Yakni Al Imam Al Hafizh Al Mujawwid Abu Al Hasan Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas'ud bin An-Nu'man Al Baghdadi, dari keturunan warga wilayah Darul Quthni di Baghdad, ke sanalah ia dinasabkan. Lahir pada tahun 306 H. Sejak muda telah mulai menuntut ilmu dari para ulama besar di zamannya. Ia mengatakan tentang dirinya, ""Aku mulai menulis di awal tahun 315."" Ia belajar fikih Syafi'i dari Abu Sa'id Al Usthukhari. Ia juga secara rutin menghadiri majlis imam Al Baghawi.
Setelah belajar langsung kepada para ulama di negerinya, mulailah ia berkelana ke negeri-negeri lainnya, terutama ke negeri-negeri yang dikenal tinggi ilmu haditsnya. Di antara hal yang menarik, keluarganya mengharapkannya menjadi seorang muqri‘ (ahli baca Al Qur'an) di negerinya, mereka pernah mengatakan, ""Al Kattani -salah seorang sahabat seusia Ad-Daraquthni di negerinya- akan menjadi muhaddits(ahli hadits) negeri ini dan Ad-Daraquthni akan menjadi muqri' negeri ini."" Ad-Daraquthni mengatakan, ""Namun ternyata, justeru aku yang menjadi muhaddits dan Al Kattani menjadi muqri‘""
Demikianlah akhirnya Ad-Daraquthni tumbuh dengan pertumbuhan ilmiah yang baik, yang menempatkannya pantas menjadi salah satu guru besar dalam ilmu keislaman.
Tidak seorang pun yang bisa menyebutkan secara rinci para ulama yang telah ditimba ilmunya olehnya, karena hal itu akan memerlukan buku tersendiri. Di sini kami hanya menyebutkan sebagiannya saja sebagai gambaran yang menjelaskan antusiasnya dalam menuntut ilmu.
Di antara guru-gurunya yang ia belajar secara langsung kepada mereka dan mendengar dari mereka adalah:
Selain nama-nama tersebut, masih banyak yang lain di mana ia pun telah menyampaikan hadits dari banyak orang dari beragam bangsa. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa Al Imam Ad-Daraquthni telah menimba ilmu yang sangatbanyak dan berupaya dengan sangat antusias untuk menuntut ilmu.
Karena Ad-Daraquthni menjadi ahli hadits dan seorang tokoh ahli hadits di masa itu, banyak sekali murid-murid yang berlomba untuk bisa belajar langsung darinya agar bisa mendapatkan sanad yang tinggi dan matan-matan yang banyak, karena tidak ada yang lebih banyak memilikinya daripada Al Imam Ad-Daraquthni, sehingga murid-muridnya sangat banyak. Namun kami hanya akan menyebutkan sebagiannya saja, diantara mereka adalah:
Demikianlah, setelah melalui kehidupan yang penuh khidmat terhadap Sunnah nabawiyyah dan pemeliharaannya, ruh yang suci itu pun kembali ke haribaan Penciptanya untuk mendapatkan balasannya yang baik. Ia wafat pada tahun 385 H, Al Imam Ad-Daraquthni pergi meninggalkan dunia kita ini menuju akhirat, namun ia tetap terasa masih hidup di tengah-tengah kita denganilmu-ilmunya yang bermanfaat.
Sepeninggalnya, ia pernah dimimpikan tentang kondisinya dan membuat orang yang memimpikannya merasa sangat senang dengan hal tersebut. Al 'Alim Al 'Allamah Al Habr Ibnu Makula Rahimahullah mengatakan, ""Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku bermimpi, seolah-olah aku menanyakan tentang kondisi Abu Al Hasan Ad-Daraquthni di akhirat, dan apa balasan yang diberikan kepadanya? Lalu dikatakan kepadaku, ""Ia dipanggil imam di surga.""
Kisah ini disebutkan di dalam biografinya dengan sanadnya (12/40), wallahu a‘lam. Untuk tambahan informasi silakan merujuk: Tarikh Baghdad (12/34); Al Ansab karya As-Sam'ani (2/438); Wafayat Al A'yan (3/297); Tadzkirah Al Huffazh (3/991); Al Bidayah wa An-Nihayah (11/317); Siyar A'lam An-Nubala' (16/449), dan Iain-lain.