صحيح البخاري ٣١٤١: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ قَالَ حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ سَمِعْتُ عُرْوَةَ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَرَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى خَدِيجَةَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَانْطَلَقَتْ بِهِ إِلَى وَرَقَةَ بْنِ نَوْفَلٍ وَكَانَ رَجُلًا تَنَصَّرَ يَقْرَأُ الْإِنْجِيلَ بِالْعَرَبِيَّةِ فَقَالَ وَرَقَةُ مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى وَإِنْ أَدْرَكَنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا النَّامُوسُ صَاحِبُ السِّرِّ الَّذِي يُطْلِعُهُ بِمَا يَسْتُرُهُ عَنْ غَيْرِهِ
Shahih Bukhari 3141: Telah bercerita kepada kami ['Abdullah bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Al Laits] berkata telah bercerita kepadaku ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] aku mendengar ['Urwah] berkata: 'Aisyah radliyallahu 'anhu berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali kepada Khadijah dalam keadaan jiwa yang berguncang. Maka Khadijah membawa Beliau menemui Waraqah bin Naufal, seorang yang beragama Nashrani dan membaca Kitab Injil dalam bahasa 'Arab. Kemudian Waraqah berkata: "Apa yang kamu lihat?". Lalu Beliau menceritakannya. Waraqah berkata: "Ini adalah an-Namus, yang telah Allah turunkan kepada Musa 'Alaihissalam. Dan seandainya aku hidup hingga masa kamu, aku pasti akan menolongmu dengan pertolongan yang gigih." Dan istilah Namus adalah penyimpan rahasia yang mengungkapkan apa yang disembunyikannya dari orang lain. (Maksudnya adalah malaikat Jibril).
صحيح البخاري ٣١٤٢: حَدَّثَنَا هُدْبَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ صَعْصَعَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ عَنْ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ حَتَّى أَتَى السَّمَاءَ الْخَامِسَةَ فَإِذَا هَارُونُ قَالَ هَذَا هَارُونُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ ثُمَّ قَالَ مَرْحَبًا بِالْأَخِ الصَّالِحِ وَالنَّبِيِّ الصَّالِحِ تَابَعَهُ ثَابِتٌ وَعَبَّادُ بْنُ أَبِي عَلِيٍّ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shahih Bukhari 3142: Telah bercerita kepada kami [Hudbah bin Khalid] telah bercerita kepada kami [Hammam] telah bercerita kepada kami [Qatadah] dari [Anas bin Malik] dari [Malik bin Sha'sha'ah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita kepada mereka tentang malam saat Beliau diisra'kan hingga ketika sampai pada langit kelima, disana ada Nabi Harun. Jibril berkata: "Ini adalah Nabi Harun, berilah salam kepadanya." Maka aku memberi salam kepadanya lalu dia membalas salamku dengan mengucapkan: 'Selamat datang saudara yang shalih dan Nabi yang shalih.' Hadits ini diikuti pula oleh [Tsabit] dan ['Abbad bin Abi 'Ali] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
صحيح البخاري ٣١٤٣: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي رَأَيْتُ مُوسَى وَإِذَا هُوَ رَجُلٌ ضَرْبٌ رَجِلٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَرَأَيْتُ عِيسَى فَإِذَا هُوَ رَجُلٌ رَبْعَةٌ أَحْمَرُ كَأَنَّمَا خَرَجَ مِنْ دِيمَاسٍ وَأَنَا أَشْبَهُ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهِ ثُمَّ أُتِيتُ بِإِنَاءَيْنِ فِي أَحَدِهِمَا لَبَنٌ وَفِي الْآخَرِ خَمْرٌ فَقَالَ اشْرَبْ أَيَّهُمَا شِئْتَ فَأَخَذْتُ اللَّبَنَ فَشَرِبْتُهُ فَقِيلَ أَخَذْتَ الْفِطْرَةَ أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَخَذْتَ الْخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ
Shahih Bukhari 3143: Telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Hisyam bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Ketika malam aku diisra'kan, aku melihat Musa, ternyata dia adalah seorang laki-laki yang berambut lurus dan seakan dia seorang laki-laki yang gagah berasal dari kalangan Syanu'ah (Yaman). Aku juga melihat 'Isa yang ternyata dia adalah seorang laki-laki yang berperawakan sedang, berkulit merah seakan ia keluar dari ruang bawah tanah (kamar mandi) sedangkan aku adalah anak keturunan Ibrahim shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling mirip dengannya. Kemudian aku disuguhi dua buah gelas, satunya berisi susu dan satunya lagi berisi khamer (arak, minuman keras) lalu dia berkata: 'Minumlah mana yang kamu suka!' Maka aku mengambil gelas berisi susu dan meminumnya. Tiba-tiba ada suara: 'Kamu telah mengambil sesuai fithrah. Seandainya yang kamu ambil adalah khamer, niscaya umatmu tersesat'."
صحيح البخاري ٣١٤٤: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا الْعَالِيَةِ حَدَّثَنَا ابْنُ عَمِّ نَبِيِّكُمْ يَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى وَنَسَبَهُ إِلَى أَبِيهِ وَذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ فَقَالَ مُوسَى آدَمُ طُوَالٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ شَنُوءَةَ وَقَالَ عِيسَى جَعْدٌ مَرْبُوعٌ وَذَكَرَ مَالِكًا خَازِنَ النَّارِ وَذَكَرَ الدَّجَّالَ
Shahih Bukhari 3144: Telah bercerita kepadaku [Muhammad bin Basysyar] telah bercerita kepada kami [Ghundar] telah bercerita kepada kami [Syu'bah] dari [Qatadah] berkata aku mendengar [Abu Al 'Aliyah] telah bercerita kepada kami [anak paman Nabi kalian, yaitu Ibnu 'Abbas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak sepatutnya seorang hamba berkata aku lebih baik dari Yunus bin Matta" --beliau menyebutnya dengan menisbatkannya kepada ayahnya--. Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga menyebutkan pada malam Beliau diisra'kan, kata Beliau: "Musa adalah seorang laki-laki yang berkulit sawo matang seakan dia laki-laki gagah berasal dari Syanu'ah (Yaman) dan Beliau juga berkata bahwa 'Isa adalah seorang yang berambut keriting, berdada bidang. Beliau juga menyebut malaikat Malik penjaga neraka dan juga menyebut ad-Dajjal.
صحيح البخاري ٣١٤٥: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ السَّخْتِيَانِيُّ عَنْ ابْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Shahih Bukhari 3145: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepada kami [Ayyub As-Sakhtiyaniy] dari [Ibnu Sa'id bin Jubair] dari [bapaknya] dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari 'Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata: "Ini adalah hari besar, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir'aun. Maka Nabi Musa berpuasa sebagai wujud syukur kepada Allah." Maka Beliau bersabda: "Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka." Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya.
صحيح البخاري ٣١٤٦: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ النَّاسُ يَصْعَقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُفِيقُ فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى آخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ الْعَرْشِ فَلَا أَدْرِي أَفَاقَ قَبْلِي أَمْ جُوزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّورِ
Shahih Bukhari 3146: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Yusuf] telah bercerita kepada kami [Sufyan] dari ['Amru bin Yahya] dari [bapaknya] dari Abu Sa'id radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Manusia semua akan mati pada hari kiamat lalu aku menjadi orang yang pertama yang sadar (dihidupkan lagi), ternyata di hadapanku ada Nabi Musa yang sedang berpegangan pada salah satu tiang dari tiang 'Arsy. Aku tidak tahu apakah dia lebih dahulu sadar (dihidupkan) sebelum aku, atau dia termasuk orang yang dikecualikan dari kematian saat kegoncangan hari iyamat."
صحيح البخاري ٣١٤٧: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْجُعْفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا بَنُو إِسْرَائِيلَ لَمْ يَخْنَزْ اللَّحْمُ وَلَوْلَا حَوَّاءُ لَمْ تَخُنْ أُنْثَى زَوْجَهَا الدَّهْرَ
Shahih Bukhari 3147: Telah bercerita kepadaku ['Abdullah bin Muhammad Al Ju'fiy] telah bercerita kepada kami ['Abdurrazzaq] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seandainya bukan karena perbuatan Bani Isra'il maka daging tidak akan membusuk, dan seandainya bukan karena Hawa' (istri Nabi Adam) tentu wanita tidak akan mengkhianati suaminya selama-lamanya."
صحيح البخاري ٣١٤٨: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ تَمَارَى هُوَ وَالْحُرُّ بْنُ قَيْسٍ الْفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ مُوسَى قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ هُوَ خَضِرٌ فَمَرَّ بِهِمَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ فَدَعَاهُ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ إِنِّي تَمَارَيْتُ أَنَا وَصَاحِبِي هَذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى الَّذِي سَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ شَأْنَهُ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بَيْنَمَا مُوسَى فِي مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ هَلْ تَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ قَالَ لَا فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَى مُوسَى بَلَى عَبْدُنَا خَضِرٌ فَسَأَلَ مُوسَى السَّبِيلَ إِلَيْهِ فَجُعِلَ لَهُ الْحُوتُ آيَةً وَقِيلَ لَهُ إِذَا فَقَدْتَ الْحُوتَ فَارْجِعْ فَإِنَّكَ سَتَلْقَاهُ فَكَانَ يَتْبَعُ أَثَرَ الْحُوتِ فِي الْبَحْرِ فَقَالَ لِمُوسَى فَتَاهُ { أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ } فَقَالَ مُوسَى { ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا } فَوَجَدَا خَضِرًا فَكَانَ مِنْ شَأْنِهِمَا الَّذِي قَصَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ
Shahih Bukhari 3148: Telah bercerita kepada kami ['Amru bin Muhammad] telah bercerita kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] berkata telah bercerita kepadaku [bapakku] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] bahwa ['Ubaidullah bin 'Abdullah] mengabarkan kepadanya dari Ibnu 'Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Dia (Ibnu 'Abbas) dan Al Hurru bin Qais Al Fazariy beselisih pendapat tentang teman Nabi Musa. Ibnu 'Abbas berkata: "Dia adalah Khadlir." Di tengah perselisihan itu, [Ubbay bin Ka'ab] lewat di hadapan keduanya maka Ibnu 'Abbas memanggilnya seraya berkata: "Aku sedang berbeda pendapat dengan temanku ini tentang teman Nabi Musa yang beliau menanyakan jalan agar bisa bertemu dengannya. Apakah anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan hal ini?" Ubay berkata: "Ya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketika Musa berada di tengah-tengah pembesar Bani Isra'il tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang lalu berkata: "Apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih pandai darimu?" Nabi Musa menjawab: "Tidak." Kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Musa: "Bahkan ada, yaitu Hamba Kami yang bernama Khadlir." Lalu Musa menanyakan jalan untuk dapat bertemu dengannya. Maka dijadikanlah ikan sebagai tanda dan dikatakan kepadanya: "Jika kamu kehilangan ikan itu, kembalilah karena dengan begitu kamu bertemu dengannya." Maka Musa menyusuri jejak ikan itu dari tepi laut. Kemudian muridnya berkata kepada Musa: (Tahukah kamu tatkala kita berlindung di balik batu itu, sebenarnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya melainkan setan) (QS. Al Kahfi: 63) Maka Musa berkata: ('Itulah tempat yang kita cari.' Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula) (QS. Al Kahfi: 64). Akhirnya Musa bertemu dengan Khadlir. Itulah kejadian yang dialami keduanya sebagaimana Allah Ta'ala menceritakannya dalam Kitab-Nya."
صحيح البخاري ٣١٤٩: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ إِنَّ نَوْفًا الْبَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى صَاحِبَ الْخَضِرِ لَيْسَ هُوَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنَّمَا هُوَ مُوسَى آخَرُ فَقَالَ كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مُوسَى قَامَ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ فَقَالَ أَنَا فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ بَلَى لِي عَبْدٌ بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ أَيْ رَبِّ وَمَنْ لِي بِهِ وَرُبَّمَا قَالَ سُفْيَانُ أَيْ رَبِّ وَكَيْفَ لِي بِهِ قَالَ تَأْخُذُ حُوتًا فَتَجْعَلُهُ فِي مِكْتَلٍ حَيْثُمَا فَقَدْتَ الْحُوتَ فَهُوَ ثَمَّ وَرُبَّمَا قَالَ فَهُوَ ثَمَّهْ وَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ فِي مِكْتَلٍ ثُمَّ انْطَلَقَ هُوَ وَفَتَاهُ يُوشَعُ بْنُ نُونٍ حَتَّى إِذَا أَتَيَا الصَّخْرَةَ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا فَرَقَدَ مُوسَى وَاضْطَرَبَ الْحُوتُ فَخَرَجَ فَسَقَطَ فِي الْبَحْرِ { فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا } فَأَمْسَكَ اللَّهُ عَنْ الْحُوتِ جِرْيَةَ الْمَاءِ فَصَارَ مِثْلَ الطَّاقِ فَقَالَ هَكَذَا مِثْلُ الطَّاقِ فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ بَقِيَّةَ لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا حَتَّى إِذَا كَانَ مِنْ الْغَدِ { قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا } وَلَمْ يَجِدْ مُوسَى النَّصَبَ حَتَّى جَاوَزَ حَيْثُ أَمَرَهُ اللَّهُ قَالَ لَهُ فَتَاهُ { أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهِ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا } فَكَانَ لِلْحُوتِ سَرَبًا وَلَهُمَا عَجَبًا قَالَ لَهُ مُوسَى { ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِي فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا } رَجَعَا يَقُصَّانِ آثَارَهُمَا حَتَّى انْتَهَيَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى بِثَوْبٍ فَسَلَّمَ مُوسَى فَرَدَّ عَلَيْهِ فَقَالَ وَأَنَّى بِأَرْضِكَ السَّلَامُ قَالَ أَنَا مُوسَى قَالَ مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ قَالَ نَعَمْ أَتَيْتُكَ لِتُعَلِّمَنِي { مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا } قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ اللَّهُ لَا تَعْلَمُهُ وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَكَهُ اللَّهُ لَا أَعْلَمُهُ قَالَ هَلْ أَتَّبِعُكَ { قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا إِلَى قَوْلِهِ إِمْرًا } فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ فَمَرَّتْ بِهِمَا سَفِينَةٌ كَلَّمُوهُمْ أَنْ يَحْمِلُوهُمْ فَعَرَفُوا الْخَضِرَ فَحَمَلُوهُ بِغَيْرِ نَوْلٍ فَلَمَّا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ جَاءَ عُصْفُورٌ فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِينَةِ فَنَقَرَ فِي الْبَحْرِ نَقْرَةً أَوْ نَقْرَتَيْنِ قَالَ لَهُ الْخَضِرُ يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا مِثْلَ مَا نَقَصَ هَذَا الْعُصْفُورُ بِمِنْقَارِهِ مِنْ الْبَحْرِ إِذْ أَخَذَ الْفَأْسَ فَنَزَعَ لَوْحًا قَالَ فَلَمْ يَفْجَأْ مُوسَى إِلَّا وَقَدْ قَلَعَ لَوْحًا بِالْقَدُّومِ فَقَالَ لَهُ مُوسَى مَا صَنَعْتَ قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ عَمَدْتَ إِلَى سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا { لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا } فَكَانَتْ الْأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا فَلَمَّا خَرَجَا مِنْ الْبَحْرِ مَرُّوا بِغُلَامٍ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ فَأَخَذَ الْخَضِرُ بِرَأْسِهِ فَقَلَعَهُ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَوْمَأَ سُفْيَانُ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ كَأَنَّهُ يَقْطِفُ شَيْئًا فَقَالَ لَهُ مُوسَى { أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ } مَائِلًا أَوْمَأَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ سُفْيَانُ كَأَنَّهُ يَمْسَحُ شَيْئًا إِلَى فَوْقُ فَلَمْ أَسْمَعْ سُفْيَانَ يَذْكُرُ مَائِلًا إِلَّا مَرَّةً قَالَ قَوْمٌ أَتَيْنَاهُمْ فَلَمْ يُطْعِمُونَا وَلَمْ يُضَيِّفُونَا عَمَدْتَ إِلَى حَائِطِهِمْ { لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا } قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدِدْنَا أَنَّ مُوسَى كَانَ صَبَرَ فَقَصَّ اللَّهُ عَلَيْنَا مِنْ خَبَرِهِمَا قَالَ سُفْيَانُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى لَوْ كَانَ صَبَرَ لَقُصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا وَقَرَأَ ابْنُ عَبَّاسٍ أَمَامَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ صَالِحَةٍ غَصْبًا وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ كَافِرًا وَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ ثُمَّ قَالَ لِي سُفْيَانُ سَمِعْتُهُ مِنْهُ مَرَّتَيْنِ وَحَفِظْتُهُ مِنْهُ قِيلَ لِسُفْيَانَ حَفِظْتَهُ قَبْلَ أَنْ تَسْمَعَهُ مِنْ عَمْرٍو أَوْ تَحَفَّظْتَهُ مِنْ إِنْسَانٍ فَقَالَ مِمَّنْ أَتَحَفَّظُهُ وَرَوَاهُ أَحَدٌ عَنْ عَمْرٍو غَيْرِي سَمِعْتُهُ مِنْهُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا وَحَفِظْتُهُ مِنْهُ
Shahih Bukhari 3149: Telah bercerita kepada kami ['Ali bin 'Abdullah] telah bercerita kepada kami [Sufyan] telah bercerita kepada kami ['Amru bin Dinar] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Sa'id bin Jubair] berkata: Aku mengatakan kepada Ibnu 'Abbas: "Nauf Al Bakaly menganggap bahwa Musa teman Khadlir bukanlah Musa Bani Israa'il, tapi Musa yang lain. Ibnu 'Abbas berkata: "Musuh Allah itu berdusta, sungguh telah bercerita kepada kami [Ubay bin Ka'ab] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Musa tengah berdiri di hadapan Bani Isra'il memberikan khuthbah lalu dia ditanya: "Siapakah orang yang paling 'alim?" Musa menjawab: "Aku." Seketika itu pula Allah Ta'ala mencelanya karena dia tidak diberi pengetahuan tentang itu. Lalu Allah Ta'ala mewahyukan kepadanya: "Ada seorang hamba diantara hamba-hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan yang dia lebih 'alim (pandai) darimu." Lalu Musa berkata: "Wahai Rabb, siapa yang bisa aku jadikan teman untuk bertemu?" Sufyan meriwayatkan dengan kalimat yang lain: "Wahai Rabb, bagaimana caraku (agar bisa bertemu)?" Allah berfirman: "Ambillah seekor ikan dan tempatkan dalam suatu keranjang dan kapan saja kamu kehilangan ikan tersebut itulah tanda petunjuknya." Sufyan juga meriwayatkan dengan kalimat lain: "Itulah tempat orang itu." Maka Musa mengambil ikan dan diaruhnya dalam keranjang, lalu berangkat bersama muridnya bernama Yusya' bin Nun hingga ketika tiba pada batu besar, keduanya membaringkan kepalanya di batu itu hingga Musa tertidur. Kemudian ikan itu keluar dari keranjang diam-diam (lalu melompat dan mengambil jalannya di laut) (QS. Al-Kahfi: 61). Allah pun menahan aliran air yang dilewati ikan tersebut sehingga terbentuk seperti atap suatu bangunan atau membentuk suatu tanda. Maka Musa berkata: "Itulah tandanya yang bentuknya seperti atap." Maka keduanya melanjutkan sisa malam dan hari perjalanannya. Hingga pada siang harinya, (Musa berkata kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita sudah sangat lelah dalam perjalanan ini.") (QS. Al-Kahfi: 62). Tidaklah Musa merasakan kelelahan kecuali setelah sampai pada tempat yang dituju sebagaimana diperintahkan Allah Ta'ala. Maka muridnya berkata kepadanya: ("Tahukah kamu ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi?, sesungguhnya aku lupa menceritakan ikan itu. Dan tidaklah yang melupakan aku ini kecuali syetan, dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali") (QS. Al Kahfi: 63) Saat itu, ikan tersebut mengambil jalannya sendiri di laut dan bagi keduanya ini suatu hal yang aneh. Berkata Musa: ("Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula) (QS. Al-Kahfi: 64). Keduanya berbalik lalu menyusuri jejak sebelumnya hingga sampai kembali di batu dan ternyata di sana sudah ada seorang dengan pakaiannya yang lebar lalu Musa memberi salam. Orang tua itu membalas salamnya Musa lau berkata: "Bagaimana cara salam di tempatmu?" Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Orang tua itu balik bertanya: "Musa Bani Isra'il?" Jawab Musa: "Ya benar, aku datang menemuimu agar kamu mengajariku (ilmu yang benar dari ilmu-ilmu yang benar yang telah diajarkan kepadamu) (QS. Al-Kahfi: 66). Orang tua itu berkata: "Wahai Musa, aku punya ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadaku yang kamu tidak mengetahuinya dan begitu juga kamu punya ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadamu yang aku tidak mengetahuinya." Musa berkata: "Bolehkah aku mengikutimu?" (Dia menjawab: "Kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal itu) Seterusnya hingga firman Allah (kesalahan yang besar) (QS. Al-Kahfi: 67-71). Kemudian keduanya berjalan kaki di tepi pantai hingga tiba-tiba ada perahu yang lewat, lalu mereka meminta untuk menumpangkan mereka, rupanya mereka kenal Khadlir Lalu mereka (pemilik perahu) membawanya tanpa meminta upah. Ketika keduanya berlayar dengan perahu tersebut, datang seekor burung kecil dan hinggap di sisi perahu lalu mematuk-matuk di air laut untuk minum satu atau dua kali patukan. Maka Khadlir berkata kepadanya: "Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti (air yang bisa terambil) dari patukan burung ini dengan paruhnya terhadap air lautan. Tiba-tiba Khadlir mengambil kapak lalu merusak papan perahu. Keheranan Musa belum hilang, hingga papan perahu itu sudah dicabutnya. Musa berkata kepadanya: "Apa yang kamu lakukan?" Orang-orang ini telah menumpangkan kita ke dalam perahunya tanpa upah lalu kamu malah melubangi perahu mereka ("Sehingga kamu menenggelamkan penumpangnya. Sungguh kamu telah berbuat kesalahan yang besar". Khadlir berkata: "Bukankah aku telah katakan sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku." Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.") (QS. Al-Kahfi: 71-73). Pertanyaan yang pertama ini karena Musa terlupa. Setelah keduanya meninggalkan laut, mereka melewati seorang anak kecil yang sedang bermain dengan dua temannya. Lalu Khadlir memegang kepala anak itu dan mematahkannya dengan tangannya. -Sufyan, perawi memberi isyarat dengan jarinya seolah dia memelintir sesuatu.- Maka Musa bertanya kepadanya: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia telah membunuh orang lain?. Sungguh kamu telah melakukan suatu kemungkaran." Khadlir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya lagi tentang sesuatu kepadamu setelah ini maka silahkan kamu tidak memperbolehkan aku untuk menyertaimu. Sungguh kamu telah cukup memberikan udzur kepadaku." (QS. Al-Kahfi: 74). Lalu keduanya berjalan. Hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu. -(Perawi 'Ali bin 'Abdullah) berkata: Tembok itu miring. Sufyan memberi isyarat dengan tangannya seakan dia mengusap sesuatu ke atas dan aku tidak mendengar Sufyan menyebutkan miring kecuali sekali saja.- Musa berkata: "Mereka adalah suatu kaum yang kita sudah mendatangi mereka namun mereka tidak memberi makan kita dan tidak juga menjamu kita, lalu mengapa kamu sengaja memperbaiki tembok mereka? ("Jikalau kamu mau, minta saja upah untuk itu." Khadlir menjawab: "Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan dari perbuatan-perbuatanku yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.") (QS. Al-Kahfi: 77-78). Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kita sangat berharap seandainya Musa bisa lebih sabar lagi sehingga Allah akan mengisahkan lebih banyak cerita tentang keduanya." Sufyan berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semoga Allah merahmati Musa. Seandainya dia bersabar tentu akan diceritakan lebih banyak lagi tentang kisah keduanya." Ibnu 'Abbas membaca (menjelaskan) ayat ini dengan: "Di hadapan mereka ada raja yang akan merampas setiap perahu yang baik secara curang. Sedangkan anak kecil yang dibunuh tadi adalah anak yang kafir sedang kedua orang tuanya adalah orang beriman." Sufyan berkata kepadaku: "Aku mendengar darinya dua kali dan aku menghafalnya." Ditanyakan kepada Sufyan: "Apakah kamu menghafalnya sebelum kamu mendengar dari 'Amru atau kamu menghafalkannya dari orang lain?" Sufyan berkata: "Dari siapa lagi aku menghafalnya? Seseorang meriwayatkannya dari 'Amru dan aku mendengarnya darinya dua kali atau tiga kali lalu aku menghafalnya."
صحيح البخاري ٣١٥٠: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعِيدٍ ابْنُ الْأَصْبِهَانِيِّ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا سُمِّيَ الْخَضِرَ أَنَّهُ جَلَسَ عَلَى فَرْوَةٍ بَيْضَاءَ فَإِذَا هِيَ تَهْتَزُّ مِنْ خَلْفِهِ خَضْرَاءَ
Shahih Bukhari 3150: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sa'id Al Ashbahaniy] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Al Mubarak] dari [Ma'mar] dari [Hammam bin Munabbih] dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Asal usul dinamakan Al-Khadlir, karena ia biasa duduk di atas pakaian terbuat dari bulu binatang yang berwarna putih. Dan apabila pakaian itu bergerak-gerak (bulunya melambai-lambai) akan tampak dari baliknya warna kehijauan (Khadlra')."