاوُدَ بْنِ قَيْسٍ , عَنْ مُوسَى بْنِ يَسَارٍ , عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ , قَالَ: «كَانَ صَدَاقُنَا إِذْ كَانَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ أَوَاقٍ , وَيَضْرِبُ بِيَدِهِ عَلَى الْأُخْرَى , فَذَلِكَ أَرْبَعُمِائَةِ دِرْهَمٍ»

Sunan Daruquthni 3483: Sa'id bin Muhammad bin Ahmad Al Hannath menceritakan kepada kami, Yusuf bin Musa menceritakan kepada kami, Utsman bin Al Yaman menceritakan kepada kami, Daud bin Qais menceritakan kepada kami dari Musa bin Yasar, dari Abu Hurairah, dia berkata, "Biasanya mahar kami bila ada Rasulullah SAW bersama kami adalah sepuluh uqiyah (Abu Hurairah menepuk tangannya) dan itu adalah 400 dirham."

Grade

Sunan Daruquthni #3484

سنن الدارقطني ٣٤٨٤: نا أَبُو عَلِيٍّ الْمَالِكِيُّ مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ , نا أَبُو مُوسَى , نا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ , عَنْ يُونُسَ , عَنِ الْحَسَنِ , أَنَّ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ زَوَّجَ أُخْتًا لَهُ فَطَلَّقَهَا الرَّجُلُ ثُمَّ أَنْشَأَ يَخْطُبُهَا , فَقَالَ: زَوَّجْتُكَ كَرِيمَتِي فَطَلَّقْتَهَا , ثُمَّ أَنْشَأْتَ تَخْطُبُهَا , فَأَبَى أَنْ يُزَوِّجَهُ وَهَوِيَتْهُ الْمَرْأَةُ , فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ {وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ} [البقرة: 232] ". هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ , عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ , وَعَنْ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عُمَرَ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ , عَنْ يُونُسَ بِهِ

Sunan Daruquthni 3484: Abu Ali Al Maliki Muhammad bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Abu Musa menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Al Hasan, bahwa Ma'qil bin Yasar pernah menikahkan saudarinya kemudian suaminya menceraikannya. Setelah itu ia ingin menikahinya kembali, tapi Ma'qil berkata kepadanya, "Engkau sudah aku nikahkan dengan saudariku lalu engkau menceraikannya, dan sekarang engkau ingin menikahinya kembali?!" Ia tidak mau menerima lamaran mantan suami saudarinya ini, padahal saudarinya sendiri ingin kembali ke mantan suaminya tersebut. Akhirnya Allah menurunkan ayat ini, "Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya." (Qs. Al Baqarah [2]: 232) Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Ma'mar, dari Abdul Waris, dari Ahmad bin Abu Umar, dari ayahnya, dari Ibrahim bin Thahman, dari Yunus.

Grade

Sunan Daruquthni #3485

سنن الدارقطني ٣٤٨٥: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصٍ , حَدَّثَنِي أَبِي , حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ , عَنْ يُونُسَ بْنِ عُبَيْدٍ , عَنِ الْحَسَنِ , أَنَّهُ قَالَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ} [البقرة: 232] , قَالَ: حَدَّثَنَا مَعْقِلُ بْنُ يَسَارٍ الْمُزَنِيُّ أَنَّهَا نَزَلَتْ فِيهِ , قَالَ: " كُنْتُ زَوَّجْتُ أُخْتًا لِي مِنْ رَجُلٍ فَطَلَّقَهَا حَتَّى انْقَضَتْ عِدَّتُهَا ثُمَّ جَاءَ يَخْطُبُهَا فَقُلْتُ لَهُ: زَوَّجْتُكَ وَفَرَشْتُكَ وَأَكْرَمْتُكَ فَطَلَّقْتَهَا ثُمَّ جِئْتُ تَخْطُبُهَا لَا وَاللَّهِ لَا تَعُودُ إِلَيْهَا أَبَدًا " , قَالَ: «وَكَانَ الرَّجُلُ لَا بَأْسَ بِهِ وَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تُرِيدُ أَنْ تَرْجِعَ إِلَيْهِ» , قَالَ: «فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَاتِ» , فَقُلْتُ: «الْآنَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَزَوَّجَهَا إِيَّاهُ». وَكَذَلِكَ رَوَاهُ عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ , عَنِ الْحَسَنِ , وَسَعِيدٍ , عَنْ قَتَادَةَ , عَنِ الْحَسَنِ , عَنْ مَعْقِلٍ

Sunan Daruquthni 3485: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Ahmad bin Hafash menceritakan kepada kami, Ayahku menceritakan kepadaku, Ibrahim bin Thahman menceritakan kepadaku, dari Yunus bin Ubaid, dari Al Hasan bahwa ia pernah mengomentari firman Allah, "Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya" (Qs. Al Baqarah [2]: 232) dia berkata: Ma'qil bin Yasir Al Muzani menceritakan kepada kami bahwa ayat ini turun mengenai kasusnya. Ia menceritakan bahwa aku pernah menikahkan seorang saudariku dengan seorang pria. Pria itu kemudian menceraikannya sampai habis masa iddah-nya. Ia lalu datang lagi melamar saudariku ini. Aku lalu berkata kepadanya, "Aku sudah menikahkan engkau dengannya dan aku muliakan engkau sebagai keluargaku, tapi engkau malah menceraikannya, sekarang engkau datang lagi melamarnya, demi Allah, engkau tidak akan bisa mendapatkannya lagi." Ma'qil lanjut berkata, "Pria itu tidak terlalu terpukul, tapi saudariku amat ingin kembali kepada mantan suaminya ini. Maka, turunlah firman Allah (ayat di atas) dan aku langsung berkata, 'Sekarang aku laksanakan ya Rasulullah.' Setelah itu Ma'qil menikahkah saudarinya dengan mantan suaminya tersebut." Demikian pula diriwayatkan oleh Abbad bin Rasyid, dari Al Hasan dan Sa'id, dari Qatadah, dari Al Hasan, dari Ma'qil.

Sunan Daruquthni #3486

سنن الدارقطني ٣٤٨٦: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا يَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ , نا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ , ح وَنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْبَخْتَرِيِّ , نا يَحْيَى بْنُ جَعْفَرٍ , نا أَبُو عَامِرٍ , نا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ , عَنِ الْحَسَنِ , حَدَّثَنِي مَعْقِلُ بْنُ يَسَارٍ , قَالَ: «كَانَتْ لِي أُخْتٌ فَخُطِبَتْ إِلَيَّ فَكُنْتُ أَمْنَعُهَا النَّاسَ فَأَتَانِي ابْنُ عَمٍّ لِي فَخَطَبَهَا فَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ فَاضْطَجَعَهَا مَا شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ثُمَّ طَلَّقَهَا طَلَاقًا لَهُ رَجْعَةٌ ثُمَّ تَرَكَهَا حَتَّى انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَخَطَبَهَا مَعَ الْخُطَّابِ» , فَقُلْتُ: " مَنَعْتُهَا النَّاسَ وَزَوَّجْتُكَ إِيَّاهَا ثُمَّ طَلَّقْتَهَا طَلَاقًا لَهُ رَجْعَةٌ ثُمَّ تَرَكْتَهَا حَتَّى انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَلَمَّا خُطِبَتْ إِلَيَّ أَتَيْتَنِي تَخْطُبُهَا مَعَ الْخُطَّابِ إِنِّي لَا أُزَوِّجُكُ أَبَدًا , فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَوْ قَالَ أُنْزِلَتْ {وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ} [البقرة: 232] , فَكَفَّرْتُ عَنْ يَمِينِي وَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ " الْمَعْنَى قَرِيبٌ

Sunan Daruquthni 3486: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Yazid bin Sinan menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi menceritakan kepada kami, (h) dan Muhammad bin Amr bin Al Bukhturi menceritakan kepada kami, Yahya bin Ja'far menceritakan kepada kami, Abu Amir menceritakan kepada kami, Abbad bin Rasyid menceritakan kepada kami dari Al Hasan, Ma'qil bin Yasar menceritakan kepadaku, "Aku mempunyai seorang saudari. Ia dilamar melalui diriku dan aku sangat selektif untuk calon suaminya. Ketika anak pamanku datang melamarnya, aku pun menerima dan menikahkan mereka. Ia kemudian menggauli saudariku Masya Allah Ta‘ala, lalu ia menceraikannya dengan talak yang masih bisa rujuk. Tapi ia tidak merujuknya sampai habis masa iddah saudariku itu. Kemudian, ia datang lagi melamarnya layaknya pelamar yang kin. Aku lalu berkata kepadanya, 'Aku menolak banyak lamaran untuk saudariku dan aku bersedia menikahkannya denganmu, lalu engkau ceraikan dia dan masih bisa rujuk dan engkau tidak merujuknya sampai habis masa iddah-nya. Sekarang, ketika ia boleh dilamar siapa pun engkau datang melamarnya lagi?! Jangan harap aku sudi menikahkanmu dengannya lagi.' Maka turunlah firman Allah, 'Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya. ' (Qs. Al Baqarah [2]: 232) Aku kemudian membayar kafarat sumpahku dan menikahkan lagi ia dengan saudariku." Maknanya mirip dengan hadits sebelumnya.

Grade

Sunan Daruquthni #3487

سنن الدارقطني ٣٤٨٧: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا أَبُو الْأَزْهَرِ , نا رَوْحٌ , عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ , عَنْ قَتَادَةَ , عَنِ الْحَسَنِ , عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ , قَالَ: «كَانَتْ لِي أُخْتٌ تَحْتَ رَجُلٍ فَطَلَّقَهَا ثُمَّ خَلَا عَنْهَا حَتَّى إِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُهَا , ثُمَّ جَاءَ يَخْطُبُهَا» , فَحَمَى مَعْقِلٌ عَنْ ذَلِكَ وَقَالَ: " خَلَا عَنْهَا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهَا فَحَالَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا , فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى {وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ} [البقرة: 232] " الْآيَةَ

Sunan Daruquthni 3487: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Abu Al Azhar menceritakan kepada kami, Rauh menceritakan kepada kami dari Sa'id bin Abu Arubah, dari Qatadah, dari Al Hasan, dari Ma'qil bin Yasar, dia berkata, "Aku punya seorang saudari yang dinikahi seorang pria. Ia kemudian menceraikan saudariku dan membiarkannya sampai habis masa iddah-nya. Setelah itu ia datang lagi melamarnya. Namun Ma'qil enggan menerima lamarannya lagi dan ia berkata, 'Dia sudah menyia-nyiakan kesempatan padahal ia bisa merujuknya waktu itu. Sekarang, mustahil mereka bersatu lagi.' Lalu turunlah ayat, 'Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya'." (Qs. Al Baqarah [2]: 232)

Sunan Daruquthni #3488

سنن الدارقطني ٣٤٨٨: نا مُحَمَّدُ بْنُ مَخْلَدٍ , نا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ , نا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْغَسِيلِ , عَنْ عَمَّتِهِ سَكِينَةَ بِنْتِ حَنْظَلَةَ قَالَتِ: اسْتَأْذَنَ عَلَيَّ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ وَلَمْ تَنْقَضِ عِدَّتِي مِنْ مَهْلَكِ زَوْجِي , فَقَالَ: قَدْ عَرَفْتِ قَرَابَتِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَرَابَتِي مِنْ عَلِيٍّ وَمَوْضِعِي فِي الْعَرَبِ , قُلْتُ: غَفَرَ اللَّهُ لَكَ يَا أَبَا جَعْفَرٍ إِنَّكَ رَجُلٌ يُؤْخَذُ عَنْكَ تَخْطُبُنِي فِي عِدَّتِي , قَالَ: إِنَّمَا أَخْبَرْتُكِ لِقَرَابَتِي مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ عَلِيٍّ وَقَدْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ وَهِيَ مُتَأَيِّمَةٌ مِنْ أَبِي سَلَمَةَ , فَقَالَ: «لَقَدْ عَلِمْتِ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَخِيرَتُهُ وَمَوْضِعِي فِي قَوْمِي» كَانَتْ تِلْكَ خُطْبَتُهُ

Sunan Daruquthni 3488: Muhammad bin Makhlad menceritakan kepada kami, Abbas bin Muhammad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ash-Shalt menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Sulaiman bin Al Ghasil menceritakan kepada kami dari bibinya Sakinah binti Hanzhalah, dia berkata: Muhammad bin Ali pernah minta izin masuk menemuiku dan pada saat itu aku masih dalam masa iddah setelah suamiku meninggal. Ia berkata, "Kau tahu kan, hubunganku dengan Rasulullah SAW dan Ali, serta kedudukan di kalangan bangsa Arab." Aku lalu berkata kepadanya, "Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Ja'far, engkau orang yang menjadi panutan dan sekarang engkau melamarku di masa iddah-ku belum habis?" Ia menjawab, "Aku hanya mengabarkan kepadamu hubunganku dengan Rasulullah SAW dan Ali. Bukankah Rasulullah SAW juga pernah menemui Ummu Salamah setelah ia baru saja ditinggal mati Abu Salamah dan beliau berkata, 'Engkau sudah tahu bahwa aku ini utusan Allah dan manusia pilihannya serta kedudukanku di kaumku" Itu adalah bentuk pinangan darinya.

Grade

Sunan Daruquthni #3489

سنن الدارقطني ٣٤٨٩: نا مُحَمَّدُ بْنُ مَخْلَدٍ , نا أَبُو وَائِلَةَ الْمَرْوَزِيُّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْحُسَيْنِ مِنْ وَلَدِ بِشْرِ بْنِ الْمُحْتَفِزِ , نا الزُّبَيْرُ بْنُ بَكَّارٍ , نا خَالِدُ بْنُ الْوَضَّاحِ , عَنْ أَبِي الْخَصِيبِ , عَنْ هِشَامٍ , عَنْ عُرْوَةَ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ عَائِشَةَ , قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا بُدَّ فِي النِّكَاحِ مِنْ أَرْبَعَةٍ: الْوَلِيِّ وَالزَّوْجِ وَالشَّاهِدَيْنِ " أَبُو الْخَصِيبِ مَجْهُولٌ وَاسْمُهُ: نَافِعُ بْنُ مَيْسَرَةَ

Sunan Daruquthni 3489: Muhammad bin Makhlad menceritakan kepada kami, Abu Wa'ilah Al Mirwazi Abdurrahman bin Al Husain —salah seorang pria dari keturunan Bisyir bin Muhtafiz— menceritakan kepada kami, Az-Zubair bin Bakkar menceritakan kepada kami, Khalid bin Al Wadhdhah menceritakan kepada kami dari Abu Al Khushaib, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Dalam nikah itu harus ada empat orang, yaitu: wali, suami, dan dua orang saksi." Abu Khushaib adalah perawi majhul. Dia bernama Nafi' bin Maisarah.

Grade

Sunan Daruquthni #3490

سنن الدارقطني ٣٤٩٠: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ , نا رَوْحٌ , نا ابْنُ جُرَيْجٍ , أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جُبَيْرِ بْنِ شَيْبَةَ , عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ , قَالَ: جَمَعَتِ الطَّرِيقُ رَكْبًا فَجَعَلَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُمْ ثَيِّبٌ أَمْرَهَا بِيَدِ رَجُلٍ غَيْرِ وَلِيٍّ فَأَنْكَحَهَا فَبَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ «فَجَلَدَ النَّاكِحَ وَالْمُنْكِحَ وَرَدَّ نِكَاحَهَا»

Sunan Daruquthni 3490: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Rauh menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, Abdul Hamid bin Jubair bin Syaibah menceritakan kepadaku, dari Ikrimah bin Khalid, dia berkata, "Pernah ada satu rombongan melakukan perjalanan. Di antara mereka ada seorang wanita janda yang berada di bawah pengawasan seorang laki-laki yang bukan walinya. Lalu ia menikahkan wanita itu dengan seseorang. Ketika berita itu sampai ke telinga Umar, maka ia menghukum cambuk yang menikahi dan yang menikahkannya, serta membatalkan pernikahan tadi."

Grade